Bisa Sebabkan Botulisme, Kapan Bayi Boleh Mengonsumsi Madu?
Sehatnya madu bagi orang dewasa, belum tentu sehat bagi bayi
12 Februari 2022
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Ada begitu banyak ragam makanan sehat yang dapat dikonsumsi manusia untuk meningkatkan kesehatan. Salah satu makanan yang dikenal sebagai superfood adalah madu. Bahkan, beberapa tradisi dunia menggunakan madu sebagai persembahan dalam upacara-upacara adat dan keagamaan karena dianggap sebagai makanan yang sakral.
Tak hanya rasanya yang enak, madu pun punya serangkaian manfaat yang baik bagi kesehatan. Dari menyediakan pasokan energi hingga menyembuhkan penyakit. Tak heran jika madu menjadi salah satu makanan yang terdapat dalam berbagai menu diet atau pun konsumsi sehari-hari.
Meski memiliki banyak manfaat bagi kesehatan, Mama sebaiknya tidak buru-buru memberikan madu pada bayi. Pasalnya, madu bisa menyebabkan botulisme bila diberikan pada bayi.
Lalu kapan sebenarnya bayi boleh diberikan madu? Berikut Popmama.com merangkum serba-serbi konsumsi madu untuk bayi, dilansir dari healthline.com:
Kandungan Nutrisi Dalam Madu
Bukan cairan biasa, madu mengandung berbagai nutrisi yang baik bagi tubuh, antara lain asam amino, mineral, enzim hingga antioksidan yang melindungi tubuh dari risiko peradangan. Tak hanya itu, madu juga mengandung vitamin B dan vitamin C.
Bahkan, dilansir dari mayoclinic.org, terdapat 320 macam nilai nutrisi yang terkandung dalam madu, walaupun jumlah ini tergantung dari sumber madu berasal.
Ditinjau dari segi rasa, madu terasa lebih manis ketimbang gula. Karena itulah, Mama dapat menambahkan madu ke dalam menu masakan atau minuman dengan jumlah yang lebih sedikit ketimbang gula, tetapi masih mendapatkan rasa manis yang diinginkan. Madu juga berfungsi sebagai obat batuk alami dan penyembuh luka.
Editors' Pick
Kapankah Waktu yang Tepat Memberikan Madu untuk Bayi?
Para ahli kesehatan merekomendasikan pemberian madu setelah bayi berusia 12 bulan. Mengapa? Karena madu membawa risiko botulisme pada bayi. Bayi usia di bawah enam bulan rentan terhadap penyakit ini dan masih tinggi risikonya sebelum usia 12 bulan.
Peringatan ini bukan hanya berlaku pada pemberian madu berbentuk cairan saja lho, Ma. Tetapi juga jenis-jenis madu lain dan olahannya, seperti madu mentah, unpasteurized honey, dan madu lokal, atau pun segala kue-kue dan camilan yang mengandung madu.
Mengenal Botulisme
Botulisme merupakan penyakit yang disebabkan spora bernama Clostridium botulinum. Spora ini paling banyak ditemukan di tanah, madu, dan produk olahan madu. Spora ini dapat berubah menjadi bakteri di usus yang memproduksi racun neurotoksin yang berbahaya.
Gejala bayi yang mengalami botulisme, antara lain:
- Kehilangan nafsu makan,
- sembelit,
- lesu,
- menangis lemah,
- kejang.
Gejala ini biasanya terlihat 12-36 jam setelah bayi mengonsumsi madu dan tanda awal biasanya dimulai dengan sembelit.
Apakah Madu Mentah Lebih Bermanfaat untuk Kesehatan?
Madu mentah adalah madu yang belum disaring atau diproses dengan cara apapun. Madu jenis ini biasanya langsung diambil dari sarang lebah sehingga semua kandungan vitamin, mineral dan senyawa sehat yang lain masih utuh terjaga.
Di dalam madu mentah, biasanya masih terdapat sedikit serbuk sari atau pollen yang tersisa. Inilah yang membuat madu mentah dinilai lebih sehat untuk meredakan alergi musiman.
Namun, meskipun madu mentah lebih sehat, jangan serta-merta memberikannya pada si Kecil ya, Ma. Ingat, risiko botulisme masihlah tinggi ketika dikonsumsi bayi di bawah satu tahun.
Itulah informasi mengenai bahaya pemberian madu pada bayi. Semoga informasi ini bermanfaat ya, Ma!
Baca juga:
- Berbahaya, Ini 5 Alasan untuk Tidak Memberikan Madu pada Bayi
- Bolehkah Susu Kental Manis Dikonsumsi Oleh Bayi?
- Bolehkah Memberikan Selai Kacang ke Bayi? Ketahui Faktanya!