Mengenal Penyakit Thalasemia Pada Bayi. Akibatnya Bisa Fatal!
Penyakit genetik ini membuat penderitanya membutuhkan transfusi darah sepanjang hidupnya.
2 Juni 2019
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Ada beberapa kondisi bayi yang kadangkala luput dari pengamatan orangtua atau bahkan cenderung diremehkan karena dianggap hal yang wajar dan normal. Seperti saat bayi seringkali tampak pucat dan letih, mudah mengantuk serta terlihat kuning. Padahal bisa jadi kondisi tersebut merupakan gejala dari thalasemia.
Bukan seperti kekurangan darah biasa, thalasemia perlu perhatian khusus karena penderitanya membutuhkan pengobatan dan transfusi darah rutin serta adekuat sepanjang hidupnya.
Editors' Pick
Apa Itu Thalasemia?
Dilansir dari idai.or.id, thalasemia merupakan salah satu penyakit genetik terbanyak di dunia yang ditandai dengan tidak terbentuk atau berkurangnya salah satu rantai globin baik itu alfa ataupun beta. Keduanya merupakan komponen utama penyusun hemoglobin normal dalam darah manusia.
Karena thalasemia merupakan penyakit yang diturunkan, maka jika anak di kemudian hari menikah, akan berpotensi menurunkan penyakit ini pula pada anak-anaknya. Oleh karena itu, jika ada peluang orangtua membawa sifat thalasemia, mereka harus memeriksakan dirinya dan juga keturunannya agar dapat diidentikasi sesegera mungkin dan tidak menimbulkan potensi keturunan-keturunan lain mengalami hal serupa.
Ada dua jenis thalasemia yang umum terjadi, yaitu alfa dan beta. Indonesia termasuk salah satu negara dengan angka kejadian thalasemia yang tinggi dengan kasus thasalemia beta yang paling sering terjadi. Hal ini dapat dilihat melalui frekuensi kelainan gen yang ditemukan serta kaitan gen yang menentukan kadar keparahan dari penyakit yang diturunkan ini.
Mengenali Gejala Thalasemia pada Bayi
Bayi yang mengalami thalasemia biasanya sering tampak pucat akibat turunnya kadar hemoglobin atau bahkan terlihat kuning akibat hemolisis yang berat. Selain itu, thalasemia juga dapat ditandai dengan munculnya benjolan pada perut anak yang terjadi karena organ limpa yang membesar akibat kompensasi anemia kronis.
Semakin dini thalasemia dapat terdeteksi, pengobatan yang dilakukan dapat memperpanjang kualitas hidup bayi. Thalasemia yang tidak ditangani secara tepat dapat menyebabkan komplikasi seperti gagal jantung, pertumbuhan yang terhambat, kerusakan pada organ tubuh, gangguan hati, perawakan tubuh yang pendek, diabetes melitus, infertilitas, kulit hitam hingga kematian.
Pengobatan Thalasemia pada Bayi dan Anak-anak
Anak atau bayi yang terdiagnosa menderita thalasemia kemungkinan dapat diobati dengan cara melakukan transfusi darah tali pusat dan transplantasi sumsum tulang. Sayangnya, tidak semua penderita thalasemia cocok dengan metode pengobatan ini. Meski transfusi darah secara rutin diperlukan bagi penderita thalasemia beta, tetapi hal ini dapat menyebabkan terjadinya sejumlah komplikasi yang terjadi sebagai akibat penumpukkan zat besi di dalam tubuh.
Anak yang menderita thalasemia dianjurkan untuk mengonsumsi makanan yang bergizi dan mengandung nutrisi yang lengkap seperti karbohidrat, protein, vitamin dan mineral. Namun, sebaiknya hindari pemberian makanan yang mengandung zat besi dalam jumlah tinggi seperti hati dan daging merah serta produk olahannya, ya Ma. Mama dapat menggantikannya dengan ikan, ayam atau susu dengan kandungan zat besi rendah.
Selain itu, jika si Kecil menderita thalasemia sebaiknya perbanyak konsumsi bahan pangan yang mengandung fitat atau senyawa yang menghambat absorbsi besi seperti sereal dan teh serta menghindari konsumsi vitamin C yang justru membantu peningkatan penyerapan besi dalam tubuh.
Baca Juga:
- Eritroblastosis Fetalis, Kelainan Darah Bayi yang Wajib Diwaspadai
- Wajib Tahu: Penyebab dan Pencegahan Infeksi Darah pada Bayi
- Mama Wajib Tahu! Ini Risiko Bayi Lahir dari Mama Golongan Darah O