Dunia terus bergerak dengan dinamis, menuntut generasi ke generasi semakin siap dengan perubahan zaman yang semakin cepat. Di masa kini, bukanlah hal yang aneh lagi jika kemampuan berkomunikasi dan menguasai berbagai bahasa menjadi hal yang begitu penting sebagai bekal hidup. Maka tak heran jika orangtua zaman sekarang getol mengajarkan anak menguasai berbagai bahasa, selain bahasa ibunya, bahkan sejak dini.
Bilingual, atau kemampuan berbahasa lebih dari satu bahasa, dalam keseharian, kini sudah sangat umum di masyarakat. Membesarkan bayi dengan metode bilingual di rumah, tentu merupakan tantangan tersendiri. Bagaimana dengan perkembangan mereka selanjutnya ketika terpapar dua atau lebih bahasa sehari-hari?
Kali ini Popmama.com menjawab berbagai pertanyaan seputar mengajarkan bilingual pada bayi, dilansir dari NCBI:
1. Apakah bayi bilingual merasa bingung dengan komunikasi yang dihadapinya?
Freepik/Shurkin_son
Salah satu kekhawatiran yang beredar di masyarakat adalah kebingungan yang dialami bayi tatkala ia terpapar dengan berbagai bahasa yang berbeda sehari-hari.
Kecuali dalam kasus gangguan saraf, pelaku bilingual yang fasih dapat berbicara bahasa apapun yang mereka pilih pada saat itu, dan tidak mengalami kebingungan.
Salah satu perilaku yang disalahpahami sebagai kebingungan adalah tatkala anak bilingual mencampur kata dari dua bahasa ke dalam sebuah kalimat. Hal ini disebut dengan code mixing.
Faktanya, code mixing adalah bagian normal dari perkembangan bilingual. Code mixing terjadi karena hal ini lazim dalam komunitas bahasa mereka. Anak hanya melakukan apa yang mereka dengar dilakukan oleh orang dewasa di sekitar mereka.
Bayi dan anak bilingual terkadang memiliki sumber linguistik yang terbatas. Serupa dengan bagaimana anak berusia satu tahun monolingual, mungkin awalnya menggunakan kata "anjing" untuk merujuk pada makhluk berkaki empat, anak bilingual juga menggunakan kosakata mereka yang terbatas. Jika seorang anak bilingual tidak tahu atau tidak dapat dengan cepat menyebut kata yang tepat dalam satu bahasa, dia mungkin meminjam kata dari bahasa lain.
Editors' Pick
2. Apakah bayi bilingual lebih cerdas?
Freepik/Racool_studio
Manfaat bilingualisme ada beragam, termasuk anak mengetahu banyak bahasa yang berbeda dalam berkomunikasi untuk pekerjaan, berbicara dengan orang-orang yang berbeda, mempertahankan hubungan dengan budaya dan sejarah keluarga, dan lain-lain.
Di luar manfaat linguistik, menjadi bilingual memberikan keuntungan non linguistik lainnya. Dalam hal pemahaman sosial misalnya. Anak-anak prasekolah bilingual memiliki keterampilan yang lebih baik daripada anak monolingual dalam hal memahami perspektif, pikiran, keinginan, dan niat orang lain.
Anak bilingual muda juga memiliki kepekaan lebih terhadap fitur komunikasi tertentu, seperti nada suara. Mereka punya memori lebih baik, misalnya menggeneralisasi informasi dari satu peristiwa ke peristiwa yang lain.
3. Apakah metode satu-orang-mengajarkan-satu-bahasa lebih baik?
Freepik/Freepic.diller
Salah satu strategi populer untuk mendidik anak bilingual adalah “satu-orang-satu-bahasa". Ini adalah strategi yang pertama kali direkomendasikan lebih dari 100 tahun yang lalu. Para ahli teori awalnya beralasan bahwa mengasosiasikan setiap bahasa dengan orang yang berbeda adalah satu-satunya cara untuk mencegah anak bilingual dari "kebingungan dan kelelahan intelektual."
Meskipun menarik, gagasan awal ini telah terbukti salah. Seperti dibahas di atas, tidak ada bukti bahwa anak-anak bilingual dibingungkan oleh komunikasi yang dihadapinya. Penelitian di tahun 2007 menemukan bahwa anak yang mendengar kedua bahasa dari orangtua bilingual yang sama berhasil mempelajari dua bahasa dengan baik.
Tinggal memilih mana metode yang terbaik, yang dapat dilakukan orangtua sehari-hari.
4. Apakah orangtua harus menghindari percampuran bahasa?
Freepik/freepik
Banyak orangtua dari anak bilingual yang nyatanya adalah seorang bilingual pula. Code mixing merupakan hal yang normal dari seorang bilingual dalam berinteraksi dengan penutur bilingual lainnya.
Penelitian tentang dampak code mixing terhadap perkembangan anak bilingual masih sangat terbatas. Satu studi terhadap anak usia 18 dan 24 bulan menemukan bahwa code mixing yang tinggi oleh orangtua berhubungan dengan jumlah kosakata yang terbatas yang dikuasai anak. Tetapi penelitian lainnya tidak menemukan hubungan di antara keduanya.
Lebih lanjut, penelitian mengungkapkan bahwa anak bilingual berusia 20 bulan sudah mampu memahami kalimat code mixing, dan menunjukkan pola pemrosesan yang serupa dengan orang dewasa bilingual.
Hal ini menunjukkan bahwa anak bilingual mampu mengatasi code mixing sejak usia dini. Para peneliti mengatakan bahwa sementara code mixing mungkin membuat pembelajaran kata oleh bayi pada awalnya sulit. Tetapi kemungkinan praktik beralih bolak-balik antar bahasa mengarah pada manfaat kognitif di kemudian hari.
5. Apakah lebih cepat mengajarkan berbagai bahasa ke bayi, adalah lebih baik?
Freepik/Prostooleh
Banyak orang yang akrab dengan konsep "masa kritis" untuk penguasaan bahasa. Gagasan ini merujuk pada menurunnya kemampuan manusia dalam menguasai bahasa baru setelah mencapai usia tertentu.
Para peneliti tidak setuju tentang apakah ada periode kritis sama sekali, dan mereka tidak setuju tentang kapan periode kritis ini dapat terjadi (yang mana diperkirakan berkisar dari usia 5 hingga 15 tahun). Terlepas dari ketidaksepakatan tersebut, para peneliti menyarankan mengajarkan bayi bilingualisme sedini mungkin.
Meski mungkin tidak ada penurunan tajam kemampuan pada perkembangan setelah melewati titik tertentu,tetapi ada penurunan bertahap dalam kemampuan belajar bahasa seiring bertambahnya usia.
Para peneliti berpendapat bahwa perubahan biologis selama dua dekade pertama kehidupan menghasilkan penurunan kapasitas untuk belajar dan mempertahankan seluk-beluk bahasa. Dengan kata lain, otak kita mungkin lebih menerima bahasa di awal kehidupan. Namun yang terpenting adalah bagaimana menciptakan lingkungan yang lebih kondusif untuk pembelajaran bahasa sejak dini.
Itulah informasi terkait mengajarkan bilingual pada bayi. Bahasa, apapun bahasanya, adalah jendela dunia. Perkenalkan pada anak sejak dini berbagai masukan yang baik untuk bekal mereka menghadapi dunia. Semoga informasi ini menambah wawasan ya, Ma.