5 Fakta Tentang Penyakit Asma pada Bayi yang Perlu Mama Ketahui
Ma, mulai waspadai penyakit asma pada bayi ya!
5 Desember 2019
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Mama pasti sudah pernah mendengar penyakit asma ya?
Penyakit asma bisa dikatakan sebagai jenis penyakit kronis yang terjadi pada saluran pernapasan. Penyakit yang satu ini bisa dialami oleh siapa saja, baik itu anak-anak hingga orang dewasa.
Asma yang menyerang bayi biasanya juga terjadi karena peradangan dan mengalami penyempitan saluran pernapasan, sehingga membuat si Kecil mengalami sesak dan sulit bernapas.
Untuk Mama yang penasaran dan ingin lebih mengenal penyakit asma pada bayi, berikut ringkasan dari Popmama.com.
1. Fakta 1: ada 5 pemicu penyakit asma pada bayi
Namanya penyakit pasti ada faktor pemicunya ya, Ma.
Seringkali ada orangtua kurang mengenal faktor-faktor yang meningkatkan terjadinya penyakit asma pada baik. Meskipun penyebab penyakit asma belum diketahui secara pasti, namun ada faktor yang bisa memicu munculnya penyakit asma pada bayi antara lain:
- Mengalami kelahiran prematur,
- lahir dalam kondisi berat badan di bawah normal,
- memiliki riwayat keluarga yang mengalami penyakit asma,
- mengalami infeksi saluran pernapasan yang terjadi berulang-ulang bahkan bersifat parah,
- sering terkena paparan asap rokok. Baik saat masih di dalam kandungan maupun setelah dilahirkan.
Editors' Pick
2. Fakta 2: bayi asma akan menunjukan tanda kambuh
Penyakit asma tentunya akan sangat mengganggu aktivitas sehari-hari si Kecil ya, Ma. Apalagi untuk anak-anak yang masih belum terbiasa dengan penyakit yang satu ini.
Si Kecil yang belum menginjak umur setahun akan merasa kesulitan dan tidak leluasa saat ingin bernapas. Belum lagi di usia-usia seperti ini, Si Kecil belum bisa berbicara untuk mengatakan kalau dirinya kesulitan untuk bernapas.
Untuk itu Mama perlu banget nih mengenal tanda-tanda nonverbal jika penyakit asma si Kecil yang sedang kambuh seperti:
- Terlihat lesu,
- suara mendengus,
- mengalami batuk-batuk,
- saat bernapas muncul bunyi,
- menunjukkan ekspresi kesulitan bernapas,
- peningkatan laju penapasan, sehingga tarikan napasnya cenderung cepat atau pendek.
Gejala asma pada si Kecil bisa semakin parah jika dirinya terkena udara dingin atau asap rokok. Untuk menggurangi terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, ada baiknya Si Kecil berada di lingkungan yang kondisi udaranya bersih tanpa polusi udara.
3. Fakta 3: asma bisa muncul kapan saja
Kondisi si Kecil yang punya penyakit serius memang tidak bisa biarkan begitu saja. Mama perlu melakukan penanganan ke dokter mengenai pernapasan si Kecil. Namun, untuk membantu dokter, Mama juga perlu rutin mengecek seberapa sering asmanya kambuh.
Hal-hal ini yang perlu Mama perhatikan selama asma si Kecil kambuh seperti:
- Melakukan pencatatan mengenai gejala asma yang dialami si Kecil,
- mulai pelan-pelan mencari tahu mengenai dampak negatif gejala itu sendiri terhadap rutinitas keseharian si Kecil,
- mencari tahu faktor pemicu penyebab asma si Kecil kambuh. Mama perlu mengetahuinya sejak dini, apakah asma si Kecil akan kambuh jika terkena hawa dingin, asap rokok atau justru berdekatan dengan hewan berbulu,
- memahami apa yang harus dilakukan saat gangguan penapasan ini kambuh. Mulai dari cara pengobatan asma hingga efek samping dari obat yang dikonsumsinya.
4. Fakta 4: Mama harus mengurangi rasa cemas
Seperti yang Mama ketahui nih kalau munculnya asma itu tidak bisa diprediksi kapan datangnya. Wajar memang kalau Mama merasa cemas saat asma si Kecil mulai ada tanda-tanda untuk kambuh.
Meskipun Mama mengalami perasaan cemas karena takut terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan, ada baiknya memang tetap berusaha memberikan hal yang terbaik untuk si Kecil.
Berusahalah untuk tidak panik saat si Kecil kambuh ya, Ma. Daripada panik Mama tanpa melakukan hal apapun yang berarti untuknya, coba untuk rutin memperhatikan hal-hal kecil saat asmanya mulai kambuh seperti beberapa langkah di atas.
5. Fakta 5: obat asma ada yang sementara atau jangka panjang
Untuk anak-anak sendiri sebenarnya ada dua macam pengobatan yang bisa digunakan dalam mengurangi gejala asma. Mama bisa menggunakan obat untuk jangka panjang atau yang bersifat sementara.
- Pengobatan jenis inhaler kortikosteroid
Untuk melakukan ini pastikan kalau penggunaan obat yang mengandung kortikosteroid harus berada di bawah pengawasan dokter. Obat ini memang bisa meringankan sesak napas dan gejala asma yang terjadi pada si Kecil. Penggobatan ini memang dilakukan dalam waktu jangka panjang sehingga menimbulkan terhambatnya perkembangan tubuh si Kecil.
- Pengunaan inhaler kombinasi yang terdiri dari campuran kortikosteroid dan Long-Acting Beta Agonist (LABA)
Perlu Mama ketahui nih kalau jenis pengobatan yang satu ini diperuntukkan bagi penderita yang mengalami asma bronchial. Ini termasuk jenis asma yang tidak bisa ditangani dengan obat jenis lain. Untuk itu, saat obat yang lain tidak mempan maka obat yang satu ini bisa menjadi pilihan terakhir.
- Leukotriene Modifier termasuk jenis obat yang bisa diminum
Obat yang satu ini berfungsi sebagai pencegah gejala-gejala asma hingga memiliki efek selama 24 jam. Namun, pengobatan ini cukup memiliki resiko efek samping sehingga perlu dikonsultasikan dengan dokter anak.
- Ada juga jenis pengobatan asma yang bersifat quick relief seperti suntik, short-acting beta agonist hingga kortikosteroid oral
Pengobatan jenis ini biasanya digunakan sebagai pertolongan pertama terhadap serangan penyakit asma. Namun, pengobatan ini tidak dianjurkan sebagai obat jangka panjang ya, Ma.