Apakah Ulat Sagu Boleh Diolah Jadi MPASI?
Ulat sagu merupakan salah satu makanan yang kaya akan protein, Ma
8 Februari 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sebuah video tentang seorang murid yang membawa bekal nasi dengan ulat sagu sempat viral beberapa waktu lalu. Mungkin tampak aneh dan menjijikkan, namun ulat sagu sebenarnya kaya nutrisi, salah satunya protein.
Di beberapa wilayah di Indonesia, ulat sagu merupakan salah satu makanan yang digemari. Selain itu, ulat sagu juga menjadi salah satu makanan alternatif untuk memenuhi kebutuhan protein harian.
Seperti yang Mama ketahui, pemenuhan protein sangat penting di masa tumbuh kembang si Kecil. Tapi apakah ulat sagu bisa diolah jadi MPASI? Sebelum Mama mencoba mengolahnya, simak dulu ulasan Popmama.com soal ulat sagu untuk MPASI di bawah ini.
Kandungan Gizi Ulat Sagu
Menurut data dari Data Komposisi Pangan Indonesia yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan RI, setidaknya dalam 100 gram ulat sagu mentah terkandung zat gizi seperti berikut:
- Air: 65.9 gram (g)
- Energi: 241 Kal
- Protein: 5,8 g
- Lemak: 21.6 g
- Karbohidrat: 5,8 g
- Serat: 2,8 g
- Abu: 0.9 g
- Kalsium: 20 miligram (mg)
- Fosfor: 70 mg
- Besi: 0,5 mg
- Natrium: 210 mg
- Kalium: 210 mg
- Tembaga: 1 mg
- Seng: 7,7 mg
- Thiamin: 0, 17 mg
- Riboflavin (Vitamin B2): 1.45 mg
- Niasin: 0,1 mg
Editors' Pick
Apakah Ulat Sagu Boleh Diolah Jadi MPASI?
Ulat sagu menjadi salah satu bahan makanan yang sering dikonsumsi oleh masyarakat yang tinggal di Indonesia Timur.
Mungkin bagi sebagian orang, ulat sagu tampak menjijikkan. Tapi ulat sagu kaya akan nutrisi, salah satunya adalah protein. Bagi saudara kita yang tinggal di Indonesia Timur, ulat sagu sangat mudah diperoleh.
Karena memiliki kandungan nutrisi yang baik untuk kesehatan, apakah ulat sagu boleh diolah jadi MPASI?
Sebuah penelitian tentang konsumsi ulat sagu dilakukan pada sekelompok anak berusia 12 bulan hingga 5 tahun dilakukan. Hasilnya adalah ulat sagu bisa diberikan kepada bayi berusia 12 bulan sebagai makanan alternatif yang kaya gizi dan terjangkau secara lokal.
Hasil penelitian tersebut juga mengungkapkan bahwa pemanfaatan sagu secara lokal menambah keterjangkauan dan keberlanjutan sistem pangan dan kesehatan dalam budaya konsumsi sagu, sehingga berkontribusi terhadap ketahanan pangan.
Penelitian lain soal kaitan konsumsi ulat sagu dan peningkatan berat badan, kadar albumin, dan hemoglobin pada bayi dan balita juga dilakukan. Penelitian ini dilakukan pada tikus. Dan hasilnya adalah tikus yang diberi makan tepung ulat sagu mengalami peningkatkan berat badan, kadar albumin, dan hemoglobin.
Hasil dari penelitian ini dipublikasikan di Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia tahun 2021. Meski masih memerlukan penelitian lanjutan, ini menunjukkan bahwa ulat sagu bisa menjadi sumber protein yang baik bagi bayi dan anak kecil.
Jadi, ulat sagu bisa diolah jadi MPASI, ya. Namun sebelum mengolahnya, diskusikan dulu dengan dokter yang mengetahui kondisi si Kecil.
Setelah bayi mengonsumsi ulat sagu, perhatikan reaksi alergi, ya, Ma.