Ara atau buah tin adalah buah bergizi dari pohon ara (ficus carica), termasuk dalam golongan keluarga murbei. Memiliki kulit hijau tua hingga keunguan dan daging buah magenta saat matang.
Daging buahnya memililiki biji kecil yang bisa dimakan dan rasanya manis dengan sedikit rasa berry.
Buah ara dapat dikonsumsi dalam bentuk segar, kering, atau kalengan untuk mendapatkan manfaat kesehatan.
Jika Mama ingin menambahkan buah ke dalam menu MPASI bayi, cari tahu dulu kapan bayi boleh mengonsumsinya serta apa saja manfaatnya.
Ulasan Popmama.com kali ini akan membahas soal nilai gizi, manfaat buah ara untuk bayi serta tips memberikannya sebagai MPASI.
Kapan Bayi Boleh Mengonsumsi Buah Ara?
Pexels/amswphotography
Sebagian besar bayi dapat makan buah ara segar dan matang dalam bentuk pure atau bubur sejak usia enam bulan. Setelah bayi menyesuaikan dengan rasa buah ara, Mama dapat menambahkannya ke makanan lain, seperti bubur. Di usia sembilan hingga 10 bulan, beri makan buah ara kecil seukuran gigitan sebagai camilan.
Bayi usia antara enam dan 12 bulan tidak boleh mengonsumsi buah ara kering karena berpotensi menimbulkan risiko tersedak. Jika Mama ingin memberi buah ara kering pada bayi di bawah 12 bulan, sajikan dalam bentuk dimasak atau dihaluskan.
Editors' Pick
Nilai Gizi Buah Ara
Pexels/Lum3n
Buah ara menawarkan beberapa nutrisi penting, seperti serat makanan, kalium, kalsium, magnesium, zat besi, fosfor, antioksidan, dan vitamin A, B, E, K dan C.
Satu buah ara kecil segar (40g) mengandung:
Air 31.6g
Energi 29,6Kkal
Serat 1.16g
Kalsium 14mg
Besi 0.148mg
Magnesium 6.8mg
Fosfor 5.6mg
Kalium 92.8mg
Vitamin A 2.8µg
Manfaat Buah Ara untuk Bayi
Pexels/ Studio Layana
Bukan buah sembarangan, ini manfaat buah ara untuk bayi:
Memberikan energi dan hidrasi: Satu buah ara kecil segar (40g) menyediakan 30 kkal energi dan sejumlah besar air. Bayi membutuhkan asupan energi untuk mempertahankan pertumbuhan dan perkembangan yang cepat.
Menawarkan mikronutrien penting: Buah ara adalah sumber potasium, zat besi, tembaga, magnesium, kalsium, vitamin A, B, dan serat makanan yang sangat baik. Nutrisi ini diperlukan untuk berbagai fungsi fisiologis yang pada akhirnya mendukung pertumbuhan dan perkembangan bayi. Buah ara bersifat antimikroba dan memperkuat sistem kekebalan tubuh.
Sumber antioksidan: Flavonoid, antosianin, dan senyawa fenolik, seperti asam galat, asam klorogenat, dan epikatekin, memberikan sifat antioksidan pada buah ara. Antioksidan meningkatkan kekebalan dan meningkatkan kesehatan jangka panjang.
Meningkatkan kesehatan pencernaan: Buah ara mengandung sejumlah besar serat makanan, terutama selulosa, yang menambah curah dan menahan air usus. Kedua fitur ini diperlukan untuk menjaga pergerakan usus yang sehat dan mencegah sembelit. Beberapa penelitian bahkan mendukung potensi efek pencahar buah ara.
Perhatikan sebelum Memberikan Buah Ara untuk MPASI Bayi
Pexels/furkanfdemir
Meski aman, Mama tetap harus melakukan tindakan pencegahan ya, terutama mengamati apakah ada reaksi alergi pada si Kecil. Melakukan beberapa tindakan pencegahan sederhana memastikan bayi mengonsumsi buah ara dengan aman. Berikut beberapa hal yang dapat Mama lakukan:
Beli buah ara organik dari penjual yang memiliki reputasi baik untuk memastikan kualitas buahnya. Simpan dengan hati-hati karena buah ara halus dan mudah memar.
Mulailah memberi bayi buah ara segar dalam bentuk tumbuk atau halus. Setelah bayi menyukai rasa dan teksturnya serta dapat mencerna buah ara dengan nyaman, mulailah menambahkan buah ke makanan lain.
Ikuti aturan "menunggu tiga hari" dan selama waktu ini, hanya memberi makan buah ara dan tidak ada makanan baru berpotensi alergi lainnya untuk bayi. Ini membantu Mama untuk mengamati sensitivitas, intoleransi, atau alergi.
Perkenalkan satu hingga dua sendok teh buah ara yang dihaluskan kepada bayi. Setelah bayi merasa nyaman dengan rasa dan daya cerna, secara bertahap tingkatkan jumlahnya menjadi satu atau dua sendok makan.
Jika bayi terlihat tidak nyaman setelah mengonsumsi buah ara, segera hentikan pemberian makan, dan coba lagi nanti. Jika masalah berlanjut, konsultasikan dengan dokter anak.
Alergi buah ara (sindrom alergi oral) mungkin terjadi dan gejalanya muncul segera setelah menelan atau mencoba buah ara segar atau kering. Perhatikan tanda-tanda alergi, seperti ruam kulit yang gatal, bersin, mengi, atau sakit tenggorokan.
Buah ara segar dan kering dapat berinteraksi dengan obat-obatan tertentu. Jika bayi sedang menjalani pengobatan, konsultasikan dengan dokter sebelum menambahkan buah ara ke dalam makanan bayi.
Jangan berlebihan memberikan buah ara pada bayi. Konsumsi buah ara secara berlebihan dapat menyebabkan ketidaknyamanan pencernaan, seperti diare, pada beberapa bayi.
Itulah beberapa manfaat buah ara untuk bayi. Buah ara rasanya manis sehingga mudah dikonsumsi oleh bayi. Jangan lupa perhatikan apakah ada reaksi alergi setelah mengonsumsinya, Ma.