Mama Harus Tahu, ini 10 Penyebab Bayi Lebih Mudah Kena Alergi
Alergi dapat dialami oleh siapapun termasuk si Bayi. Ketahui alasan dan pemicunya disini
6 Desember 2019
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Dibandingkan saat Mama kecil, saat ini jumlah penderita alergi meningkat sangat tajam. Bila dahulu alergi bisa dibilang hanya menyerang di saat tertentu saja, sebaliknya, kini banyak sekali bayinya tiba-tiba terserang alergi, hanya karena dibawa ke arena permainan anak.
Popmama.com merangkum semua informasi mengenai alergi, termasuk 10 alasan kenapa semakin banyak bayi mengalami alergi dan 5 hal yang jadi pemicunya, seperti dilansir dari Babygaga.
10 Alasan Kenapa Bayi Saat ini Lebih Rentan Mengalami Alergi
1. Hasil penelitian yang semakin lengkap
Selama berabad-abad, para ahli telah berusaha untuk meneliti alergi. Hingga akhirnya banyak terobosan besar ditemukan dalam penelitian ini, termasuk banyaknya alergi yang sebelumnya tidak pernah kita dengar, seperti misalnya alergi gluten. Penelitian ini membantu banyak orang untuk memahami bagaimana menghindari alergi, dan serangkaian suntikan yang dapat menyembuhkan penderitanya.
2. Faktor genetik
Kebanyakan orang menganggap alergi dipengaruhi oleh faktor lingkungan, dan itu masuk akal, karena kondisi lingkungan seseorang dapat menarik alergen yang kemudian memicu reaksi fisik.
Selain lingkungan, para ilmuwan hingga kini juga masih meneliti lebih jauh mengenai keterlibatan faktor genetik pada tingkat alergi seseorang.
Meski penelitian masih berjalan, namun mereka telah membuktikan bahwa ada peningkatan risiko pada anak-anak dengan orangtua yang memiliki alergi. Terutama berlaku untuk alergi gluten. Menariknya, penelitian ilmiah menunjukkan bahwa risiko tersebut tampaknya terkait dengan jenis kelamin orangtua, dimana Mama mewariskan alergi kepada anak perempuan dan Papa pada anak lelakinya.
Walau begitu, masih ada beberapa anak yang menderita alergi walaupun kedua orangtua mereka tidak memilikinya, terutama dalam kurun waktu 20 tahun ini, dimana penderita alergi meningkat 2 kali lipat.
3. Teori evolusi
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa tubuh kita bereaksi terhadap iritan kecil seperti debu, misalnya. Dan gatal, batuk, mata berair dan banyak lagi bisa menjadi cara mengusir racun dari tubuh.
Jadi reaksi kita dijelaskan oleh dorongan evolusioner kita untuk bertahan hidup.
4. Mengenalkan sedari dini
Tadinya dokter menyarankan agar orangtua menunda pemberian selai kacang sampai anak berusia 2 tahun, namun sebaliknya, para Mama sekarang ini justru disarankan untuk memberi selai kacang sejak usia 6 bulan untuk mengenalkan makanan ini sejak dini.
Itu karena dokter percaya bahwa keterlambatan dalam mengekspos anak-anak pada selai kacang mungkin menjadi alasan mengapa penderita alergi terhadap kacang melonjak. Alergi kacang ini risikonya bisa sangat serius ya Ma, dalam sekejap alergi ini dapat menyebabkan anak mengalami anafilaksis yang berujung dengan kematian jika tidak diobati dengan cepat.
Anafilaksis adalah kondisi di mana tenggorokan menutup sehingga penderitanya harus berjuang keras untuk bernapas.
5. Overdosis antibiotik
Terkadang antibiotik juga bisa jadi pemicu alergi. Salah satu penelitian menunjukkan bahwa mengekspos anak pada antibiotik sejak dini berkaitan dengan risiko alergi pada kulit seperti eksim dan asma. Orangtua yang khawatir saat anaknya sakit, seringkali langsung membawa anaknya ke dokter tanpa melakukan perawatan terlebih dahulu di rumah.
Meski antibiotik tidak berpengaruh apapun untuk melawan virus, namun biasanya dokter tetap meresepkannya. Masuk akal bila kemudian ini berkorelasi dengan lonjakan alergi, karena antibiotik mengganggu sistem kekebalan tubuh.
6. Hipotesis kebersihan
Sekelompok peneliti mengumpulkan sebuah hipotesis bahwa menjaga agar anak-anak tetap sehat tidak selalu bisa dikaitkan dengan menjaga lingkungan tetap bersih. Dikenal sebagai "hipotesis kebersihan", penelitian mengungkapkan teori baru tentang kuman, yaitu anak yang lebih awal terpapar kuman melalui saudara kandungnya yang lebih tua, akan lebih sehat daripada mereka yang tidak mendapat paparan lebih awal.
Banyak orangtua juga percaya bahwa anak-anak perlu sedikit kotor untuk membentuk sistem kekebalan tubuh mereka sepenuhnya, dan tampaknya teori ini didukung oleh hipotesis kebersihan.
7. Masalah kesehatan usus
Sekarang ini, banyak orang berpikir bahwa usus adalah kunci untuk setiap masalah kesehatan, sehingga banyak orang kemudian beralih menjadi vegan atau mengonsumsi makanan organik. Dan penelitian telah menunjukkan bahwa hal itu mungkin benar adanya bila menyangkut alergi dan asma.
