Setiap orangtua pastinya mendambakan sang Buah Hati lahir dan tumbuh-berkembang dengan sebaik-baiknya. Namun, ada beberapa kondisi yang membuat seorang anak berbeda dengan anak yang lainnya dalam hal kesehatan. Gangguan kesehatan di masa kanak-kanak ada beragam jenisnya. Salah satunya adalah attention deficit hyperactivity disorder atau ADHD.
Banyak orang menganggap anak dengan ADHD adalah anak yang nakal dan tidak bisa diam. Pada kenyataannya, ADHD tidak terkait sifat pembawaan, melainkan adanya gangguan perkembangan saraf. Gangguan ini bahkan dialami oleh 5 persen anak di seluruh dunia dan 2,5 persen orang dewasa.
Lalu, apa penyebab ADHD? Benarkah gangguan ini adalah kelainan genetik yang diturunkan? Berikut Popmama.com merangkum informasinya, dilansir dari Healthline:
Mengenal ADHD
Pixabay/StockSnap
Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) adalah gangguan perkembangan saraf. Gangguan ini paling sering didiagnosis di masa kanak-kanak, tetapi orang dewasa dapat mengalami gejala gangguan ini.
Gejala ADHD yang paling umum meliputi:
Ketidakmampuan untuk fokus,
gelisah atau menggeliat,
menghindari tugas atau tidak bisa menyelesaikannya,
mudah teralihkan.
Editors' Pick
Penyebab Umum ADHD
Unsplash/Shirota Yuri
Para peneliti tidak dapat mengidentifikasi satu pun penyebab ADHD. Kombinasi gen, faktor lingkungan, dan kemungkinan pola makan tampaknya memengaruhi kemungkinan seseorang mengembangkan gangguan ini.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa gen adalah faktor terbesar dalam menentukan siapa yang mengembangkan ADHD. Bagaimanapun, gen adalah bahan penyusun tubuh kita. Tiap orang mewarisi gen dari orangtuanya.
Seperti banyak kelainan atau kondisi lainnya, ADHD mungkin memiliki komponen genetik yang kuat. Karena itulah, banyak ilmuwan memfokuskan penelitian mereka pada gen mana yang membawa kelainan tersebut.
Kekerabatan dalam Potensi Gangguan ADHD
Freepik/Oneinchpunch
Jika seorang anak memiliki anggota keluarga yang mengidap ADHD, ada kemungkinan ia juga mengalami gangguan tersebut. Anak-anak penderita ADHD biasanya memiliki orangtua, saudara kandung, atau kerabat dekat lainnya yang menderita ADHD.
Faktanya, menurut National Institutes of Health (NIH), setidaknya sepertiga dari laki-laki yang menderita ADHD akan memiliki anak yang akan didiagnosis ADHD.
Apakah Anak Kembar Keduanya Bisa Mengalami ADHD?
Pixabay/bensoneye
Anak kembar berbagi banyak hal, mulai dari hari ulangtahun yang sama, rahasia antara mereka berdua, hingga beberapa kesukaan makanan yang sama. Sayangnya, mereka juga berbagi risiko ADHD.
Menurut sebuah penelitian di Australia, anak kembar lebih mungkin menderita ADHD daripada anak yang dilahirkan sendirian. Selain itu, anak yang memiliki saudara kembar identik dengan ADHD, memiliki peluang tinggi untuk juga mengembangkan gangguan tersebut.
Faktor Lain yang Memperbesar Peluang Seorang Anak Mengalami ADHD
Freepik/user15285612
Selain faktor DNA, faktor lain dapat memengaruhi seorang anak mengembangkan ADHD, antara lain:
Paparan lingkungan, seperti paparan timbal, dapat meningkatkan risiko ADHD pada anak
Sejumlah kecil anak yang menderita cedera otak traumatis dapat mengembangkan ADHD
Studi yang dilakukan oleh NIH menemukan bahwa seorang perempuan yang merokok saat hamil meningkatkan risiko bayi mereka mengembangkan ADHD; perempuan yang minum alkohol dan menggunakan obat-obatan selama kehamilan juga menempatkan bayi mereka pada risiko gangguan tersebut
Menurut penelitian yang dipublikasikan oleh jurnal Pediatrics, bayi yang lahir prematur lebih cenderung memiliki ADHD ketika mereka bertumbuh besar.
Orangtua mungkin khawatir jika kelainan gen ini akan menurun ke sang Anak. Sayangnya, orangtua tidak dapat mengontrol apakah si Kecil akan mewarisi gen ADHD atau tidak. Namun, orangtua dapat mengontrol seberapa waspada mereka terhadap gejala potensial sang Anak.
Itulah informasi mengenai ADHD pada anak. Pastikan untuk memberi tahu dokter anak tentang riwayat ADHD pribadi mama dan papa. Semakin cepat orangtua menyadari tanda-tanda potensial ADHD pada anak, semakin cepat orangtua dan dokter anak dapat menanggapinya. Orangtua dapat memulai pengobatan dan terapi lebih awal. Perawatan ini dapat membantu anak belajar mengatasi gejala ADHD dengan lebih baik dan meningkatkan kualitas hidupnya agar lebih baik lagi.