Salah satu kebiasaan bayi yang paling sering dilakukannya adalah menggeliat atau ngulet. Sebagian bayi punya kemampuan ngulet yang begitu besar hingga tangan dan kakinya meregang jauh. Terkadang, hal ini bisa berbahaya jika bayi dalam gendongan karena ia bisa terjatuh.
Ngulet bisa jadi bahasa tubuh yang normal. Tetapi dalam beberapa kasus, ngulet adalah gejala dari beberapa jenis penyakit dan ketidaknyamanan yang perlu diseriusi. Berikut Popmama.com merangkum beberapa penyebab bayi sering ngulet, dilansir dari MomJunction:
1. Mengekspresikan emosi
Pexels/Anna Shvets
Bayi belum bisa bicara, tetapi bukan berarti ia tidak bisa berkomunikasi. Ngulet adalah salah satu caranya mengekspresikan rasa frustrasi, kemarahan, rasa sakit, dan emosi-emosi lainnya. Seperti orang dewasa, bayi mama juga bisa sedih karena berbagai alasan dan ia menggunakan bahasa tubuh untuk mengungkapkannya.
2. Refluks asam lambung
Freepik/olegkuku88
Refluks asam lambung adalah suatu kondisi di mana isi perut bergerak ke atas melalui sfingter esofagus bagian bawah dan masuk ke kerongkongan karena otot perut yang lemah. Pada bayi, katup sfingter esofagus masih lemah sehingga menyebabkan pergerakan isi perut menuju ke saluran makanan.
Karena rasa tidak nyaman ini, bayi mungkin akan ngulet kemudian muntah sebagai reaksi alami terhadap refluks.
Editors' Pick
3. Kolik
Freepik/sergei_stock1977
Penyebab lain terkait pencernaan yang membuat bayi sering ngulet adalah karena kolik. Kolik terjadi karena adanya gas di perut. Ketidaknyamanan akibat gas ini menyebabkan bayi menangis.
Ngulet atau meregangkan tubuh bisa menjadi indikasi bayi mengalami kolik. Kolik biasanya mulai muncul pada usia bayi empat minggu dan akan hilang dengan sendirinya saat bayi menginjak usia tiga bulan.
4. Kernicterus
Freepik/jcomp
Jika bayi ngulet dan menangis saat menderita penyakit kuning atau penyakit lain terkait kesehatan hati, bisa jadi itu merupakan tanda-tanda kernicterus. Kernicterus adalah kerusakan otak yang disebabkan karena bilirubin yang berlebihan.
Dalam kondisi ekstrim, jumlah bilirubin berlebih ini dapat merusak bagian otak dan menyebabkan kejang motorik yang tidak disengaja. Kondisi ini harus segera ditangani.
5. Apnea tidur obstruktif
Freepik/senivpetro
Terkadang, bayi ngulet saat tidur atau berbaring telentang. Meski Mama sudah menyesuaikan posisinya, ia akan kembali ke posisi ngulet dengan punggung melengkung dan mulai menangis. Jika hal ini terjadi, bisa jadi merupakan indikasi apnea tidur obstruktif, obstruksi kronis pada sistem pernapasan bagian atas.
Dengan ngulet dan melengkungkan punggungnya, bayi berusaha mengurangi tekanan pada saluran pernapasan bagian atasnya. Ini akan membantu aliran udara yang lebih lancar di paru-paru, dan bayi akan mencoba menahan posisi ini tanpa sadar selama ia tidur.
6. Cerebral palsy
Freepik/senivpetro
Pada bayi yang mengidap cerebral palsy, ngulet terjadi tanpa kehendaknya. Jika bayi mama sering ngulet dan melengkungkan punggungnya, hal ini bisa ditengarai sebagai tanda awal cerebral palsy.
Ada dua gerakan melengkungkan punggung yang dapat mengindikasikan cerebral palsy, yaitu:
Refleks labirin tonik: Bayi melengkungkan tubuh ke belakang dan kaki kaku selama beberapa bulan pertama
Refleks tonik asimetris: Bayi melengkungkan tubuh ke belakang dan memutar kepalanya. Kaki biasanya menjulur ke sisi di mana kepala berputar.
7. Keterlambatan perkembangan
Freepik/carmonaguerrero
Tubuh bayi yang kaku dan melengkung ke belakang berulang kali bisa menjadi gejala masalah neurologis yang menyebabkan keterlambatan perkembangan fisik dan mental.
Beberapa kondisi di atas memerlukan penanganan dari dokter sesegera mungkin. Jika Mama melihat tanda-tanda bayi sering ngulet, kesakitan, atau Mama merasa ada hal yang tidak wajar dari gerakan tubuhnya, segeralah konsultasikan masalah ini ke dokter.