Menjaga kesehatan usus bisa memengaruhi sistem kekebalan tubuh, dan kemampuan manusia untuk melawan alergen. Karena itu dokter merekomendasikan makan makanan sehat dengan banyak buah dan sayuran untuk membuat usus sesehat mungkin.
8. The farming effect
Sebuah studi membuktikan bahwa anak-anak yang tinggal di peternakan memiliki risiko alergi dan asma lebih rendah daripada anak-anak yang tinggal di luar pertanian. Fenomena ini disebut "efek pertanian".
Dari situ kita dapat menyimpulkan bahwa makanan ternak dan susu murni yang dikonsumsi oleh mereka langsung dari pertanian mereka sendiri, menjadi alasan mereka jauh dari risiko alergi.
9. Perubahan iklim
Yayasan Asma dan Alergi Amerika mengungkapkan bahwa perubahan iklim bisa sangat memengaruhi penderita alergi. Perubahan iklim ini dapat meningkatan alergen seperti serbuk sari, jamur dan polusi.
Kualitas udara yang kurang baik ini selain memicu alergi juga dapat memicu asma.
10. Status sosial ekonomi
Selain itu, American College of Allergy, Asthma and Immunology pada tahun 2012 mengungkapkan bahwa penderita alergi kacang meningkat jauh pada masyarakat kaya. Sehingga para periset kemudian menyimpulkan bahwa kebersihan turut berperan dalam hal ini.
Rumah dan makanan yang bersih membuat anak-anak tidak terpapar hal-hal yang dapat membantu membangun sistem kekebalan tubuh mereka.
5 Pemicu Alergi
1. Alergi musiman
Hampir 10 persen orang terserang demam setiap tahunnya. Banyak dari mereka hanya menderita demam ini di saat tertentu saja tanpa tahu apa penyebabnya.
Perlu Mama ketahui, demam atau hay fever ini hanyalah salah satu jenis alergi musiman yang dipicu oleh sesuatu di lingkungan. Misalnya, saat pepohonan dan bunga berada di puncak musim semi, pada beberapa orang, serbuk sarinya dapat menimbulkan alergi.
Pada saat seperti ini, dokter akan menganjurkan agar penderita alergi tinggal di dalam rumah sebanyak mungkin, mengganti pakaian dan bahkan mandi setelah keluar rumah.
2. Lingkungan dalam ruang
Banyak orang berpikir bahwa alergi dapat terjadi akibat pengaruh lingkungan di luar rumah, padahal sebenarnya lingkungan di dalam rumah juga dapat memengaruhi seseorang menderita alergi lho, Ma.
Salah satu pemicu yang umum adalah tungau. Selain itu, kelembapan udara juga bisa menyebabkan jamur, yang bisa menjadi pemicu besar bagi beberapa penderita alergi. Hal ini dapat menyebabkan masalah pernapasan, batuk, mata berair dan semua gejala lain.
3. Makanan
Bagi beberapa orangtua, mereka harus berhati-hati dalam memilih makanan yang tepat bagi anak-anaknya agar tak memicu reaksi alergi yang mengerikan. Alergi makanan bisa membuat anak mengalami mati rasa ringan di lidah atau sakit kepala, hingga anafilaksis.
Perlu Mama ketahui, tak hanya kacang, namun susu, gandum, bumbu dan daging tertentu, bahkan buah dan sayuran juga bisa menyebabkan reaksi alergi.
Terkadang dokter menyarankan orangtua untuk menurunkan semua kemungkinan alergen dari makanan dalam waktu singkat dan kemudian menambahkannya kembali ke sensitivitas makanan tertentu. Walau sulit bagi anak-anak, tapi cara ini diharapkan bisa membantu menurunkan reaksi alergi mereka.
4. Binatang peliharaan
Menurut WebMD, sekitar 90 persen rumah tangga memiliki seseorang yang alergi terhadap anjing atau kucing. Dan banyak dari mereka tak menyadari bahwa binatang peliharaan merekalah yang menjadi pemicu alergi. Beberapa penderita alergi akan bersin dan mata mereka berair saat berdekatan dengan seekor anjing.
Namun sebagian lainnya tidak terlalu merasakan reaksi alergi, sehingga mereka tak menyadari bahwa sebenarnya mereka juga alergi terhadap binatang. Untungnya, saat ini alergi dapat diredakan dengan suntikan obat, sehingga penderitanya tidak perlu menyingkirkan hewan peliharaan yang membuat mereka sakit.
5. Kondisi kulit
Bahkan orang-orang yang mengira bahwa mereka tak memiliki alergi pada apapun, juga dapat menderita alergi ketika bersentuhan dengan sesuatu yang membuat mereka mengalami iritasi. Kondisi ini disebut dermatitis, yang membuat penderitanya mengalami ruam atau gatal-gatal.
Hal itu bisa terjadi bila seseorang mengganti deterjen atau sabun yang mereka gunakan. Atau jika mereka menggunakan cairan pembersih yang cukup keras. Tanaman seperti poison ivy dan gigitan serangga, serta bahan lateks, juga bisa jadi pencetus.
Jika Mama tidak dapat mengetahui jenis alergi apa yang memengaruhi Si Kecil, ada baiknya Mama menemui ahli alergi untuk dilakukan pengujian lebih lanjut. Nantinya dokter akan menginformasikan bagaimana sebaiknya menghindari alergen dan mengobati gejala alergi saat timbul.
Tenang, pasti akan ada jalan sembuhnya!