Kemarahan adalah emosi normal manusia yang juga bisa dialami bayi. Untuk beberapa bayi, duduk di carseat atau jauh dari mainan favoritnya bukanlah masalah besar. Tapi bagi bayi lainnya, itu bisa jadi malapetaka dan membuatnya mengamuk!
Bagaimana reaksi bayi sangat tergantung pada kepribadiannya. Tapi bagaimana pun kepribadian bayi, saat mereka sudah sangat frustrasi, mereka pasti meluapkan amarahnya dengan menangis.
Jika bayi mama terlalu sering menangis sampai mengamuk, ada baiknya Mama segera mencari tahu dan membantu mengatasinya. Temukan kiat-kiatnya melalui ulasan Popmama.comberikut ini!
Tanda Umum Bayi Marah
Pexels/Alexander Dummer
Belajar membaca tanda-tanda kemarahan pada bayi akan membantu Mama mengendalikan dan menenangkan situasi sebelum menjadi ekstrem. Berikut adalah beberapa tanda umum yang mungkin mengisyaratkan bayi sedang marah:
Bayi menunjukkan ekspresi wajah tertentu, seperti ekspresi kemarahan, kebingungan, atau sakit hati.
Bayi menangis panjang namun pelan sambil bicara (bubbling) tanpa henti.
Bayi menangis sambil mengepalkan tinjunya.
Bayi menangis dengan hampir berteriak sambil memukul-mukul bagian tubuh tertentu atau sesuatu yang ada di dekatnya.
Cari Tahu Pemicu Kemarahan
Unsplash/Whodunelson
Bagi mama baru, mungkin peristiwa bayi menangis kerap membuat bingung dan memunculkan banyak tanya: Apa yang terjadi kepadanya? Apakah dia lapar? Apa yang harus saya lakukan? Apakah saya berbuat salah?
Coba lakukan ‘investigasi’ kecil pada si Bayi untuk mencari tahu pemicu (trigger) tangisnya, Ma. Setiap bayi menangis, buat catatan dalam pikiran mama apa yang sedang ia lakukan sesaat sebelum ledakan tangisnya terjadi.
Nilai tingkat kemarahannya pada skala 1-10. Lalu cari pola tangisannya dan apa yang membuatnya kemudian terdiam. Dari situ Mama akan belajar penyebab bayi menangis dan cara mengatasinya.
Editors' Pick
Jangan Memarahi Bayi
Freepik
Jangan pernah abaikan tangisan atau kemarahan bayi, Ma. Jika tidak diatasi segera, bayi akan terbiasa berperilaku agresif, seperti melampiaskan amarah dengan menyakiti diri sendiri, benda di sekitarnya, atau Mama.
Dan, jangan juga memarahi bayi ketika ia menangis dan agresif. Ia melakukan itu karena ia belum belajar cara yang lebih baik untuk berperilaku.
Dengan Mama merespon tangisannya, bayi akan merasa Mama berempati dan mengerti perasaannya. Mama juga bisa membantu bayi menyalurkan emosinya dengan lebih baik dan anak pun menjadi lebih sehat secara emosional.
Penyebab Bayi Menangis
Unsplash/Sharon McCutcheon
Secara umum bayi menangis karena ia merasa tidak nyaman secara fisik dan juga emosional. Berikut ini beberapa hal yang sering kali menyebabkan bayi marah dan menangis:
1. Tanda bosan
Sebelum marah, apakah bayi menggosok-gosok matanya? Apakah ia menguap atau melakukan tindakan hiperaktif seperti menunjukkan kontrol fisik yang kurang dari biasanya? Kemungkinan mereka hanya bosan dan lelah, Ma.
Cara membantu:
Mama bisa membawanya ke tempat tidur dan mengajaknya tidur siang. Jika itu bukan waktunya tidur siang, baringkan saja tubuhnya di kasur dan nyalakan musik lembut agar ia bisa bersantai sejenak. Usahakan Mama menemaninya, berikan pelukan atau ceritakan sebuah kisah untuknya.
2. Tanda lapar
Bayi mama mungkin sensitif terhadap gula darah rendah sehingga berisiko mudah marah jika perutnya kosong.
Cara membantu:
Susui bayi. Selain itu, bisa juga berikan camilan buah atau biskuit tinggi protein dan karbohidrat yang akan memberikan pelepasan energi lebih lama dan lebih lambat daripada makanan berkarbohidrat tinggi atau bergula yang dimetabolisme lebih cepat sehingga dapat menyebabkan penurunan gula darah kembali.
Jika memang sudah waktunya untuk makan, segera siapkan makanannya, Ma!
3. Tanda overstimulasi
Apakah sebelum marah bayi tampak gelisah, mudah tersinggung, atau melamun? Atau saat itu bayi berada di lingkungan yang ramai, berisik, atau terlalu terang? Biasanya ini terjadi karena kenyamanan bayi terganggu.
Cara membantu:
Bantu bayi destimulasi dengan menawarkan ruang yang tenang, sejuk, dan tidak terlalu terang agar ia bisa melepaskan kemarahannya. Tawarkan permainan yang bisa mengalihkan perhatiannya seperti boneka, menonton TV, atau mandi air hangat jika memungkinkan.
