Anak Langsung BAB setelah Makan, Apakah Gizinya Terserap?
Para orangtua khawatir anak mereka tidak mendapat gizi yang cukup
31 Oktober 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Saat MPASI, bayi akan mencoba berbagai jenis makanan dengan tekstur, rasa, dan aroma yang baru dan berbeda. Pada masa ini pula bayi menerima nutrisi lain untuk melengkapi asupan nutrisi dari ASI. Sistem pencernaan si Kecil pun turut menyesuaikan dengan tahap yang sedang dilalui bayi.
Setelah makan, tak jarang bayi membuang air besar. Fenomena ini bisa membuat khawatir para orangtua perihal penyerapan gizi oleh tubuh si bayi. Mama mungkin bertanya mengenai anak langsung BAB setelah makan, apakah gizinya terserap?
Nah, berikut ini Popmama.com telah merangkum jawaban dan informasinya untuk Mama. Yuk, disimak!
Editors' Pick
Anak Langsung BAB setelah Makan, Apakah Gizinya Terserap?
Fenomena ini dikenal dengan refleks gastrokolika di mana usus besar terangsang dan menimbulkan sensasi ingin buang air besar. Refleks ini bukanlah indikasi adanya gangguan kesehatan atau kondisi medis, melainkan refleks normal yang membuat tubuh bayi menyediakan ruang lebih banyak untuk makanan.
Bayi memiliki refleks gastrokolika yang sangat aktif sehingga membuat usus mereka mencerna dan mengeluarkan makanan dengan cepat sesaat setelah makan atau pada saat sesi makan berlangsung. Mama mungkin akan sulit membedakan refleks gastrokolika dengan diare, tetapi tekstur feses akibat diare biasanya lebih encer.
Saat mengalami kondisi ini, bayi mungkin akan menangis dan tidak tenang. Kerewelan yang tidak biasa dan nafsu makan yang menurun harus dianggap serius dan membutuhkan penanganan dari dokter.
Perihal penyerapan gizi, Mama tidak perlu khawatir karena gizi yang diterima bayi tetap terserap dengan baik oleh tubuh. Feses yang dikeluarkan sebagai akibat dari refleks gastrokolika adalah hasil pencernaan dari makanan yang dikonsumsi beberapa jam sebelumnya dan bukan ‘hasil’ dari yang baru saja dikonsumsi.
Selain itu, refleks gastrokolika juga bertugas menurunkan risiko sembelit pada bayi.
Ketahui Fenomena Diare pada Bayi
Diare adalah kondisi di mana feses bayi bertekstur lebih encer dan tidak padat serta frekuensi buang air besar bisa mencapai tiga kali atau lebih dalam sehari. Hal ini bertentangan dengan kondisi feses normal bayi yang biasanya bertekstur lebih padat namun tidak menggumpal.
Diare pada bayi biasanya disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, atau parasit yang ditularkan melalui kontak dengan makanan atau air yang tidak bersih. Selain itu, menyentuh permukaan yang mengandung kuman dan memasukkan tangan ke dalam mulut juga bisa menjadi penyebabnya.
Alergi makanan, sensitif terhadap obat-obatan, terlalu banyak minum jus buah bisa menjadi penyebab lain dari kondisi diare pada bayi. Makanan yang dikonsumsi oleh Mama juga berpotensi menimbulkan diare. Mengonsumsi banyak makanan dengan pedas atau manis membuat ASI mama turut berubah dan menyebabkan diare pada bayi.
Melansir Pregnancy Birt & Baby, jika diare disertai dengan muntah dan demam, para orangtua wajib mewaspadai apa yang disebut sebagai gastroenteritis yang disebabkan oleh infeksi rotavirus. Kondisi ini bisa membahayakan bayi karena membuat bayi kehilangan banyak cairan dan berujung pada dehidrasi.
Ketika sedang mengalami diare, cara terbaik yang bisa Mama lakukan adalah jangan berenti untuk memberikan ASI dan MPASI yang kaya dengan serat. Hindari pemberian obat secara sembarangan agar tidak membahayakan kesehatan si Kecil. Bicaralah pada dokter atau bidan terkait agar mendapat penanganan yang tepat.
Pastikan untuk selalu menjaga kebersihan dan kesterilan bayi, alat-alat makan, hingga lingkungan di sekitarnya agar bakteri, virus, dan parasit tidak mudah berkembang. Berikan si Kecil makanan yang bernutrisi tinggi, terutama mengandung banyak serat jika sedang mengalami diare. Asupan cairan yang cukup juga berperan penting untuk menghindari bayi dari risiko dehidrasi.