Kriteria Botol Dot yang Aman untuk Bayi Menurut Dokter
Mama harus teliti dalam memilih botol dot untuk si Kecil
7 Desember 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Pemilihan barang-barang atau perlengkapan yang aman dan tepat untuk anak adalah prioritas utama bagi para orangtua.
Orangtua tentu hanya ingin memberikan yang terbaik untuk si Kecil agar terhindar dari berbagai risiko yang membahayakan kesehatan.
Botol dot menjadi salah satu barang yang mungkin diperlukan untuk bayi. Namun, Mama tidak boleh sembarangan memilih jenis dan bahan dari botol dot tersebut.
Nah, berikut ini Popmama.com telah merangkum informasi mengenai botol dot yang aman untuk bayi menurut dokter. Disimak, ya, Ma!
Editors' Pick
Botol Dot yang Aman untuk Bayi Menurut Dokter
Botol dot bayi yang beredar di pasar kini terbuat dari berbagai bahan seperti plastik, kaca, hingga silikon dan dengan harga yang berbeda. Mama diharapkan untuk memilih botol dot yang tepat, agar tidak membahayakan kesehatan dan kenyamanan bayi.
dr Galih Linggar Astu Sp.A melalui unggahan di Instagram pribadinya (@dokter_galih), menyampaikan bahwa botol dot yang terbuat dari kaca bisa menjadi pilihan utama karena memiliki sejumlah keunggulan, seperti kuat dari lelehan ketika terpapar di suhu yang panas, tidak melepaskan bahan kimia berbahaya.
Selain itu, botol dot berbahan kaca mampu menghantarkan panas dengan lebih merata, tidak mudah berubah warna atau buram ketika dipanaskan dengan suhu tinggi, serta tahan pada suhu tinggi dan tahan lama. Botol dot ini bisa digunakan dalam jangka waktu yang lama jika dirawat dengan baik.
Namun, terdapat kekurangannya yakni bobot satu botol dot kaca yang berkisar 100 – 300 gram, botol ini juga mudah pecah saat dicuci karena licin jika terkena sabun atau retak saat terpapar dalam suhu yang sangat tinggi.
Sedangkan untuk botol dot plastik yang beredar di pasaran terbuat dari beberapa bahan. Hindari penggunaan botol dot berbahan polikarbonat yg mengandung BPA atau Bisphenol-A, sebuah bahan kimia yang bisa membahayakan kesehatan jangka panjang jika terpapar.
Sementara itu, dr. Galih merekomendasikan botol dot plastik dengan bahan-bahan berikut yang tidak mengandung BPA dan dinilai lebih aman untuk bayi, yaitu:
- Polypropylene (PP) berwarna putih keruh, lentur, dan dapat dipanaskan hingga 110°C, tapi tidak tahan lama, mudah tergores jika sering dicuci, direbus, atau disterilkan, warna mudah pudar, serta harus diganti setiap 3-6 bulan sekali.
- Polyamida (PA), beratnya cenderung ringan, transparan, dan mampu dipanaskan pada suhu 200°C dan Mama bisa menggantinya 1 – 2 tahun setelahnya. Hal ini berarti Mama bisa menggunakan dot tersebut bahkan ketika si Kecil sudah memasuki masa berhenti menggunakan botol dot.
- Polyphenylsulfone (PPSU) berwarna kuning agak buram, bisa dipanaskan hingga 180 derajat dan didinginkan hingga -100°C, warna tidak mudah pudar meskipun dicuci atau direbus dan wajib diganti 1-2 tahun sekali.
- Polyethersulfone (PES) berwarna kuning dan keras, tahan terhadap goresan, tidak mudah berubah warna, bisa dipanaskan 180°C, dan tahan 1-2 tahun.
Sebagai informasi, harga botol dot berbahan Polyethersulfone (PES), Polyphenylsulfone (PPSU), dan Polyamida (PA) biasanya lebih mahal dari Polypropylene (PP).
Bahaya Bisphenol-A (BPA) untuk Bayi
Zat Bisphenol-A (BPA) dapat ditemukan pada kehidupan sehari-hari. Seluruh makanan atau minuman dalam kemasan kaleng maupun plastik biasanya terbuat dari BPA, termasuk botol dot. BPA banyak digunakan karena kuat, ringan, dan tahan lama.
Namun, botol dot yang mengandung zat kimia BPA sebaiknya dihindari oleh para orangtua karena berdampak buruk pada kesehatan si Kecil. Bayi yang terpapar BPA berisiko mengganggu materi putih di otaknya yang kemudian berdampak pada perilakunya, seperti hiperaktif, mudah cemas, dan depresi.
Selain itu, BPA juga mengganggu homeostatis di dalam tubuh yang bertugas untuk mempertahankan kondisi tetap stabil, seperti suhu tubuh, keseimbangan cairan tubuh, kadar kalsium, serta kadar gula darah. Kondisi ini bisa berujung pada terhambatnya perkembangan bayi, kanker, obesitas, dan diabetes.
Melansir Nationwide Children’s, sebuah penelitian menemukan fakta bahwa anak-anak yang terpapar BPA berisiko mengalami gangguan kelenjar prostat pada anak laki-laki dan gangguan kelenjar susu hingga pubertas dini pada anak perempuan.