Fakta! Bawang pun Bisa Timbulkan Alergi pada Bayi, ini Tanda-tandanya
Ternyata, ada kandungan zat di dalam bawang yang membuat anak yang sensitif menjadi alergi
12 Februari 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bawang merupakan salah satu rempah-rempah yang umum digunakan dalam masakan-masakan Asia. Terutama, masakan Indonesia. Beragam jenis bawang-bawangan yang tumbuh subur di negeri kita, yang paling populer adalah trio bawang merah, bawang putih, dan bawang bombay.
Bawang juga merupakan rempah yang seringkali disertakan dalam menu MPASI bayi. Misalnya sebagai campuran bubur saring sayuran atau pun pasta. Tetapi tahukah Mama, meski sangat umum dikonsumsi, ternyata bawang-bawangan juga memiliki risiko alergi yang mungkin saja diidap si Kecil.
Berikut Popmama.com merangkum serba-serbi alergi bawang pada bayi dan anak-anak, dilansir dari healthline.com:
Perbedaan Alergi dengan Intoleransi
Sebetulnya, alergi terhadap bawang sangatlah jarang terjadi. Pada kasus orang yang mengidap alergi bawang, sistem imun tubuhnya mendeteksi bawang atau senyawa alium lainnya sebagai substansi berbahaya yang harus dilawan.
Sementara itu, sensitivitas terhadap bawang lebih banyak dialami ketimbang alergi. Sensitivitas atau intoleransi disebabkan karena ketidakmampuan tubuh mencerna dan memproses makanan tertentu. Hal ini terjadi bukan karena reaksi sistem imun tubuh seperti yang terjadi pada alergi.
Intoleransi makanan biasanya menyebabkan reaksi yang lebih ringan ketimbang alergi. Jika si Kecil memiliki intoleransi terhadap bawang, sistem imun tubuhnya tidak terpicu. Tetapi mungkin ia akan mengalami sebagian gejala yang sama dengan gejala alergi.
Editors' Pick
Gejala Alergi Bawang
Alergi bawang pada bayi dan anak-anak mungkin lebih banyak menunjukkan gejala internal ketimbang eksternal. Tingkat keparahannya bisa dari ringan hingga berat dan wujudnya beragam.
Sebagian orang ada yang mengalami alergi hanya dengan memegang atau mencium aroma bawang tertentu dan reaksinya terjadi langsung saat itu juga. Tetapi, ada juga yang gejalanya baru muncul dalam beberapa jam setelah mengonsumsi, memegang atau mencium aroma bawang.
Gejala alergi bawang meliputi:
- Gatal dan ruam yang menjalar di seluruh area tubuh,
- kesemutan atau rasa gatal di mulut,
- pembengkakan pada bibir, wajah dan lidah,
- hidung tersumbat,
- sulit bernapas,
- mual dan muntah,
- diare,
- sakit perut,
- kram,
- perut kembung,
- pusing.
Pada kasus yang parah, alergi bawang dapat menyebabkan anafilaksis.
Pengobatan Terhadap Alergi Bawang
Pengobatan yang efektif tergantung pada keparahan reaksi alergi yang dialami bayi dan anak. Pengobatan yang umum diberikan meliputi:
1. Antihistamin
Obat ini mengurangi atau menghilangi reaksi alergi ringan, seperti gatal dan hidung tersumbat. Dapat dibeli dengan atau tanpa resep dokter, tetapi harus dipastikan dosis yang tepat.
2. Lidah buaya
Lidah buaya tidak mengurangi histamin dalam tubuh, tetapi dapat diaplikasikan ke kulit untuk meredakan gatal pada kulit.
3. Krim hidrokortison
Penggunaan salep topikal ini bertujuan untuk mengurangi rasa gatal dan peradangan. Krim hidrokortison dapat dibeli bebas di toko obat.
4. Epinephrine (EpiPen, EPIsnap, Adyphren)
Obat ini memerlukan resep dokter untuk menebusnya. Epinephrine merupakan injektor otomatis yang digunakan untuk mengobati reaksi alergi yang parah seperti anafilaksis.
5. Inhaler albuterol sulfat (ProAir, Proventil, Ventolin)
Bronkodilator ini diresepkan khusus oleh dokter. Inhaler jenis ini bertujuan untuk meningkatkan aliran udara melalui saluran bronkial.
Mendiagnosis Alergi Bawang pada Bayi dan Anak-anak
Bila ditemukan kecurigaan bayi dan anak mengidap alergi bawang, dokter akan melakukan tes fisik dan menanyakan pada Mama seputar gejala, asupan, suplemen makanan dan pola makan. Jadi, pastikan Mama mencatat perkembangan reaksi alergi si Kecil secara mendetail dari waktu ke waktu.
Dokter mungkin akan menyarankan si Kecil melakukan diet eliminasi selama 5-6 minggu, kemudian Mama akan diminta kembali untuk melihat hasilnya. Diet eliminasi makanan ini dilakukan dengan menghentikan konsumsi makanan yang dirasa menimbulkan alergi satu per satu untuk melihat penyebab reaksinya.
Selain diet eliminasi, dokter biasanya akan melakukan tes berupa tes tusuk kulit dan tes darah IgE spesifik untuk mengukur tingkat antibodi imunoglobulin E (IgE) yang ada dalam sistem tubuh bayi dan anak. Dari sampel darah ini akan dianalisis untuk menentukan alergen yang sensitif terhadap tubuh.
Tips Meminimalisir Kambuhnya Alergi Bawang pada Bayi dan Anak-anak
Untuk mencegah alergi bawang, tentu saja cara terbaik adalah dengan menghindarinya. Pada kasus intoleransi atau alergi ringan, alih-alih mengonsumsinya mentah, memasak bawang dapat mengurangi senyawa yang menyebabkan reaksi alergi.
Selain itu, pastikan juga menghindari paparan tanaman yang mengandung senyawa alium yang dapat memicu gejala alergi bawang. Jika anak tak sengaja menelan atau melakukan kontak dengan bawang-bawangan, segera minum obat antihistamin atau obat-obatan alergi yang telah diresepkan oleh dokter sesuai dosisnya.
Baca juga:
- Bayi Juga Bisa Mengalami Alergi karena Pisang, Lho! Ini Tanda-tandanya
- Seorang Laki-Laki Meninggal Usai Reaksi Alergi pada Makanan
- Anak Alergi Susu Sapi? Yuk, Coba Ganti dengan Susu Almond!