Botulisme pada Bayi: Penyebab, Gejala dan Pencegahannya
Salah satu penyebarannya melalui madu lho, Ma
30 September 2019
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bagi anak-anak dan orang dewasa, madu adalah makanan yang sehat dan merupakan salah satu superfood dengan serangkaian manfaat bagi kesehatan. Tak heran jika madu seringkali disertakan dalam berbagai obat-obatan maupun menu diet.
Namun, ternyata madu tidak disarankan dikonsumsi oleh bayi lho, Ma. Meskipun punya manfaat kesehatan, nyatanya madu juga menyimpan potensi sebagai penyebab botulisme pada bayi. Apa itu botulisme? Apakah berbahaya dan bagaimana gejalanya? Popmama.com merangkum informasi tentang botulisme, dilansir dari kidshealth.org berikut ini:
Apa itu Botulisme?
Botulisme merupakan penyakit yang terjadi akibat bakteri yang memproduksi racun dari dalam tubuh. Kondisi ini sangat berbahaya karena dapat melemahkan otot dan menyebabkan masalah pernapasan. Meskipun begitu, penyakit ini tergolong langka terjadi. Di Amerika Serikat, botulisme terjadi kurang dari 100 kasus setiap tahunnya dan sebagian besar korbannya dapat kembali pulih.
Penyebab Botulisme pada Bayi
Seperti yang sudah disinggung di awal, salah satu pemicu botulisme adalah konsumsi madu. Namun, sesungguhnya penyebab utamanya adalah spora yang bernama Clostridium botulinum, yang biasanya berkembangbiak di tanah dan debu. Spora ini berkembang menjadi bakteri dan mengkontaminasi madu.
Pada anak-anak yang lebih besar dan orang dewasa, bakteri ini terkalahkan karena sistem pencernaan yang sudah berkembang dengan baik. Bakteri dapat dilemahkan oleh sistem imun sebelum menjadi berbahaya. Tetapi pada bayi, terutama yang berusia antara tiga minggu hingga enam bulan, masih berisiko tinggi terserang botulisme karena sistem pencernaannya masih lemah.
Editors' Pick
Bagaimana Cara Botulisme Berkembang dalam Tubuh Bayi?
Jika bakteri penyebab botulisme terhirup atau tertelan bayi, maka akan berkembangbiak dengan sangat cepat dan memproduksi racun. Racun ini mengganggu interaksi normal antara otot dan saraf. Akibatnya kemampuan bayi untuk bergerak, makan dan bernapas akan terhambat.
Ada dua jenis botulisme lain yang dapat menyerang anak yang lebih besar bahkan orang dewasa, yaitu:
- Botulisme luka, ketika bakteri menginfeksi luka dan memproduksi toksin di dalamnya.
- Botulisme bawaan makanan, yang biasanya disebabkan konsumsi makanan kaleng yang telah terkontaminasi racun.
Gejala Botulisme pada Bayi
Gejala botulisme pada bayi biasanya terlihat antara tiga hingga 30 hari setelah bayi terpapar bakteri. Tanda bayi mengidap botulisme pertama kali ditunjukkan lewat sembelit. Jika bayi mengalaminya lebih dari tiga hari, kami menyarankan Mama untuk memeriksakan bayi ke dokter.
Gejala botulisme lainnya yang patut diperhatikan dengan jeli, antara lain:
- Ekspresi wajah yang datar,
- kehilangan nafsu makan atau lemah dalam menyusu,
- menangis lirih,
- sulit menelan dan terus-menerus mengeluarkan air liur,
- lemah otot,
- masalah pernapasan,
- bayi lesu dan tidak banyak bergerak.
Pengobatan Botulisme pada Bayi
Botulisme pada bayi harus ditangani lewat perawatan intensif di rumah sakit. Biasanya bayi akan masuk ICU (Intensive Care Unit), di mana dokter akan melakukan pemeriksaan dan pengobatan secara komprehensif untuk melihat seberapa jauh penyebaran racun dalam tubuh bayi.
Racun botulisme dapat mempengaruhi otot pernapasan, jadi ventilator dipasang untuk membantunya bernapas. Efek racun ini pun juga mempengaruhi otot yang digunakan bayi untuk menelan makanan, maka dokter akan memberikan cairan intravenous (IV) agar bayi tetap mendapatkan nutrisi.
Kini antiracun telah tersedia untuk membantu pengobatan botulisme bayi. Antiracun tersebut bernama botulism immune globulin intravenous (BIGIV) dan sebaiknya segera diberikan saat bayi diketahui mengidap botulisme untuk mempercepat proses penyembuhan.
Pencegahan Botulisme pada Bayi
Seperti kuman dan bakteri lainnya, Clostridium botulinum penyebab botulisme pada bayi ada di sekitar kita tanpa terlihat. Spora ini terbawa tanah, debu bahkan udara dan bisa terpapar pada bayi lewat hal-hal yang tampak tidak berbahaya, seperti makanan.
Untuk itulah, para ahli menyarankan menunda memberikan madu untuk bayi di bawah usia 12 bulan. Memang, madu menyehatkan. Tetapi madu merupakan media yang paling mudah bagi spora penyebab botulisme untuk berkembang biak. Sebaiknya orangtua menghindarinya, termasuk memberikan produk olahan madu kepada bayi sebelum usia satu tahun.
Baca Juga:
- Kapan Usia Bayi yang Tepat untuk Mulai Makan Madu?
- Probiotik Dapat Membuat Saluran Pencernaan si Kecil Lebih Sehat
- Benarkah Antibiotik Merusak Bakteri Baik di Pencernaan si Kecil?
- Ini Bukti Bahwa Kesehatan Bayi Ditentukan oleh Saluran Pencernaannya