Ini Penyebab dan Gejala Hidrosefalus pada Bayi
Sebenarnya, sejak di dalam kandungan, gejala kelainan ini sudah terlihat
22 Desember 2019
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Cerdas, ceria, dan sehat. Mungkin tiga hal itu yang paling diharapkan orangtua dari tumbuh kembang anaknya. Maka sudah tidak diragukan lagi, Mama pasti memberikan nutrisi dan stimulasi terbaik untuk si Kecil.
Namun walau sudah diberikan segala yang terbaik, bukan berarti anak 100 persen terbebas dari segala masalah kesehatan. Ada saja penyakit yang siap mengintai anak atau bahkan bayi Anda. Seperti hidrosefalus, yang lebih sering terjadi pada bayi dan balita (bisa juga terjadi pada dewasa).
Mungkin Mama sering melihat di televisi, kasus bayi atau balita yang memiliki ukuran kepala sangat besar. Bisa jadi, anak tersebut mengalami hidrosefalus.
Menurut National Institute of Neurological Disorders and Stroke (NINDS), hidrosefalus adalah penumpukan cairan pada ventrikel (rongga otak), yang menyebabkan ventrikel-ventrikel di dalamnya membesar, menekan struktur dan jaringan otak, hingga akhirnya melemahkan fungsi otak.
Cairan tersebut adalah cerebrospinal fluid atau CSF, cairan bening yang ada di sekitar otak dan tulang belakang. Kalau cairan ini sudah menumpuk dan terjadi hidrosefalus, wah, dampaknya banyak bagi tumbuh kembang anak, Ma.
Mau tahu lebih lengkap mengenai hidrosefalus? Mari simak info-info penting di bawah ini.
Editors' Pick
Jenis-jenis Hidrosefalus
Menurut National Hydrocephalus Association, hidrosefalus dikelompokkan menjadi beberapa kategori, yaitu:
-Hidrosefalus kongenital
Inilah hidrosefalus bawaan, yang terjadi sejak bayi baru dilahirkan. Biasanya, kondisi ini turut dipengaruhi dengan perkembangannya saat masih di dalam kandungan.
-Hidrosefalus acquired
Artinya penderita baru menderita hidrosefalus saat sudah anak-anak atau sudah dewasa, padahal saat lahir normal-normal saja.
-Hidrosefalus tekanan normal
Sering juga disebut dengan NPH atau normal pressure hydrocephalus, yang biasa terjadi pada lansia.
Penyebab Hidrosefalus
Menurut NINDS, penyebab pasti hidrosefalus masih belum diketahui hingga saat ini. Hidrosefalus sendiri terjadi ketika jumlah cairan serebrospinal (CSF) yang dihasilkan lebih banyak dari yang dibuang. Ya, setiap hari pelapis otak menghasilkan CSF, yang melindungi otak agar tetap mengapung di posisinya sehingga tidak cedera.
Jika cairan ini sudah selesai dipakai, maka akan dibuang keluar dari tubuh, melalui pembuluh darah. Nah, jika cairan yang dihasilkan lebih banyak dari yang dibuang, maka terjadilah hidrosefalus.
Menurut Alodokter.com, beberapa pemicu terjadinya hidrosefalus antara lain:
- Buruknya mekanisme penyerapan cairan akibat radang atau cedera otak,
- Terhambatnya cairan serebrospinal akibat kelainan pada sistem saraf,
- Infeksi janin yang menyebabkan peradangan pada otak janin,
- Perdarahan dalam otak,
- Tumor otak,
- Cedera parah di kepala,
- Stroke.
Gejala Hidrosefalus
Menurut Pediatric Hydrocephalus Foundation, gejala hidrosefalus pada anak cukup beragam, tergantung usia, perkembangan penyakit, dan toleransi tubuh pada hidrosefalus.
Namun pada bayi, gejala hidrosefalus yang paling mudah terdeteksi adalah pembesaran ukuran kepala dengan cepat. Beberapa gejala lainnya adalah:
- Sering muntah,
- Sering tidur,
- Mudah iritasi,
- Mata melihat ke arah bawah (sering disebut “sunsetting”),
- Kejang,.
Gejala hidrosefalus berbeda pada anak yang lebih besar atau pada dewasa. Biasanya ukuran kepala mereka tidak membesar, karena tengkoraknya sudah tidak bisa membesar.
Gejala lainnya adalah:
- Sakit kepala,
- Sering muntah,
- Mual,
- Pembengkakan saraf mata (papiledema),
- Pandangan kabur,
- Pandangan ganda,
- Sunsetting,
- Bermasalah dengan keseimbangan,
- Koordinasi buruk,
- Buang air kecilnya tidak konsisten,
- Tumbuh kembangnya melambat,
- Ceroboh,
- Kehilangan ingatan,
- Perubahan kepribadian atau kemampuan kognitif.
Sedangkan gejala untuk pada penderita hidrosefalus tekanan normal adalah:
- Kesulitan berjalan,
- Bermasalah dengan kandung kemih,,
- Buang air kecilnya tidak konsisten,
- Demensia,
- Gerakannya melambat.
Semoga si Kecil sehat selalu ya, Ma!