Wajib Tahu! Masalah Sensorik pada Bayi Dapat Dideteksi sejak Dini
Cek yuk, Ma, apakah bayi mama punya tanda-tanda ini
24 Oktober 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Masalah tumbuh-kembang bayi bukan hanya sekadar mengenai tinggi dan berat badan semata. Melainkan juga ada hal-hal yang seringkali luput dari perhatian orangtua karena tak tampak nyata secara fisik. Masalah sensorik, misalnya.
Bayi dan anak yang memiliki masalah sensorik umumnya mengalami kesulitan menerima dan merespon informasi dari indranya. Mereka mungkin tidak menyukai apapun yang memicu rangsangan pada indranya, seperti cahaya, suara, sentuhan, rasa, atau pun penciuman.
Berikut Popmama.com merangkum serba-serbi tentang masalah sensorik pada bayi dan anak yang penting Mama ketahui, dilansir dari Healthline:
Mengenal Pemrosesan Sensorik
Selama ini masyarakat umum mengetahui tentang pancaindra manusia yang membantu manusia dalam merasakan rangsangan dari lingkungannya. Tetapi faktanya manusia bisa merasakan apa yang terjadi terhadap dunia di sekitarnya lebih dari sekadar rangsangan pancaindra.
Pemrosesan sensorik manusia dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
- Proprioception, adalah kesadaran 'internal' yang dimiliki tubuh. Ini membantu manusia mempertahankan postur dan kontrol motorik tubuhnya.
- Vestibular, adalah bagian dari spasial telinga bagian dalam. Ini membantu manusia agar tetap seimbang dan terkoordinasi.
- Intersepsi, adalah perasaan tentang apa yang terjadi pada tubuh kita. Misalnya merasa panas atau dingin, dan merasakan emosi.
- Pancaindra, yang meliputi indera sentuhan, pendengaran, pengecapan, penciuman, dan penglihatan.
Apa itu Masalah Sensorik?
Dilansir dari Your Kids Table, masalah sensorik ini sangatlah kompleks. Jika bisa dijelaskan secara singkat, masalah sensorik adalah kondisi di mana bayi, anak, atau bahkan orang dewasa merasakan sensasi berlebihan pada pemrosesan informasi yang diterima pancaindranya. Sehingga membuat mereka merasakan ketidaknyamanan, bahkan kesakitan.
Di saat bersamaan, rangsangan pancaindra yang sama bisa diterima dengan baik tanpa masalah apapun pada mereka yang normal.
Masalah sensorik, atau disebut dengan gangguan pemrosesan sensorik, tidak secara resmi dikenal oleh Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, 5th edition (DSM-5).
Alih-alih kelainannya sendiri, banyak dokter dan ahli percaya bahwa masalah sensorik adalah komponen dari kondisi atau kelainan lain. Inilah yang membuat masalah sensorik ini masih sedikit diketahui, baik itu masalahnya atau pun cara terbaik untuk menanganinya.
Editors' Pick
Gejala Masalah Sensorik pada Bayi Hipersensitif
Gejala masalah sensorik pada bayi dan anak sendiri tergantung pada bagaimana cara tubuhnya memroses sensasi yang dirasakan. Pada bayi dan anak yang mudah terstimulasi, mungkin ia mengidap hipersensitivitas. Mereka bisa sangat bereaksi terhadap cahaya atau suara di sekitarnya.
Ciri-ciri bayi yang mengalami hipersensivitas:
- Ambang nyeri yang rendah,
- sering menutupi mata dan telinganya,
- cenderung ceroboh dan kikuk,
- pilih-pilih makanan dengan karakter tertentu.
Gejala Masalah Sensorik pada Bayi Hiposensitif
Berkebalikan dengan bayi yang hipersensitif, bayi yang hiposensitif tidak mudah terstimulasi dengan sensasi yang dirangsang padanya. Mereka mungkin lebih agresif dan terlibat dengan lingkungannya agar mendapatkan umpan balik sensorik. Ini mungkin membuat mereka tampak hiperaktif.
