Sering Beredar di Masyarakat, Ini Mitos dan Fakta Imunisasi untuk Bayi
Lebih baik telaah dulu sebelum menerima informasi yang salah
26 Juli 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Pemberian imunisasi untuk bayi memang sangat penting untuk dilakukan. Agar sistem imunitas tubuh si Kecil tetap terus terjaga dan terhindar dari penyakit berbahaya.
Namun, sangat disayangkan masih ada beberapa orangtua yang meragukan pentingnya pemberian imunisasi pada anaknya. Padahal imunisasi tidak hanya untuk melindungi dirinya sendiri, tetapi juga orang-orang di sekitarnya atau disebut dengan herd immunity (kekebalan kelompok).
Kurangnya pengetahuan orangtua akan imunisasi dan munculnya berbagai mitos bisa menjadi salah satu faktor mengapa orangtua takut untuk melakukan imunisasi.
Melalui webinar virtual yang diselenggarakan oleh Rumah Sakit Pondok Indah Group, pada Rabu (14/7/2021), dengan mengangkat topik "Serba-serbi Vaksinasi, Anak Kunci Jitu Menjaga Imun Tubuh si Kecil", dr. Ellen Wijaya, Sp.A selaku Dokter Spesialis Anak mengatakan, "jangan tunggu anak kita sakit tapi lindungi anak-anak kita dengan imunisasi."
Kemudian, apa saja mitos dan fakta imunisasi untuk bayi? Berikut Popmama.com telah menyiapkan penjelasan dari dr. Ellen.
Kondisi Anak Seperti Apa yang Tidak Dapat Melakukan Imunisasi?
Sebelum Mama mengetahui mitos yang bermunculan, mungkin Mama harus mengetahui terlebih dahulu kondisi anak seperti apa yang tidak dapat melakukan imunisasi.
Dalam paparannya, dr. Ellen memberi tahu bahwa untuk anak yang memiliki kanker darah, leukimia, kondisi yang tidak optimal dan dalam keadaan harus melakukan kemoterapi. Pada saat itu anak tidak boleh mendapatkan imunisasi yang fisiknya bakteri atau virus yang hidup.
Sementara, anak yang memiliki HIV juga tidak dapat diberikan imunisasi, namun untuk imunisasi polio yang disuntik tetap boleh. Karena sifatnya virus yang sudah dimatikan.
Editors' Pick
Mitos dan Fakta Imunisasi pada si Kecil
Pada dasarnya, pemberian imunisasi adalah kebutuhan yang harus dipenuhi sejak bayi baru lahir guna menjaga kesehatannya. Imunisasi dikatakan cukup aman dan efektif dalam pencegahan penyakit berbahaya.
Mengutip dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), perlindungan imunisasi memang tidak 100 persen, artinya setelah diimunisasi, bayi dan anak masih bisa terkena penyakit-penyakit tersebut, tetapi kemungkinannya hanya kecil (5 - 15 %), jauh lebih ringan dan tidak berbahaya.
Namun, sampai saat ini masih ada keraguan orangtua untuk memberikan imunisasi pada si Kecil akibat dari mitos-mitos yang tersebar.
Melalui materi yang dijelaskan, dr. Ellen menjelaskan berbagai mitos dan fakta imunisasi untuk bayi.
1. Lebih baik mendapatkan kekebalan tubuh dari penyakit daripada lewat vaksin
Orangtua mana yang tega melihat anaknya yang kejang-kejang, lumpuh karena terkena virus polio, meningitis, ataupun penyakit lainnya. "Apakah kita tega melihat anak kita sakit dulu supaya bisa terlindungi?" tutur dr. Ellen.
Faktanya, mendapatkan kekebalan tubuh dari penyakit yang diderita justru berisiko lebih tinggi. Maka dari itu, dr. Ellen menyampaikan jangan sampai menyesal dan jangan menunggu anak sakit dahulu, namun lindungi dengan imunisasi.
2. Imunisasi MMR menyebabkan autisme
MMR adalah Mumps, Measles dan Rubella, salah satu vaksin yang diberikan sejak bayi berusia sembilan bulan. Vaksin ini diisukan dapat memicu autisme pada anak.
Faktanya, dr. Ellen mengatakan tidak ada bukti dan tidak ada korelasi antara keduanya. Mengapa vaksin MMR yang disalahkan? Sebab pada pemberian vaksin MMR dosis kedua yaitu usia 15-18 bulan bersamaan dengan orangtua yang mulai aware saat anak belum bisa bicara dan asyik sendiri dengan dunianya.
Akibatnya orangtua menyalahkan vaksin MMR, padahal tidak ada kaitannya sama sekali dan aman diberikan.
3. Imunisasi mengandung zat yang berbahaya
Mungkin ada beberapa orangtua yang tidak ingin memberikan imunisasi karena berpikir mengandung zat-zat yang berbahaya.
Faktanya, zat-zat yang terkandung aman dan sifatnya untuk membantu memberikan proteksi. Misalnya seperti alumunium sebagai adjuvan, walaupun jumlahnya sangat kecil tapi membantu untuk meningkatkan kekebalan tubuh anak.
"Dengan hanya memberikan 0,5 cc udah bisa memberikan proteksi yang baik," ungkap dr. Ellen dalam webinarnya.
Kemudian dr. Ellen menambahkan, zat yang dimasukkan dalam vaksin sudah diperhitungkan untuk menguntungkan dan sifatnya aman.
Selain itu, dr. Ellen juga menegaskan adanya kandungan merkuri dalam vaksin itu tidak berbahaya. "Yang terkandung adalah ethil merkuri sehingga tidak berbahya dan jumlah sangat rendah," ujarnya.
Itulah mitos dan fakta imunisasi untuk bayi. Wah menarik banget ya, Ma pembahasannya! Bisa jadi pengetahuan baru buat Mama yang masih takut memberikan vaksin pada si Kecil.
Baca juga:
- 8 Vaksin yang Perlu Diberikan untuk Bayi Usia 6 Bulan ke Atas
- Jangan Sampai Terlewat, Ini Pentingnya Vaksinasi bagi Anak
- 5 Mitos Seputar Vaksin yang Sering Dikhawatirkan Orangtua