Cegah Stunting, Ini Takaran Protein Hewani untuk MPASI
Takaran protein hewani untuk MPASI disesuaikan dengan usia bayi
25 April 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Menurut WHO tahun 2020, stunting adalah balita berperawakan pendek (stunted) dengan tinggi atau panjang badan di bawah 2 standar deviasi grafik pertumbuhan WHO. Perawakan pendek ini disebabkan oleh kekurangan gizi kronik atau berulang.
Namun perlu diperhatikan, tidak semua anak yang bertubuh pendek itu dikatakan stunting. Bisa jadi tubuh pendek itu disebabkan karena faktor keturunan.
Ada beberapa bayi mengalami kekurangan gizi kronik, yaitu asupan gizi tidak adekuat dan kebutuhan gizi meningkat.
Dalam jangka panjang, kekurangan gizi kronik ini bisa menyebabkan perkembangan otak terganggu sehingga memengaruhi kemampuan kognitif anak kelak. Pada akhirnya, si Kecil mungkin mengalami kesulitan belajar ketika sudah duduk di bangku sekolah nanti.
Untuk mencegah stunting, vitamin dan mineral (zat gizi mikro) saja tidak cukup, Ma. Bayi juga perlu mendapatkan protein hewani untuk menurunkan risiko stunting, Ma.
Hal ini mungkin membuat Mama bertanya-tanya: berapa takaran protein hewani untuk MPASI? Jawabannya bisa disimak pada ulasan Popmama.com berikut ini.
Editors' Pick
Protein Hewani untuk Mencegah Stunting
Menurut sebuah penelitian, stunting pada anak dikaitkan dengan kekurangan asam amino esensial.
Lalu, dari mana asam amino esensial ini bisa diperoleh? Bahan makanan sumber protein hewani mengandung asam amino esensial yang lengkap dan cukup bila dibandingkan dengan protein nabati. Konsumsi lebih dari satu jenis protein hewani terbukti dapat menurunkan risiko stunting.
Apakah protein nabati saja tidak mencukupi? Jumlah asam amino esensial yang terkandung pada protein nabati itu lebih sedikit jika dibandingkan dengan protein hewani, Ma.
Jadi, untuk mendapatkan jumlah yang cukup, bayi atau balita harus mengonsumsi sejumlah besar makanan sumber protein nabati. Padahal seperti yang Mama tahu, seperti kacang-kacangan, tempe, atau tahu itu berukuran besar (bulky).
Dengan perut kecilnya, bayi tidak bisa mengonsumsi sejumlah besar makanan sumber protein nabati untuk memenuhi kebutuhan asam amino esensialnya.
Hasil survey DHS terhadap bayi berusia 6-23 bulan di 49 negara menunjukkan tingginya prevalensi stunting terkait dengan rendahnya kandungan sumber pangan hewani dalam MPASI.
Lalu berapa jumlah protein yang dibutuhkan oleh bayi dalam sehari? Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2019 Tentang Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan, bayi usia 6-11 bulan membutuhkan sekitar 15 gram protein. Dan bayi usia 12 bulan sekitar 20 gram.
Takaran Protein Hewani untuk MPASI Bayi Usia 6-8 Bulan
Sejak bayi mulai mengonsumsi makanan padat, Mama bisa memberikan protein hewani. Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, bayi usia 6-8 bulan bisa mengonsumsi salah satu makanan sumber protein hewani berikut ini dalam sehari (1-2 kali makan):
- Telur ayam 50 gram (ukuran sedang),
- Ikan 40 gram (4 sdm),
- Daging sapi 30 gram (3 sdm),
- Daging ayam 40 gram (4 sdm),
- Hati ayam 35 gram (3,5 sdm).