Ciri-ciri bayi yang hiposensitif antara lain:
- Ambang nyeri yang tinggi,
- menabrak dinding, orang, atau benda-benda lain,
- suka menyentuh barang-barang atau permukaan tertentu,
- suka memasukkan sesuatu ke dalam mulutnya,
- suka memeluk orang lain dengan sangat erat.
Penyebab Masalah Sensorik
Hingga kini, masih belum jelas apa yang menyebabkan masalah sensorik pada anak. Apakah kelainan ini berkembang dengan sendirinya, juga masih belum diketahui. Beberapa dokter percaya bahwa ini adalah gejala dari masalah lain, bukan masalah itu sendiri. Kondisi dan kelainan lain yang mungkin terhubung dengan masalah ini misalnya ADHD atau OCD.
Namun, meskipun bukan tergolong kelainan yang resmi, beberapa penelitian menemukan bayi dan anak tertentu lebih besar peluangnya mengembangkan masalah sensorik. Sebuah studi di tahun 2006 oleh Trusted Source of Twins menemukan bahwa hipersensitivitas terhadap cahaya dan suara mungkin ada kaitannya dengan komponen genetik.
Studi tersebut juga mengungkapkan bahwa anak yang ketakutan atau cemas, menunjukkan lebih banyak masalah sensorik saat menghadapi rangsangan taktil, seperti menyisir rambut.
Di luar kemungkinan hubungan gen, masalah sensorik juga dapat terjadi lebih sering pada anak-anak yang lahir prematur atau yang mengalami komplikasi kelahiran. Aktivitas otak abnormal yang mungkin dapat mengubah cara otak merespons indra dan rangsangan.
Perawatan Bayi dan Anak dengan Masalah Sensorik
Sebetulnya, tidak ada obat yang bisa menyembuhkan masalah sensorik ini. Dokter pun tidak menangani masalah sensorik itu sendiri, tetapi menargetkan pengurangan gejala selama pengobatan keseluruhan untuk kondisi yang didiagnosis, seperti gangguan spektrum autisme atau ADHD.
Namun, beberapa opsi telah muncul sebagai solusi perawatan bagi penderita masalah sensorik, antara lain:
Terapi okupasi
Terapi okupasi dapat membantu anak berlatih atau belajar melakukan aktivitas yang biasanya mereka hindari karena masalah sensorik.
Terapi fisik
Seorang ahli terapi fisik dapat melatih bayi dan anak melalui rangkaian aktivitas yang dirancang untuk memuaskan keinginan akan rangsangan sensorik. Ini bisa termasuk melakukan jumping jack atau berlari di tempat.
Pendekatan ini diharapkan membantu bayi dan anak mempelajari cara-cara untuk menanggapi indera mereka dengan tepat. Terapi-terapi ini dirancang untuk membantu mereka memahami perbedaan yang dirasakan panca indranya, sehingga mereka dapat mengukur respons yang lebih umum dengan tepat.
Jika bayi dan anak mama kesulitan mengumpulkan dan menafsirkan masukan sensorik yang diterima, mereka mungkin menunjukkan tanda-tanda masalah sensorik. Masalah ini mungkin termasuk kesulitan dengan keseimbangan dan koordinasi, berteriak, atau menjadi agresif ketika menginginkan perhatian, dan sering melompat-lompat.
Dengan perawatan, termasuk terapi okupasi, dapat membantu bayi dan anak yang memiliki masalah sensorik untuk belajar menghadapi dunia di sekitar mereka. Tujuan pengobatan adalah untuk mengurangi reaksi berlebihan dan menemukan jalan keluar yang lebih sehat untuk pengalaman sensorik yang membuatnya kurang nyaman ini.
Nah, demikian informasi mengenai masalah sensorik pada bayi. Semoga informasi ini membuat Mama lebih waspada terhadap kemungkinan masalah sensorik yang terjadi pada si Kecil, ya.
Baca Juga:
- ADHD Dapat Terdeteksi Sejak Anak Masih Bayi, Ini Tandanya
- 8 Mainan Terbaik untuk Perkembangan Sensorik dan Motorik Newborn
- Peka Terhadap Suara, Ini Tanda Anak dengan Pendengaran Sensitif