Urine merupakan proses alami pembuangan berupa cairan dan racun di dalam tubuh. Umumnya, sisa pembuangan ini menyesuaikan dengan apa dan seberapa banyak konsumsi makanan serta minuman seseorang. Termasuk juga menyesuaikan usia. Meski tidak ada ukuran dalam menentukan berapa banyak atau berapa kali si Kecil harus pipis dalam sehari, tetapi saat melihat bayi jarang pipis tentu saja hal ini akan membuat para orangtua khawatir.
Lantas, apa yang menyebabkan bayi jarang pipis? Dan, apa yang sebaiknya Mama lakukan? Simak fakta yang berhasil dikumpulkan oleh Popmama.com ya.
1. Bayi yang mengonsumsi ASI lebih jarang pipis
Freepik/Zilvergolf
Pada umumnya, bayi jarang pipis ini wajar terjadi pada bayi ASI. Mengapa demikian? Menurut Webmd, jika dibandingkan dengan susu formula, ASI dapat diserap tubuh lebih baik sehingga hanya sedikit yang dikeluarkan melalui feses. Selain itu, yang perlu Mama ingat bahwa sisa metabolisme tubuh manusia tidak hanya dikeluarkan melalui urine saja, melainkan juga melalui keringat, feses, dan lain-lain.
Editors' Pick
2. Jumlah urine tergantung berat badan
Freepik/chainfoto24
Dilansir dari healthline.com, dijelaskan bahwa volume urine bayi normalnya berkisar antara 1-2 ml/kg berat badan per jam. Karenanya, jika berat bayi masih berada di antara 2,5 hingga 5 kg, maka urine yang dihasilkan memang terbilang belum banyak, hanya sekitar 60-240 ml dalam sehari.
Selain itu, ada beberapa hal lain yang dapat mempengaruhi volume urine bayi. Misalnya: asupan cairan, suhu lingkungan dan kondisi kesehatan bayi seperti muntah, diare, dan lain sebagainya.
3. Warna pipis menentukan kesehatan bayi
Pixabay/smpratt90
Sama seperti orang dewasa, warna urine menentukan apakah seseorang terhidrasi dengan baik. Bila si Kecil hanya pipis satu kali saja sehari dengan warna urine yang kuning atau cenderung kuning pekat, maka hal inilah yang harus Mama waspadai. Bisa jadi ini terjadi karena bayi Mama sedang mengalami dehidrasi atau kekurangan cairan pada tubuhnya.
Dehidrasi bisa sangat berbahaya bagi bayi. Cairan memiliki fungsi yang sangat vital bagi bayi. Terutama bagi bayi yang belum mendapatkan asupan makanan padat. Cairan berfungsi untuk menjaga metabolisme tubuh, melancarkan pencernaan bayi, membuat bayi menyerap nutrisi dalam darah dan menjaga suhu tubuh agar tetap stabil.
Dehidrasi pada bayi umumnya terjadi karena bayi kurang mendapat asupan ASI atau susu formula, terlalu banyak berkeringat karena faktor udara yang terlalu panas, suhu tubuh meningkat dan demam serta bayi mengalami muntah atau mencret dalam jangka waktu tertentu.
Tips Mencegah Bayi Dehidrasi
Freepik/Freepic.diller
Berikut ini ada beberapa tips yang dapat Mama lakukan agar bayi tidak mengalami dehidrasi :
Usahakan untuk memberikan ASI eksklusif dan hindari untuk memberikan makanan atau minuman di luar ASI hingga si Kecil berusia 6 bulan.
Berikan ASI sesering mungkin, setidaknya sekali dalam 1 hingga 2 jam.
Jaga kestabilan suhu ruangan. Suhu yang terlalu panas atau dingin dapat membuat bayi mengalami dehidrasi.
Kenakan pakaian yang nyaman dan hangat agar bayi tidak mudah berkeringat.
Untuk Mama, usahakan untuk selalu meningkatkan kualitas dan kuantitas ASI dengan mengonsumsi cairan dan makanan yang bergizi seimbang.
Nah, itulah hal-hal yang dapat Mama lakukan saat bayi jarang pipis. Jika bayi menunjukkan tanda-tanda dehidrasi, segera bawa ke dokter untuk mencegah terjadinya hal yang membahayakannya.