Jangan Keliru, Ini Perbedaan Diare dan Disentri pada Bayi
Hati-hati diare dan disentri sama-sama bisa menular, Ma
17 November 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Diare dan disentri adalah dua kondisi pencernaan yang sering dialami bayi, namun banyak orangtua yang belum sepenuhnya memahami perbedaan antara keduanya. Kedua kondisi ini memang sama-sama menyebabkan masalah pada saluran pencernaan, tetapi gejala, penyebab, dan penanganannya berbeda.
Sering kali, orangtua meremehkan gejala-gejala yang muncul, menganggap diare sebagai kondisi yang ringan. Padahal, jika yang terjadi adalah disentri, maka penanganan yang dibutuhkan lebih kompleks dan berisiko tinggi jika terlambat ditangani.
Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk mengetahui perbedaan antara diare dan disentri guna menentukan kapan harus mengambil langkah perawatan di rumah dan kapan harus segera membawa bayi ke dokter.
Selain itu, penting juga bagi orangtua untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat memicu kedua kondisi ini. Dengan begitu, orangtua bisa melakukan upaya pencegahan dan bayi terhindar dari risiko dehidrasi atau komplikasi serius lainnya yang dapat mengancam kesehatannya.
Nah, Popmama.com telah merangkum informasi mengenai perbedaan diare dan disentri pada bayi. Yuk, disimak!
Apa Itu Diare dan Disentri pada Bayi?
Melansir WebMD, diare pada bayi adalah kondisi di mana frekuensi buang air besar meningkat dan tinja yang dikeluarkan lebih cair dari biasanya. Diare dapat terjadi karena berbagai alasan, seperti infeksi virus, reaksi alergi terhadap makanan, atau akibat penggunaan obat-obatan tertentu.
Pada umumnya, diare dianggap sebagai masalah pencernaan yang relatif ringan, namun orangtua tetap perlu memberikan perhatian agar diare tidak berkembang menjadi kondisi yang lebih serius.
Di sisi lain, melansir Cleverland Clinic, disentri merupakan kondisi diare yang lebih parah dan disertai dengan adanya darah atau lendir dalam tinja. Disentri biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri seperti Shigella atau parasit seperti Entamoeba histolytica.
Kondisi ini menimbulkan peradangan pada dinding usus, yang membuatnya lebih berbahaya dibandingkan dengan diare biasa. Disentri memerlukan penanganan medis segera untuk mencegah komplikasi yang dapat membahayakan nyawa bayi.
Disenteri juga dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
- Disentri amuba (amoebiasis)
Disebabkan oleh parasit Entamoeba histolytica, disentri amuba terjadi ketika amuba ini menyerang dinding usus besar, menyebabkan ulserasi dan peradangan. Gejalanya meliputi diare berdarah, nyeri perut, dan demam. Infeksi ini sering terjadi di daerah dengan sanitasi yang buruk.
- Disentri basiler
Disebabkan oleh bakteri seperti Shigella, disentri basiler lebih umum terjadi daripada disentri amuba. Infeksi ini menyebabkan peradangan usus besar, menghasilkan diare berair atau berdarah, demam, dan kram perut. Penularannya biasanya melalui makanan atau air yang terkontaminasi.
Editors' Pick
Gejala dan Penyebab Diare pada Bayi
Diare pada bayi ditandai dengan tinja yang lebih cair dari biasanya dan peningkatan frekuensi buang air besar. Tinja yang keluar sering kali berwarna lebih terang dan bisa disertai dengan gas atau bau yang lebih tajam. Selain itu, bayi mungkin juga menunjukkan tanda-tanda ketidaknyamanan, seperti rewel, kembung, atau menangis lebih sering dari biasanya.
Pada beberapa kasus, diare dapat disertai dengan muntah, meskipun tidak selalu terjadi. Gejala lain yang mungkin muncul termasuk kemerahan pada area sekitar anus akibat sering buang air besar, serta kulit yang lebih kering karena kehilangan cairan.
Diare pada bayi biasanya disebabkan oleh infeksi virus, dengan rotavirus dan adenovirus menjadi penyebab yang paling umum. Virus-virus ini dapat menyebar melalui kontak langsung dengan penderita lain atau melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Bayi yang mengonsumsi makanan atau minuman yang tidak bersih atau telah terkontaminasi bakteri juga berisiko mengalami diare. Selain infeksi, diare pada bayi juga dapat disebabkan oleh alergi atau intoleransi terhadap makanan tertentu, seperti susu sapi atau gluten.