Hal ini kerap terjadi pada anak-anak yang sangat sensitif, atau berada pada spektrum autisme. Mungkin bagi Mama lingkungan tempat kalian berada saat itu tidak mengganggu, tapi bagi si Bayi ini membebani sistem mereka.
4. Merasa tidak terhubung
Sebelum bayi kesal, apakah Mama sedang marah-marah, entah kepada bayi atau orang lain yang kemudian disaksikan bayi? Kemungkinan bayi menangis karena merasa tidak terhubung dengan Mama.
Cara membantu:
Redakan amarah mama, dan selama beberapa waktu ke depan cobalah untuk menghabiskan lebih banyak waktu dengan bayi. Peluk dan cium bayi dengan hangat agar ia merasa dicintai. Ingat, Ma, bayi juga bisa merasakan apa yang Mama rasakan.
5. Tanda frustrasi
Biasanya ini terjadi pada bayi yang lebih besar (12-18 bulan) di saat ia tidak mendapatkan apa yang diinginkannya. Misalnya, tidak dapat mengambil mainannya karena ‘terjebak’ di baby chair. Bisa juga ketika bayi sedang belajar berjalan sambil memegangi pagar, kursi, tepi meja, atau apa pun yang ada di dekatnya. Karena takut mereka jatuh, Mama membantunya. Ini justru bisa membuat mereka kesal, lho, Ma! Mereka akan marah karena menganggap Mama terlalu protektif dan menghambat ia mencapai apa yang diinginkannya.
Kemarahan semacam ini sering disebut sebagai “temper tantrum” klasik. Pada dasarnya, anak mengalami kesulitan mengatasi kekecewaan mereka.
Cara membantu:
Alasan kemarahan ini seharusnya mudah diketahui Mama karena di usia ini anak sudah bisa bicara meski belum lancar. Tanyakan apa yang diinginkannya, dan terangkan bahwa ia tidak perlu menangis karena ia bisa mengatakan kepada Mama apa yang diinginkannya, seperti “Adik langsung panggil Mama aja, bilang mau apa… Sayang, kan, mukanya jadi jelek kalau menangis…”
Cara Meredakan Amarah atau Tangisan Bayi
Unsplash/Zach Kadolph
Berikut ini beberapa cara yang dapat membantu meredakan amarah bayi:
Jika Mama melihat tanda-tanda amarahnya lebih awal, segera hampiri dan tenangkan sebelum amarahnya memuncak.
Duduk di dekat bayi dan bicara dengan suara lembut dan menenangkan, seperti “Tidak apa-apa, sayang” dan “Mama sayang kamu”.
Memeluk dan mengusap-usap punggungnya.
Jika bayi sudah bisa berbicara, minta ia mengungkapkan perasaannya, “Kamu kenapa, sayang?” “Adik mau apa? Apa yang bisa Mama bantu?” Ini membantu Mama mengidentifikasi penyebab kemarahannya.
Alihkan perhatiannya dengan sesuatu yang dia sukai.
Pijat perut bayi dengan lembut, mungkin ia menangis karena sakit perut atau perut kembung.
Cek apakah ini sudah mendekati waktunya untuk makan atau tidur. Bisa jadi ia lapar, haus, atau mengantuk.
Apakah bayi berada di tempat yang terlalu berisik, ramai, atau terang? Beberapa bayi merasa terganggu jika berada di sekitar wajah-wajah baru, terlalu berisik, atau ruang dengan cahaya terlalu terang. Cobalah bawa bayi menjauh dari sana untuk melihat apakah ada perubahan perilaku pada dirinya.
Kiat agar Mama juga Tetap Tenang
Freepik/pch.vector
Memang sulit untuk tetap tenang ketika bayi menangis atau berteriak. Hal terburuk yang terjadi pada Mama ketika bayi mengamuk adalah Mama ikut mengamuk. Jangan sampai, ya, Ma, karena ini hanya akan menjadi contoh negatif bagi bayi. Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat membantu Mama menenangkan diri:
Jika Mama merasa kehilangan akal sehat, minta bantuan suami atau anggota keluarga lain untuk menangani bayi.
Sebelum “beraksi” bernapaslah dalam-dalam dan hitung sampai sepuluh.
Pindah ke ruangan lain di mana Mama tidak bisa mendengar jeritan bayi. Tentu saja, pertama-tama Mama harus memastikan ada orang dewasa yang bertanggung jawab menemani bayi. Tunggu beberapa menit, lalu katakan pada diri mama bahwa semuanya akan baik-baik saja, lalu temui bayi.
Beristirahat sebanyak mungkin. Terkadang, kurang istirahat dan tidur bisa membuat Mama menjadi tidak sabar.
Bersikap penuh perhatian dan sabar serta bantu bayi menyelesaikan perasaannya dengan melampiaskannya. Katakan selalu kepada bayi bahwa Mama sangat mencintainya.
Itulah informasi mengenai tanda dan penyebab bayi marah, serta fakta amarah bayi lainnya. Semoga informasi ini bisa membuat Mama lebih memahami si Kecil, ya.