Memasuki usia tujuh bulan, si Kecil mulai menjelajahi hal-hal yang ada si sekitarnya bahkan termasuk tubuhnya sendiri. Terkadang orangtua menemukan banyak kebiasaan dan perilaku bayi yang membuat mereka was-was. Misalnya, saat si Kecil memasukkan benda ke mulut atau mengisap jempol kakinya yang kotor.
Kebiasaan tersebut seringkali hanya merupakan bentuk pelampiasan karena si Kecil sedang stres, bosan, frustrasi, tidak bahagia, tidak aman, atau lelah. Selain itu, kebiasaan itu juga menjadi cara bayi agar dirinya tenang.
Meski memang tidak berbahaya, kebiasaan tersebut perlu diwaspadai, Ma. Selain mengisap jempolnya, ada beberapa keboasaan lain yang perlu waspadai. Apa saja?
Perlu Mama ketahui bahwa ini adalah kebiasaan dan bukan masalah medis yang serius. Namun, meski menghentikannya terbilang cukup sulit tetapi Mama tak boleh mengabaikan beberapa kebiasaan buruk tersebut.
Untuk mengetahui lebih jelas apa saja kebiasaan buruk bayi, melansir dari Mott Children ada 6 kebiasaan bayi yang perlu orangtua waspadai. Mari simak penjelasan dari Popmama.com berikut ini, Ma.
1. Mengisap jempol, jari dan benda
Freepik
Salah satu kebiasaan pada bayi yang harus diwaspadai, yakni mengisap. Mengisap mungkin dilakukan sejak bayi hingga masa kanak-kanak.
Mengisap jempol dan jari biasanya dimulai pada beberapa bulan pertama kehidupan si Kecil. Kebiasaan ini umumnya dilakukan selama tahun pertama dan biasanya berhenti pada usia 5 tahun karena tekanan teman sebaya.
Selain jempol, bayi juga kerap mengisap benda seperti dot dan selimut. Pasalnya, mengisap memiliki efek menenangkan dan sering membantu si Kecil untuk tidur.
Mama sebenarnya tak perlu mencemaskan jika bayi punya kebiasaan ini. Namun, perlu Mama ketahui bahwa kebiasaan ini bisa berpengaruh terhadap pertumbuhan gigi permanen si Kecil. Untuk itu, Mama perlu melatih agar si Kecil menghentikan kebiasaan ini secara perlahan jika usianya sudah di atas satu tahun. Jika ia terus melakukannya, kebiasaan ini dikhawatirkan dapat mengubah bentuk gigi, dan langit-langit mulut anak.
2. Gigi gemeretak
Unsplash/Christian Hermann
Bruxism atau bisa disebut gigi gemeretak (clenching) adalah kebiasaan yang dialami pada lebih dari separuh bayi. Kebiasaan ini termasuk bagian dari perkembangan normal si Kecil. Biasanya kebiasaan menggemeretakkan gigi dimulai sekitar usia 6 bulan saat gigi susu tumbuh dan kembali sekitar usia 5 tahun saat gigi permanen tumbuh.
Seringkali bayi suka menggemeretakkan gigi saat ia tidur. Mungkin beberapa anak dapat mengatasi kebiasaan ini di usia yang lebih besar. Tetapi jika terus terjadi dan sering diabaikan, bruxism dapat berlanjut hingga dewasa.
Kebiasaan anak yang suka menggemeretakkan gigi bisa jadi mengkhawatirkan saat gigi dewasa tumbuh karena dapat menyebabkan masalah gigi atau gangguan pada sendi rahang. Namun, tak perlu cemas jika di usia ini, bayi Mama suka menggemeretakkan giginya. Ini sangat normal karena tandanyanya gigi susu si Kecil sedang tumbuh.
Tapi perlu diingat agar selalu mengawasi sampai si Kecil mengalami pertumbuhan gigi dewasa. Kemungkinan dokter gigi perlu mengevaluasi kalau perilaku ini tak juga berhenti di usia tersebut.
Editors' Pick
3. Membenturkan kepala, menggulingkan kepala dan mengayunkan badan
flickr.com
Beberapa bayi bisa berulang kali membenturkan kepalanya ke benda padat seperti boks bayi bahkan ada yang membenturkan kepalanya sebanyak 80 kali dalam satu menit. Tentu kebisaan tersebut bisa menyusahkan orangtua atau pengasuh karena khawatir bayi akan cedera. Seringkali si Kecil tidak tampak kesakitan tapi justri lebih tenang dan puas. Kebiasaan tersebut biasanya dimulai sekitar usia 9 bulan dan hilang sekitar usia 2 tahun.
Selain itu, kebiasaan yang perlu diwaspadai lainnya ketika bayi menggulingkan kepalanya dari sisi ke sisi saat berbaring telentang. Mereka bahkan mungkin menggosok rambut sepenuhnya dari bagian belakang kepala mereka.
Ada lagi kebiasaan menggoyang tubuh, yakni ketika seorang anak mengayun secara berirama sambil duduk atau bertumpu pada lutut atau siku mereka. Perilaku ini biasanya dimulai sekitar usia 6 bulan dan menghilang pada usia 2 tahun. Sebagian besar anak-anak bergoyang selama 15 menit atau kurang.
Membenturkan kepala, menggulingkan kepala, dan menggoyang-goyangkan tubuh adalah kebiasaan umum sebagai bentuk menenangkan diri yang dilakukan anak - anak.
Perilaku ini seringkali tidak berbahaya, tetapi bisa mengkhawatirkan jika bayi Mama juga mengalami keterlambatan perkembangan. Bicarakan tentang kebiasaan tersebut dengan dokter anak untuk membantu memutuskan apakah ada penyebab serius yang perlu diawasi.
