5 Jenis Kelainan Mata, Bayi pun Bisa Mengalaminya
Sebagian anak justru menderita gangguan penglihatan, bahkan sejak baru lahir
5 April 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Mata merupakan organ tubuh yang sangat penting fungsinya sebagai penghubung kita dengan dunia luar. Mata manusia mengalami serangkaian tahapan hingga akhirnya mencapai penglihatan yang sempurna. Di tahun pertama, mata bayi telah mencapai ketajaman visual maksimal untuk penglihatan warna dan kedalaman (kemampuan untuk melihat obyek 3 dimensi dan obyek yang jauh).
Sayangnya, sebagian anak justru menderita gangguan penglihatan, bahkan sejak baru lahir. Oleh karena itu, orangtua perlu mengetahui dan mendeteksi jika ada kelainan mata pada bayi. Berikut Popmama.com merangkum 5 kelainan mata yang muncul sejak dini, dilansir dari newbornsplanet.com:
1. Amblyopia (mata malas)
Amblyopia adalah gangguan koneksi antara mata dengan otak yang mengakibatkan penurunan penglihatan pada satu bagian mata. Diperkirakan tiga persen dari populasi umum menderita penyakit yang juga dikenal dengan nama mata malas ini.
Tidak mudah mendiagnosis amblyopia karena mata yang lain terlihat normal, sehingga dapat mengimbang mata yang malas. Tetapi, anak dengan mata malas akan mengalami gangguan penglihatan spasial. Mereka tidak dapat membedakan pola yang berbeda dari kejauhan sebaik anak yang memiliki penglihatan normal.
Ketajaman penglihatan penderita amblyopia lebih rendah, terutama menyangkit sensitivitas terhadap kontras visual. Persepsi kedalaman penglihatan juga jauh lebih rendah.
2. Presbiopia (rabun dekat)
Anak yang menderita presbiopia akan sulit untuk fokus melihat pada obyek yang dekat. Kondisi ini sebetulnya lebih banyak diderita orang dewasa berusia di atas 40 tahun, tetapi tidak menutup kemungkinan bayi dan anak juga menderitanya.
Pada bayi dan balita, presbiopia tampak dari ciri mata yang tidak selaras satu sama lain atau strabismus. Salah satu mata cenderung condong ke dalam, ke luar, atau ke atas. Pada anak yang lebih besar, mereka mungkin akan mengeluh sakit kepala atau pandangan mata yang tak nyaman saat menonton televisi atau mengerjakan pekerjaan rumah. Menyipitkan mata saat membaca juga bisa menjadi pertanda anak menderita presbiopia.
Editors' Pick
3. Miopia (rabun jauh)
Miopia merupaka kebalikan dari presbiopia. Penderita miopia tidak mampu melihat obyek yang berada di kejauhan dengan jelas.
Seorang bayi yang menderita miopia akan cenderung mendekatkan mainan ke mata untuk melihatnya lebih jelas. Pada bayi dan balita yang sudah mulai berjalan, mereka akan sering jatuh saat berusaha lari mendekati suatu obyek yang dituju.
Anak yang lebih besar biasanya cenderung duduk dekat dengan layar televisi atau monitor komputer dan mengeluh sakit kepala serta sensasi terbakar di mata setelah menonton layar. Miopia dapat menjadi masalah di sekolah tatkala anak mengalami kesulitan memperhatikan tulisan guru di papan kelas, salah mengeja dan menyalin tulisan dari papan tulis.
4. Astigmatisme (mata silinder)
Astigmatisme atau mata silinder ditandai dengan penglihatan kabur yang disebabkan oleh distorsi pada struktur kornea dan kelengkungan lensa mata bagian dalam. Mata silinder menyebabkan penglihatan jadi berbayang.
Anak yang menderita astigmatisme akan mengalami kesulitan dalam fokus melhat obyek dekat maupun jauh. Mereka juga mengalami kelelahan kronis dan sakit kepala berulang-ulang, terutama setelah membaca atau menonton televisi. Pada anak yang sudah memakai kacamata, astigmatisme bisa dideteksi dari keluhan sensasi terbakar di mata.
5. Alergi konjungtivitis
Alergi konjungtivitis adalah peradagan mata sebagai akibat dari paparan alergen. Sekitar 30 persen anak menderita alergi ini dalam berbagai tingkat keparahan. Dalam banyak kasus, gejalanya musiman dan muncul disertai hidung tersumbat dan pilek.
Tanda alergi konjungtivits adalah pembengkakan dan kemerahan pada konjungtiva (bagian putih mata), gatal dan mengeluarkan air mata, rasa sakit di mata dan sering berkedip. Gejala alergi konjungtivitis semakin memburuk pada cuaca kering dan panas, serta intoleransi terhadap cahaya (fotofobia) walaupun jarang terjadi.
Pada Usia Berapa Penglihatan Anak Harus Mulai Diperiksa?
Penglihatan anak harus diperiksa beberapa kali pada usia yang berbeda-beda untuk memastikan tidak memiliki masalah. Bila pun ada masalah, ditangani dengan pengobatan yang benar.
Disarankan agar Mama memeriksakan mata bayi ke dokter spesialis mata di usia 6-8 bulan. Ketika anak menginjak usia 3 tahun, bawa anak ke dokter spesialis mata lagi untuk memeriksakan ketajaman penglihatan dan memastikan anak tidak menderita amblyopia.
Sebelum masuk Sekolah Dasar, periksakan lagi kondisi penglihatan anak untuk melihat bila adanya gejala presbiopia, miopia, atau astigmatisme. Ini sangat penting karena anak akan mulai membaca dan menulis.
Di usia 7-12 tahun, dokter spesialis mata merekomendasikan pemeriksaan mata secara teratur setahun sekali.
Bila Mama merasa adanya kesulitan penglihatan bayi dan anak di usia dini, jangan ragu dan jangan ditunda. Segera periksakan kondisinya ke dokter spesialis mata terdekat. Semoga informasi ini bermanfaat.
Baca juga:
- Anak Suka Bermain Di Luar? Yuk, Lindungi dari Terik Matahari
- Mata Anak Tiba-Tiba Minus? Inilah Tips Memilih Kacamata untuk Balita
- Sebelum Pakai Kacamata, Kenali 5 Tips Menjaga Kesehatan Mata Anak