9 Tradisi Unik di Jepang untuk Menyambut Kelahiran Bayi
Ada tradisi yang mirip dengan tedak siten Jawa lho, Ma
25 Maret 2022
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jepang memiliki berbagai macam tradisi unik serta festival yang berbeda di setiap musim. Tradisi unik tersebut termasuk menyambut kelahiran bayi.
Walaupun zaman terus berkembang, namun masyarakat Jepang tetap melaksanakan tradisi yang sudah berjalan sejak dahulu kala. Hanya saja, pelaksanaan dari tradisi ini mungkin sedikit berbeda.
Nah, untuk mengetahui tradisi apa saja dalam menyambut kelahiran bayi di Jepang, di bawah ini Popmama.com telah rangkum tradisi unik di Jepang untuk menyambut kelahiran bayi. Yuk, kita simak!
1. Anzan Hara Obi atau doa untuk keselamatan persalinan
Saat kehamilan memasuki usia 5 bulan, ibu hamil akan mendapatkan sebuah anzan hara obi (selempang) dari orangtua atau dari kuil. Selempang ini nanti akan diikatkan pada perut ibu hami; pada hari anjing atau Inu-no-hi.
Adapun pemasangan selempang tersebut adalah untuk mendoakan keselamatan dan kemudahan dalam proses persalinan. Selain selempang, ibu hamil juga mendapat Anzan omamori (jimat) untuk perlindungan selama kehamilan dan persalinan.
2. Miyanoiwa atau tradisi pemurnian kamar
Pada 3 hari setelah bayi lahir, orangtua akan memurnikan kamar bayi dalam rangka menyambut si Kecil ke ruangan baru dengan meletakkan garam yang menggunung di dua lokasi kimon (gerbang iblis).
Menurut kepercayaan orang Jepang, kimon atau gerbang iblis berada di timur laut dan ura kimon (belakang gerbang iblis) di bagian tenggara, Ma. Dikatakan bahwa iblis datang dari gerbang iblis yang berada arah timur laut.
Selain garam, orangtua juga meletakkan ofuda spesial (kertas keberuntungan) yang digantungkan di atas tempat tidur bayi.
3. Tanjoki atau gulungan kelahiran
Tanjoki atau gulungan kelahiran disiapkan oleh kepala pendeta kuil yang berisikan semua peristiwa besar yang akan terjadi di kehidupan anak. Tanjoki sendiri sama seperti 'buku bayi' di negara barat. Tanjoki biasanya diberikan kepada orangtua saat kunjungan pertama anak mereka ke kuil.
Editors' Pick
4. Oshichiya Meimeishiki atau upacara penamaan bayi
Oshichiya Meimeishiki atau upacara penamaan bayi dilakukan di malam ke tujuh atau satu minggu setelah bayi dilahirkan.
Orangtua dan kerabat akan mengadakan upacara ini dalam rangka memberikan nama si Bayi secara resmi di depan butsudan atau altar buddha di rumah.
Setelah nama bayi ditentukan, orangtua akan menuliskan nama anak mereka dengan kaligrafi Jepang di sertifikat nama (meimeisho).
Meimeisho sendiri bisa berupa gulungan, poster atau karton mewah, dan akan dipajang secara menonjol di dinding dekat butsudan di rumah.
Kerabat dan teman dari orangtua akan berkumpul di sekitar bayi yang berpakaian serba putih dan memberikan hadiah atau shugibukuro (uang yang dimasukkan kedalam amplop khusus).
5. Hatsumairi atau kunjungan pertama ke kuil
Tradisi unik berikutnya adalah Hatsumairi atau kunjungan pertama ke kuil.
Keluarga dari bayi akan melakukan Hatsumairi dengan membawa bayi mereka ke kuil Buddha di hari ke 31 (untuk laki-laki) dan 32 (untuk perempuan) kelahiran bayi dalam rangka melaporkan kelahiran kepada Buddha dan leluhur.
Keluarga akan berterima kasih untuk persalinan yang aman dan meminta Buddha untuk membimbing anak mereka saat ia tumbuh dewasa.
Saat orangtua menggendong si Bayi, pendeta kuil akan memberkati kepala anak dengan amacha (teh manis) dari upacara Hanamatsuri (ulang tahun Buddha).
Selain itu, orangtua akan meminta jimat khusus dan menulis doa khusus di ema (plak doa kayu).
