Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Setiap perkembangan bayi, sudah tentu menjadi kebahagiaan bagi orangtua. Termasuk saat bayi sudah bisa turun ke lantai untuk belajar berjalan.
Berbagai tradisi pun dilakukan untuk mensyukuri kebahagiaan tersebut. Salah satunya adalah upacara ritual tedak siten. Bukan hanya sebagai tradisi untuk bersyukur, upacara ini juga dianggap dapat memprediksi masa depan bayi.
Upacara adat ini digelar sebagai bentuk rasa syukur karena sang Anak akan mulai belajar berjalan. Selain itu, upacara ini juga merupakan salah satu upaya memperkenalkan anak kepada alam sekitar dan juga ibu pertiwi.
Hal ini juga merupakan perwujudan dari salah satu pepatah Jawa yang berbunyi “Ibu pertiwi, bopo angkoso” (Bumi adalah ibu dan langit adalah Bapak).
Nah, untuk mengetahui lebih dalam mengenai ritual adat yang satu ini, berikut Popmama.comtelah merangkum beberapa informasi pentingnya.
1. Apa itu tedak siten?
Tedak siten adalah budaya warisan leluhur masyarakat Jawa untuk bayi yang berusia sekitar tujuh atau delapan bulan. Tedak siten dikenal juga sebagai upacara turun tanah. Berasal dari kata ‘tedak’ yang berarti turun dan ‘siten’ berasal dari kata ‘siti’ yang berarti tanah. Upacara tedak siten ini dilakukan sebagai rangkaian acara yang bertujuan agar anak tumbuh menjadi anak yang mandiri.
Tradisi ini dijalankan saat anak berusia hitungan ketujuh bulan dari hari kelahirannya dalam hitungan pasaran Jawa.
Perlu diketahui juga bahwa hitungan satu bulan dalam pasaran Jawa berjumlah 36 hari. Jadi bulan ketujuh kalender Jawa bagi kelahiran si Bayi setara dengan 8delapan bulan kalender masehi.
Bagi para leluhur, adat budaya ini dilaksanakan sebagai penghormatan kepada bumi tempat anak mulai belajar menginjakkan kakinya ke tanah. Dalam istilah Jawa disebut tedak siten.
Selain itu, tedak siten juga diiringi doa-doa dari orangtua dan sesepuh sebagai pengharapan agar kelak anak sukses menjalani kehidupannya.
2. Perlengkapan untuk ritual tedak siten
Orangtua memerlukan sejumlah perlengkapan untuk menggelar ritual tedak siten. Adapun perlengkapan yang dimaksud adalah sebagai berikut:
- Jenang bluwok alias jenang berwarna-warni yang terbuat dari ketan.
- Tangga dan kursi yang dibuat dari tebu.
- Kembang setaman.
- Kurungan dari bambu seperti untuk mengurung ayam.
- Tumpeng robyong, bubur dan jadah yang terbuat dari 7 warna.
- Uang kertas.
- Sayur-sayuran.
- Jajanan Pasar.
- Buah-buahan.
- Nasi tumpeng dan ayam kampung utuh.
3. Rangkaian ritual acara tedak siten
Prosesi tedak siten dimulai di pagi hari dengan serangkaian makanan tradisional untuk selamatan. Makanan tradisional tersebut berupa ‘jadah’ atau ’tetel’ sebanyak tujuh warna.
Makanan ini terbuat dari beras ketan dicampur parutan kelapa muda dan ditumbuk hingga bercampur menjadi satu dan bisa diiris. Beras ketan tersebut diberi pewarna merah, putih, hitam, kuning, biru, jingga, dan ungu.
Jadah ini menjadi simbol kehidupan bagi anak, sedangkan warna-warni yang diaplikasikan menggambarkan jalan hidup yang harus dilalui si Bayi kelak.
Penyusunan jadah ini dimulai dari warna hitam hingga ke putih, sebagai simbol bahwa masalah yang berat nantinya ada jalan keluar atau titik terang.
Makanan tradisional lainnya yang disediakan untuk acara tedak siten ini berupa tumpeng dan perlengkapannya serta ayam utuh.
Tumpeng sebagai simbol permohanan orangtua agar si Bayi kelak menjadi anak yang berguna.
Sayur kacang panjang sebagai simbol umur panjang. Sayur kangkung sebagai simbol kesejahteraan. Kecambah sebagai simbol kesuburan, sedangkan ayam adalah simbol kemandirian.
Setelah acara selamatan dengan mengumpulkan para undangan telah dilakukan, rangkaian acara tedak siten dilanjutkan dengan prosesi menapakkan kaki bayi di atas jadah tujuh warna.
Selanjutnya adalah prosesi naik tangga. Tangga tradisional yang dibuat dari tebu jenis ‘arjuna’ dengan dihiasi kertas warna-warni.
Ritual ini melambangkan harapan agar si Bayi memiliki sifat kesatria si Arjuna (tokoh pewayangan yang dikenal bertanggungjawab dan tangguh).
Dalam bahasa Jawa ‘tebu’ merupakan kependekan dari ‘antebing kalbu’ yang bermakna kemantapan hati.
3. Tedak siten prediksi masa depan anak
Prosesi selanjutnya adalah prosesi di mana bayi dimasukkan ke dalam kurungan ayam yang telah dihias dengan kertas berwarna warni.
Prosesi ini menyimbolkan kelak anak akan dihadapkan pada berbagai macam jenis pekerjaan.
Jika prosesi selanjutnya bisa dilakukan di dalam kurungan. Tetapi seringkali agar anak merasa lebih leluasa, prosesi selanjutnya dilakukan di luar kurungan.
Bayi dihadapkan dengan beberapa barang untuk dipilih seperti cincin, uang, alat tulis, kapas, buku, cermin, pensil, mainan mobil-mobilan, dan lainnya.
Kemudian ia dibiarkan mengambil salah satu dari barang tersebut. Barang yang dipilihnya merupakan gambaran hobi dan masa depannya kelak.
Selanjutnya tebarkanlah beras kuning (beras yang dicampur dengan parutan kunyit) yang telah dicampur dengan uang logam untuk di perebutkan oleh undangan anak-anak. Ritual ini dimaksudkan agar anak memiliki sifat dermawan.
Rangkaian prosesi tedak siten diakhiri dengan memandikan bayi ke dalam air bunga setaman lalu dipakaikan baju baru. Prosesi pemakaian baju baru inipun dengan menyediakan tujuh baju yang pada akhirnya baju ketujuh yang akan ia pakai.
Hal ini menyimbolkan pengharapan agar bayi selalu sehat, membawa nama harum bagi keluarga, hidup layak, makmur dan berguna bagi lingkungannya.
Nah, itulah beberapa fakta mengenai ritual tedak siten untuk bayi berusia tujuh bulan yang dianggap mampu memprediksi masa depan anak.
Semoga informasi mengenai ritual tedak siten ini bisa memperluas pengetahuan tentang nilai-nilai luhur budaya leluhur bagi para generasi penerus.
Baca juga: