Menjelang Lebaran, Mama mungkin berburu kue kering untuk disajikan saat hari raya. Kudapan manis ini menambah keceriaan momen kumpul bersama keluarga.
Kue Lebaran ini disukai oleh banyak orang, dari anak-anak hingga orang dewasa. Banyaknya pilihan kue Lebaran mungkin membuat Mama bertanya-tanya: apakah bayi boleh makan kue Lebaran?
Nah, sebelum Mama memberikannya ke si Kecil, simak dulu penjelasan Popmama.com tentang apakah bayi boleh makan kue Lebaran. Semoga informasi berikut bisa membantu Mama dalam memilih kudapan yang tepat untuk si Kecil.
Editors' Pick
Apakah Bayi Boleh Makan Kue Lebaran?
freepik/lookstudio
Ilustrasi kue Lebaran
Kue Lebaran biasanya mengandung gula, cokelat, kacang, atau buah-buahan kering. Mengutip dari laman Baby Center, makanan manis, termasuk kue Lebaran, tidak baik untuk kesehatan bayi karena dapat menyebabkan penumpukan lemak berbahaya di dalam tubuh, yang mungkin tidak terlihat. Ditambah lagi, gula merupakan salah satu penyebab utama kerusakan gigi.
Biskuit, permen, es krim, dan puding manis tidak disarankan untuk bayi di bawah satu tahun. Ingatlah, makanan yang Mama berikan kepada bayi sejak dini dapat memengaruhi makanan apa yang akan mereka nikmati saat mereka tumbuh dewasa. Menawarkan makanan manis saat ini dapat mendorong keinginan untuk makan makanan manis, sehingga akan lebih sulit untuk mendorong mereka makan makanan yang lebih sehat di kemudian hari.
Perlu juga diperhatikan bahwa banyak makanan mengandung gula tambahan, misalnya sirup dan jus buah.
Bila memungkinkan, hindari memberikan kue Lebaran. Namun di sisi lain, Lebaran hanya setahun sekali, seperti halnya ulang tahun pertama bayi. Untuk sekadar mencicipi, Mama bisa memberikan sepotong kecil kue Lebaran. Tapi ingat, jangan kebablasan, ya, Ma!
Kudapan Pengganti Kue Lebaran untuk Bayi
Pixabay/Couleur
Kue Lebaran memang tampak menggiurkan. Namun, Mama dapat menggantinya dengan kudapan lain untuk si Kecil.
Banyak jenis buah yang manis dan lezat, juga kaya akan nutrisi. Hal ini menjadikannya pilihan yang lebih baik untuk bayi. Alih-alih cokelat, kue kering, atau permen, tawarkan bayi potongan buah lembut yang dipotong-potong, seperti:
pisang
persik
melon
buah mangga
stroberi
pir
kiwi
Jika Mama memberikan buah kering pada bayi, ingatlah untuk hanya memberikannya pada waktu makan dan potong atau rendam sebelum memberikannya kepada si Kecil. Jika bayi mengonsumsi makanan dan minuman lain pada saat yang sama, ini dapat membantu meminimalkan kerusakan akibat gula pada giginya.
Risiko Konsumsi Gula Berlebih bagi Bayi
Freepik/KamranAydinov
Ada beberapa risiko mengonsumsi terlalu banyak gula bagi bayi, seperti:
1. Makanan manis mengandung sedikit nutrisi dan nilai gizi sehingga bisa menghambat perkembangan otak
Makanan seperti kue, permen, dan sereal manis, serta minuman manis seperti jus dan soda, memiliki banyak tambahan gula, yang bukan merupakan nutrisi yang dibutuhkan bayi.
Yang paling mengkhawatirkan adalah konsekuensi yang terjadi ketika makanan manis menjadi bagian dari pola makan bayi. Nutrisi penting seperti kalsium, vitamin D, dan DHA mungkin akan tergeser oleh gula. Makanan utuh, terutama buah-buahan dan sayur-sayuran serta makanan sehat lainnya, tergantikan saat makanan manis menjadi bagian dari pola makan.
Nutrisi sangat dibutuhkan dalam dua tahun pertama kehidupan. Mengisi perut kecil bayi dengan makanan manis tidak membantu menyehatkan tubuh dan otaknya.
2. Makanan manis mengandung kalori tinggi
Sering kali, makanan manis, meskipun tinggi kandungan gula, juga tinggi kalori. Pola makan yang tinggi kalori mungkin memberikan terlalu banyak energi (kalori) untuk bayi dan dikaitkan dengan lemak tubuh berlebih.
Prevalensi lemak tubuh ekstra sekitar 8% pada bayi di bawah usia dua tahun, menurut CDC. Pilihan makanan sangat penting pada kelompok usia ini.
Tentu saja, setelah usia dua tahun, pola makan sehat dapat mencakup makanan manis. Semuanya seimbang.
3. Konsumsi makanan manis memperkuat preferensi rasa
Makanan manis menghasilkan makanan manis. Bayi dilahirkan dengan preferensi yang sudah terbentuk terhadap rasa manis (cairan ketuban manis dan begitu pula ASI). Mereka juga terlahir dengan sedikit pengalaman dengan rasa pahit yang ditemukan pada makanan seperti sayuran.
Makanan yang dimakan bayi di luar kandungan, terutama jika tinggi gula dan lemak, dapat memperkuat preferensi terhadap makanan manis dan berlemak.
Selama lima tahun pertama saat anak-anak mulai menentukan preferensi makanan mereka, seringnya terpapar makanan dengan rasa manis atau minuman manis dapat semakin mendorong preferensi terhadap makanan tersebut.
4. Gula meningkatkan risiko gigi berlubang
Kerusakan gigi dapat terjadi ketika gigi bayi terkena gula. Itu terjadi sebelum bayi memiliki gigi!
Mengapa? Gula membantu bakteri tumbuh dan ini menyebabkan gigi membusuk.
Banyak cairan yang diminum anak kecil mengandung gula alami, termasuk susu sapi dan produk susu lainnya, susu formula bayi, dan jus buah.
Mengonsumsi makanan padat yang mengandung gula juga akan menambah kadar gula pada gigi bayi, sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya pembusukan.
Pastikan Mama menyikat gigi bayi setiap hari untuk menurunkan risiko kerusakan gigi.
Sekarang Mama sudah mengetahui tentang apakah bayi boleh makan kue Lebaran. Semua keputusan ada di tangan Mama. Putuskan dengan bijak demi kesehatan si Kecil, ya, Ma.