6 Kondisi Kesehatan yang Mengharuskan Bayi Minum Susu Formula
Tak semua Mama dapat memberi ASI pada bayinya, terutama karena faktor kesehatan
25 Maret 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
ASI merupakan substansi yang kaya gizi dan nutrisi untuk mendukung tumbuh-kembang bayi di masa awal kehidupannya. Para ahli dan dokter di seluruh dunia sepakat, ASI adalah yang terbaik yang bisa diberikan seorang Mama untuk anaknya.
Namun, tak semua Mama dapat menyusui ASI, terutama faktor kesehatan sang Mama dan si Kecil yang akhirnya harus didukung oleh susu formula agar anak tetap dapat mendapatkan gizi dan nutrisi yang dibutuhkan.
Berikut Popmama.com merangkum kondisi-kondisi kesehatan pada bayi dan mama sehingga butuh susu formula untuk menggantikan konsumsi ASI, dilansir dari bellybelly.com.au:
Kondisi Bayi
1. Galactosemia
Galactosemia adalah kelainan metabolisme langka yang mengakibatkan tubuh bayi kesulitan atau bahkan tidak dapat mencerna gula galaktosa. Karena laktosa dalam ASI dipecah menjadi glukosa dan galaktosa, kelainan ini menyebabkan bayi tidak dapat mencerna ASI. Agar tetap dapat mendapatkan gizi dan nutrisi, dibutuhkan susu formula bebas galaktosa.
2. Phenylketonuria
Phenylketonuria (PKU) adalah kelainan metabolisme langka lain yang membuat bayi tidak bisa mengonsumsi ASI. Bayi yang mengidap PKU membutuhkan susu formula khusus yang bebas dari asam amino phenylaline. Konsumsi ASI pada pengidap PKU masih memungkinkan, asalkan di bawah pengawasan ketat medis.
Editors' Pick
Kondisi Mama
1. HIV
Bagi Mama yang mengidap HIV disarankan untuk tidak menyusui si Kecil karena bayi dapat tertular. S
usu formula diberikan untuk menggantikan peranan ASI tersebut. Tetapi, ada kontraindikasi dari kasus di mana terdapat tingkat penularan HIV yang rendah pada bayi yang disusui secara eksklusif oleh ibu yang menerima obat antiretroviral.
Saran dari spesialis sangat diperlukan untuk kasus setiap individu yang berbeda-beda.
2. Kanker payudara
Jika Mama menderita kanker payudara, biasanya dokter menyarankan untuk tidak menyusui bayi. Apalagi jika sang Mama masih menjalani perawatan kemoterapi karena dapat memengaruhi kualitas ASI.
Jika sang Mama tidak dalam perawatan kemoterapi, dokter akan meninjau ulang dan mengevaluasi secara individual terhadap kemungkinan-kemungkinannya. Sementara itu, bayi bisa mendapatkan asupan gizi dan nutrisi dari susu formula.
3. Tuberkulosis
Pengidap tuberkulosis (TB) aktif tidak diperbolehkan berdekatan dan bersentuhan langsung dengan bayi hingga menuntaskan proses penyembuhan. Ini dikarenakan risiko penularan pernapasan yang tinggi dari ibu ke bayinya. Solusinya, ASI bisa diberikan dengan cara diperah.
Namun, jika sang Mama memiliki lesi payudara aktif atau mastitis TB, ASI baru bisa diberikan setelah lesi atau mastitis TB telah sembuh sepenuhnya. Susu formula akan menggantikan kebutuhan makan bayi untuk sementara.
4. Sifilis
Apabila seorang Mama baru-baru ini menderita sifilis, kontak dekat dengan bayinya dan menyusui dapat dilakukan setelah melalui 24 jam perawatan. Dengan catatan, tidak ada lesi di sekitar payudara atau puting. Jika ada lesi, menyusui dapat dilanjutkan setelah perawatan selesai dan lesi telah sembuh.
Itu dia beberapa kondisi yang membuthukan perhatian khusus dari Mama agar tidak menyusui si Kecil demi kesehatan bersama. Konsultasikan kondisi Mama sebenar-benarnya dan ikuti anjuran dari dokter serta ahli laktasi ya, Ma. Semoga informasi ini bermanfaat.
Baca juga:
- Pemberian Susu Formula Ternyata Harus dengan Saran Dokter, Kenapa Ya?
- 8 Langkah Menyiapkan Susu Formula untuk Bayi Baru Lahir
- Bagaimana Cara Mengombinasikan ASI dan Susu Formula yang Tepat?