Otot Lemah, Waspada Bayi Menderita Hipotonia yang Memengaruhi Motorik
Hipotonia dapat menyebabkan masalah keterampilan motorik dan kesulitan makan
21 Agustus 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Dalam menjalankan fungsinya, tubuh memerlukan otot untuk bisa bergerak. Tanpa otot, kita akan kesulitan melakukan mobilitas, menjaga stabilitas tubuh, menunjang sirkulasi darah, dan banyak hal lainnya.
Namun sayangnya, sebagian bayi dilahirkan dengan kondisi tonus otot yang buruk. Kondisi ini biasanya terdeteksi saat lahir atau selama masa bayi, yang disebut dengan hipotonia. Hipotonia juga kerap kali disebut sindrom otot floppy.
Hipotonia dapat menyebabkan masalah keterampilan motorik dan kesulitan makan yang memengaruhi tumbuh-kembang bayi. Berikut Popmama.com merangkum serba-serbi hipotonia yang perlu diketahui sejak dini, dilansir dari Healthline:
Gejala Hipotonia pada Bayi
Tergantung pada penyebab yang mendasarinya, hipotonia dapat muncul pada usia berapapun. Tetapi pada bayi dan anak-anak, gejala hipotonia meliputi:
- Kontrol kepala yang buruk,
- terlambat mengembangkan keterampilan motorik kasar, seperti merangkak,
- terlambat mengembangkan keterampilan motorik halus, seperti memegang krayon.
Sedangkan tanda-tanda hipotonia pada usia berapapun meliputi refleks yang buruk, gangguan postur, hiperfleksibilitas, penurunan kekuatan, penurunan tonus otot, dan gangguan postur.
Editors' Pick
Penyebab Hipotonia pada Bayi
Masalah dengan sistem saraf atau sistem otot dapat memicu hipotonia. Terkadang masalah ini merupakan akibat dari cedera, penyakit, atau kelainan bawaan. Namun pada beberapa kasus, penyebabnya tidak teridentifikasi dengan jelas.
Hipotonia disebabkan oleh kondisi yang memeranguhi otak, sistem saraf pusat, atau otot. Kondisi tersebut meliputi:
- Cerebral palsy
- Kerusakan otak yang bisa disebabkan oleh kekurangan oksigen saat lahir
- Distrofi otot
- Kondisi genetik, seperti sindrom Down, trisomi 13, penyakit Tay Sachs, sindrom Prader-Willi
Dalam banyak kasus, kondisi kronis ini membutuhkan perawatan dan pengobatan seumur hidup.