4. Memutar-mutar rambut dan menarik rambut
Romper.com
Rambut rontok bisa jadi merupakan tanda adanya masalah medis seperti infeksi atau penyakit lainnya. Mama harus menemui dokter anak jika bayi mama mengalami kerontokan rambut.
Di sisi lain, memutar-mutar rambut atau menarik rambut juga menghasilkan kerontokan rambut pada bayi dan anak. Perilaku ini bisa dilakukan oleh bayi dan anak untuk menenangkan diri. Seperti mengisap jempol, kebiasaan ini dilakukan saat anak sedang santai, bosan, atau lelah. Anak-anak biasanya mengatasi kebiasaan ini dengan sendirinya seiring berjalannya usia.
Tetapi, ada masalah yang berkaitan dengan kebiasaan menarik rambut yang lebih serius dan bisa terjadi hingga dewasa. Kondisi ini disebut trikotilomania, yang melibatkan penarikan rambut dari kulit kepala, bulu mata, alis, dan atau area kemaluan. Ini adalah kelainan langka yang sering menunjukkan masalah psikologis yang mendasarinya dan harus dievaluasi oleh dokter.
5. Mengorek hidung
https://www.klikdokter.com
Apakah akhir - akhir ini bayi Mama mulai penasaran dengan hidungnya sehingga suka memasukan jari ke lubang hidung?
Tentu mengorek hidung atau kadang orang menyebutnya dengan mengupil adalah salah satu perilaku yang paling menjengkelkan bagi orangtua. Sebab hal itu adalah kebiasaan yang paling tidak dapat diterima secara sosial.
Namun, mengorek hidung salah satu kebiasaan yang umumnya bisa dilakukan anak-anak hingga orang dewasa. Mengorek hidung menyebabkan lebih banyak iritasi pada hidung bahkan mimisan.
Untuk mengurangi kebiasaan tersebut pada bayi, beri tahu bahwa mengupil tidak diperbolehkan di depan umum, tetapi mereka dapat menggunakan tisu untuk membersihkan hidung dan menghilangkan rasa gatal.
Jelaskan bahwa perilaku ini bisa menularkan kuman kepada orang lain dan biasakan mencuci tangan setelah si Kecil mengorek hidungnya.
Menjaga hidung tetap lembab dengan sedikit semprotan garam sebelum tidur juga dapat membantu. Konsultasikan dengan dokter jika bayi Mama mengalami iritasi pada hidungnya akibat kebiasaan tersebut.
6. Menahan napas
Pexels.com/Keira Burton
Menahan napas adalah episode di mana bayi atau anak berhenti bernapas untuk waktu yang singkat setelah pengalaman yang membuat ia terganggu. Kebisaan ini ternyata bisa terjadi ketika seorang anak merasa ketakutan, kesal, marah atau tiba-tiba mengalami syok dan kesakitan. Namun, kondisi ini berbeda dari serangan epilepsi.
Episode menahan napas memang sangat menakutkan bagi para orangtua terlebih jika hal ini baru pertama kalinya. Episode menahan napas dapat berlangsung dari beberapa detik hingga satu menit. Biasanya paling sering terjadi sekitar 18 hingga 24 bulan dan berhenti pada usia 5 tahun.
Selama menahan napas, si Kecil mungkin akan menangis dan kemudian diam sambil menahan napas, membuka mulut mereka seolah-olah akan menangis tetapi tidak bersuara, menjadi biru atau abu-abu, terkulai atau kaku, serta tubuhnya mungkin tersentak.
Jika si Kecil benar-benar kehilangan kesadaran selama salah satu episode ini, jangan panik dulu ya Ma. Pasalnya, tidak ada efek jangka panjang dari episode menahan napas. Penting juga untuk mengetahui bahwa episode tersebut tidak bersifat sukarela. Saat episode menahan napas terjadi, jaga agar si Kecil tetap tenang dan lindungi mereka dari cedera.
Bagaimana Cara Mencegah Kebiasaan Buruk Tersebut?
Pexels/Anna Shvets
Pertama, coba abaikan perilaku yang mengganggu. Bayi mungkin akan mengatasi kebiasaan itu seiring waktu. Memberi banyak perhatian sebenarnya bisa mendorong perilaku tersebut. Pujilah si Kecil untuk perilaku yang baik. Jenis pujian terbaik hanya menggambarkan apa yang ingin Mama lihat lebih banyak.
Jika ada beberapa perilaku yang ingin Mama ubah, mulailah dengan berfokus pada satu atau dua perilaku yang paling mengganggu atau berbahaya. Jangan mencoba membuat terlalu banyak perubahan sekaligus.
Cobalah untuk mencari tahu apa yang mungkin membuat si Kecil stres dan bantu mereka mengatasinya. Khususnya dalam episode menahan napas pada bayi, penting untuk mengonsultasikan dengan dokter apakah ada masalah psikis atau fisik pada bayi. Sebab kondisi ini mungkin paling membuat khawatir banyak orangtua.
Selain itu, jika hidung mereka teriritasi, ajarkan mereka untuk membersihkannya dengan tisu, oleskan semprotan hidung saline atau petroleum jelly lalu cuci tangan mereka.
Nah demikianlah informasi mengenai 6 kebiasaan bayi yang perlu orangtua waspadai. Semoga bisa meningkatkan kewaspadaan orangtua terhadap kebiasaan-kebiasaan yang dialami bayi yang mungkin saja bisa berisiko di kemudian hari.
Jika ada gejala kesehatan serius yang disebabkan dari kebiasaan tersebut, penting untuk segera membawa ke ahli medis. Semoga informasi ini bermanfaat, ya!