Jangan Panik! Begini Cara Mengatasi Kejang karena Demam pada Bayi
Saat si Kecil mengalami demam, ia rentan kejang. Ini cara mengatasinya. Pelajari Ma!
2 Februari 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Kejang demam mungkin menjadi masalah kesehatan anak yang paling dikhawatirkan Mama. Apalagi, jika usia anak masih bayi. Ya, kejang demam memang banyak menyerang anak 6 bulan hingga 5 tahun.
Beberapa mitos seputar dampak kejang bagi tumbuh kembang anak ikut memperkeruh suasana. Tidak heran deh kalau Mama khawatir si Kecil kejang demam.
Orangtua mungkin panik saat melihat anak kejang demam, karena biasanya hal ini terjadi mendadak setelah anak demam beberapa hari. Padahal, Ikatan Dokter Anak Indonesia menyarankan untuk tidak panik dalam menghadapi kejang demam, karena bisa diatasi dengan langkah-langkah mudah dan tepat.
Untuk menambah pengetahuan Mama seputar kejang demam pada bayi, baca beberapa informasi penting dari IDAI berikut ini, yuk.
Editors' Pick
Ikuti 6 Langkah Tepat Menghadapi Kejang Demam
Ada 6 langkah yang harus Mama lakukan ketika menghadapi anak kejang karena demam. Begini urutannya:
1. Baringkan anak di tempat yang aman
Pastikan anak tidak berdekatan dengan benda-benda berbahaya, seperti barang pecah belah atau listrik.
2. Baringkan dalam posisi miring
Tujuannya adalah agar anak tidak tersedak makanan, minuman, muntahan, atau benda apa pun yang ada di dalam mulutnya.
3. Jangan memasukkan sendok ke mulutnya
Termasuk memasukkan kayu atau jari orangtua ke dalam mulut anak kejang. Mitos yang satu ini memang banyak beredar, padahal IDAI sangat tidak merekomendasikan hal ini.
4. Jangan memberi minum
Saat anak kejang demam, yang pertama melintas di kepala Mama mungkin memberinya minum hangat. Entah memberi minum, makan, atau obat, sebaiknya jangan diberikan saat anak sedang kejang, Ma. Hal itu justru berisiko menyumbat saluran napas anak.
5. Jangan menahan gerakannya
Saat kejang demam, tubuh anak bergerak kencang seperti tak terkendali. Jangan menahan gerak tubuhnya dengan paksa, karena dapat meningkatkan risiko patah tulang.
6. Tunggu berhenti, baru ke dokter
Walau Mama mungkin panik, namun jangan langsung membawa anak ke dokter saat ia sedang kejang. IDAI menyarankan untuk menunggu kejang berhenti, baru memeriksakannya ke UGD terdekat. Jangan lupa amati semua yang terjadi saat anak kejang, dan informasikan itu ke dokter.
Kejang Bisa karena Infeksi Virus atau Genetik
Umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus, seperti di saluran napas. Penyebab lainnya bisa jadi faktor genetik, karena tidak semua anak demam mengalami kejang.
Ambang kejang setiap anak juga berbeda-beda, ada anak yang kejang pada suhu tubuh 38° Celcius, ada juga yang baru kejang di suhu 40° Celcius.
Saat kejang, anak tidak sadar dan tidak memberi respons jika dipanggil. Namun jangan khawatir, karena anak akan sadar kembali setelah selesai kejang. Umumnya kejang berlangsung selama kurang dari 5 menit dan tidak terjadi lagi dalam 24 jam.
Nah, jika anak Mama sudah pernah kejang, biasanya dokter akan membekali Mama dengan obat pereda demam yang dimasukkan dari dubur. Obat demam jenis ini lebih cepat menurunkan suhu tubuh dibandingkan obat yang diminum.
Mitos Seputar Kejang Demam. Benarkah?
Apakah kejang demam bisa menurunkan kecerdasan anak? Sejauh ini, IDAI menjawab tidak benar.
IDAI mengatakan bahwa kejang demam tidak berpengaruh terhadap perkembangan atau kecerdasan anak. Jangan khawatir, Ma, karena sebagian besar anak yang pernah kejang demam memiliki tumbuh kembang yang normal dan tanpa kelainan, kok.
Lalu bagaimana dengan epilepsi? Banyak juga mitos beredar kalau anak kejang demam mudah mengalami epilepsi. Faktanya, epilepsi hanya terjadi pada kurang dari 5 persen anak yang pernah kejang demam, Ma.
Bahkan biasanya ada faktor-faktor risiko lain pada anak tersebut, jadi bukan murni disebabkan oleh kejang demam.
Bagaimana, Ma? Ternyata kejang demam tidak semenakutkan itu, kan?
Baca juga: Mitos dan Fakta Seputar Obat Demam untuk Bayi. Benarkah Bisa Cegah Kejang Demam?