Fimosis pada Bayi, Ini Gejala dan Cara Mengatasinya
Mama juga harus mulai mengetahui gejala dan cara menangani fimosis
9 Januari 2022
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sudah pernah mendengar tentang fimosis belum nih, Ma? Untuk Mama yang memiliki anak laki-laki, informasi mengenai fimosis mungkin tidak terlalu dipahami.
Fimosis adalah kelainan pada alat kelamin bayi laki-laki. Adanya perlekatan antara bagian kulit kulup dengan kepala penis, sehingga lubang penis menjadi tertutup. Penyempitan pada ujung kulit depan penis ini tentunya akan menyiksa dan mengganggu kesehatan si Kecil.
Agar semakin memahami, berikut Popmama.com rangkum gejala dan cara mengatasi fimosis pada bayi:
Yuk Ma, simak hingga tuntas ya!
Fimosis Bisa Terjadi pada Bayi
Fimosis bisa terjadi pada laki-laki dengan segala jenis usia. Bahkan setiap bayi laki-laki yang dilahirkan punya kecenderungan untuk mengalami fimosis.
Kondisi fimosis yang terjadi pada bayi dikarenakan kelainan bawaan sejak lahir. Namun, bisa juga terjadi akibat kebersihan penis yang tidak terjaga dengan baik. Fimosis akan menjadi gangguan serius karena akan timbul gejala kemerahan, peradangan pada kepala penis, hingga demam akibat masalah saluran kemih.
Umumnya fimosis pada bayi akan kembali normal saat usianya sudah dua tahun. Namun, jika kulup si Kecil saat sudah berusia dua tahun belum kembali normal sebaiknya Mama segera memeriksakan ke dokter anak.
Gejala Fimosis yang Harus Diperhatikan Orangtua
Setiap penyakit tentu ada gejala atau tanda-tanda yang bisa terlihat, begitupun dengan fimosis. Tanda-tanda fimosis pada usia bayi juga bisa terlihat, asalkan Mama peka. Beberapa tanda dari fimosis yang harus Mama kenali dan tidak boleh diabaikan begitu saja, seperti:
- Kulup tidak bisa ditarik ke bagian belakang, sehingga kepala penis tidak terlihat. Jika ini terlihat oleh Mama saat memandikan si Kecil, ada kemungkinan dirinya mengalami fimosis. Ujung penis si Kecil juga terlihat menyempit, perlu Mama ingat kalau kulup seharusnya bersifat elastis.
- Saat si Kecil ingin pipis, kepala penis akan menggelembung karena urine tertahan di kulit. Saat gelembungnya sudah cukup tinggi, maka urine akan keluar. Pada kondisi ini, Mama bisa melihat ada bocoran air dari kulit penis. Urine pun kurang lancar keluar.
- Biasanya urine akan tersisa di balik kulit penis. Perhatikan selalu kebersihan dan kondisi kulit penis si Kecil ya, Ma. Jika urine terus tersisa, lama-kelamaan sisa urine dan kotoran lainnya akan tertimbun dan memicu pertumbuhan bakteri pada penis.
- Penis si Kecil mengalami bengkak. Pembengkakan penis yang terjadi ini pasti akan disertai dengan rasa nyeri dan mengalami peradangan (balanitis).
- Si Kecil akan mulai mengalami demam. Hal ini dikarenakan terjadinya infeksi pada saluran kemih akibat pertumbuhan bakteri. Infeksi terjadi pada sekitar kulit, bagian kepala penis, hingga saluran kemih. Inilah yang menyebabkan si Kecil mengalami demam.
- Tidak ada nafsu makan atau minum susu. Efek dari demam yang terjadi pada si Kecil ini berdampak pada kondisi nafsu makan dan menurunkan konsumsi minum susu. Ini terjadi karena ia merasa kurang nyaman ditambah lagi dengan kondisi tubuh yang demam.