6. Kotobuki Bako atau kotak tali pusar
Sama seperti tradisi mengubur ari-ari pada masyarakat Jawa, Kotobuki Bako dilakukan masyarakat Jepang dengan menyimpan tali pusar di kotak kayu yang bernama bako.
Biasanya di dalam kotobuki bako ada boneka kecil yang menggambarkan bayi yang sedang tidur mengenakan kimono. Kimono bisa dibuka dan tali pusar akan di tempatkan di dalamnya.
Namun seiring berjalannya waktu, kotobuki bako tidak perlu menggunakan boneka bayi berkimono. Cukup dengan meletakkan ari-ari di dalam kotak dan ditutup.
Hal ini dipercaya bahwa dengan menjaga tali pusar dengan cara ini, maka hubungan positif antara ibu dan anak akan terjaga.
7. Okuizome atau makanan pertama
Ketika sudah berusia 100 hari, makanan pertama akan disajikan khusus untuk si Kecil.
Dengan melakukan tradisi ini, orangtua berharap bahwa anak mereka akan selalu mendapatkan makanan enak dan tidak pernah merasa kelaparan selama masa hidupnya.
Menu yang disajikan berbeda tergantung kebiasaan menurun di keluarga. Beberapa menu yang biasa disajikan di Jepang ada:
- Sumashi-Jiru (sup bening) atau Sui-mono (sup ala Jepang),
- Sekihan (nasi merah). Kacang merah disajikan dengan ketan (nasi pulen),
- Tai (ikan laut bream). Tai melambangkan kekayaan dan kemakmuran, dan disajikan dengan kepala dan ekor yang masih utuh. (makanan dari ikan/hewan tidak boleh diberikan kepada Buddha atau di letakkan di dekat butsudan).
- Ishi (batu). Batu menyimbolkan pertumbuhan gigi yang kuat dan sehat. Ishi bisa digantikan dengan mochi merah putih atau kachiguri (kacang kastanye kering).
- Kono-mono atau acar.
- Nimono (makanan yang dibuat dengan cara direbus).
Upacara ini sendiri harus dilakukan di rumah. Orangtua akan mengambil sedikit makanan dan menekannya ke bibir bayi.
8. Hatsu Tanjo atau ulang tahun pertama
Saat si Kecil sudah berusia 1 tahun, hatsu tanjo akan diselenggarakan dengan memberikan anak mereka dua kue beras berwarna merah-putih yang sudah dituliskan nama dari anak mereka.
Mochi atau kue beras yang diberikan memiliki berat 1.8 kg dan akan diikatkan di punggung anak menggunakan kain.
Pada tradisi ini sendiri, orangtua memiliki peran untuk mencegah anak mereka berjalan (atau merangkak) dengan lancar dengan memberikan sedikit dorongan agar anak akan kesusahan.
Dengan mengadakan tradisi ini, orangtua bermaksud baik karena ingin agar anak mereka diberkahi kesehatan, makanan, dan enman (kejantanan) sepanjang hidupnya.
Enman menyimbolkan kesempurnaan, keserasian, kedamaian, kelancaran, kelengkapan dan kepuasan serta keutuhan.
9. Erabitori atau pilih dan ambil
Sama seperti acara tedak siten masyarakat Jawa, erabitori akan memprediksi masa depan karir si Anak dengan menyediakan beberapa barang yang menyimbolkan berbagai macam profesi pekerjaan.
Barang-barang yang disediakan biasanya bergantung pada keluarga, seperti bulpen atau kuas menulis, uang atau dompet, gunting, sumpit atau sendok, bola dan lain sebagainya.
Erabitori diselenggarakan saat anak sudah berusia satu tahun, dan biasanya akan dilaksakan bersamaan dengan Hatsu Tanjo atau ulang tahun pertama si Anak.
Itulah tadi 9 tradisi unik di Jepang dalam menyambut kelahiran bayi. Walaupun memiliki nama yang berbeda di setiap negara, inti dari tradisi ini sama, yaitu mendoakan kesehatan, kemudahan, dan keselamatan dalam hidup anak.
Baca juga:
- Mengenal Oshichiya Meimei Shiki, Upacara Penamaan Bayi di Jepang
- Mengenal Doljanchi, Tradisi Korea yang Mirip Upacara Tedak Siten Jawa
- Unik! Begini Tradisi Orangtua di Korea Selatan Sambut Kelahiran Bayi