5 Tahapan Psikososial Anak, Dari Bayi Hingga Remaja
Lima dari 8 tahapan ini berlangsung sejak bayi hingga remaja, betapa pentingnya!
19 Januari 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bukan hanya secara fisik, kepribadian dan karakter manusia pun mengalami perkembangan seiring dengan usianya. Hal ini diyakini oleh seorang ahli bernama Erik Erikson. Kepribadian manusia berkembang dalam serangkaian tahapan.
Erikson menggambarkan dampak pengalaman sosial di seluruh tahapan usia. Ia tertarik pada bagaimana interaksi sosial dan hubungan memainkan peranan dalam pengembangan dan pertumbuhan manusia. Di tiap tahapan perkembangan, dilandasi atas tahapan sebelumnya sebagai pintu gerbang untuk periode perkembangan selanjutnya.
Erikson meyakini, tiap orang mengalami konflik yang berfungsi sebagai titik balik pembangunan karakter. Ada potensi berkembang, ada pula potensi kegagalan. Tahapan ini disebut sebagai tahapan psikososial.
Lima dari delapan tahapan psikososial yang dialami manusia, terjadi dalam rentang usia bayi hingga remaja. Apa sajakah itu? Berikut Popmama.com merangkum lima tahapan psikososial anak hingga remaja, dilansir dari verywellmind.com:
1. Tahap #1: Kepercayaan vs Ketidakpercayaan (lahir hingga usia 18 bulan)
Tahap pertama teori perkembangan psikososial Erikson terjadi antara kelahiran hingga usia satu tahun, dan ini merupakan tahap paling mendasar dalam kehidupan.
Seorang bayi masih sangat tergantung terhadap orang dewasa di sekitarnya. Pada tahapan ini, ia menggantungkan semua yang dibutuhkannya untuk bertahan hidup pada orangtua dan pengasuhnya.
Jika sang Pengasuh memberikan perawatan dan cinta yang memadai, bayi akan percaya bahwa ia aman. Begitu pula sebaliknya.
Tidak ada anak yang akan mengembangkan rasa kepercayaan 100 persen atau keraguan 100 persen.
Editors' Pick
2. Tahap #2: Otonomi vs Rasa Malu dan Keraguan (usia 2-3 tahun)
Tahap kedua dari teori psikososial Erikson ini terjadi selama masa kanak-kanak. Tahap ini berfokus pada pengembangan diri anak terhadap kontrol pribadi yang lebih besar.
Pada titik ini, anak mulai belajar mandiri. Mereka melakukan tindakan dasar sendiri dan membuat keputusan sederhana tentang apa yang mereka sukai. Dengan membiarkan mereka membuat pilihan dan mengontrolnya, orangtua dan pengasuh dapat membantu anak mengembangkan otonomi.
Anak yang berhasil melewati tahap ini, akan mengembangkan kepribadian yang percaya diri. Sedangkan mereka yang tidak berhasil, akan merasa tidak mampu dan ragu terhadap dirinya sendiri.
3. Tahap #3: Inisiatif vs Rasa Bersalah (usia 3-5 tahun)
Tahap ketiga perkembangan psikososial berlangsung selama tahun-tahun pra sekolah. Pada tahap ini, anak mulai menegaskan kuasa dan kendali mereka atas dunia melalui permainan dan interaksi sosial.
Anak-anak yang sukses pada tahap ini merasa mampu dan mampu memimpin orang lain. Mereka yang gagal mendapatkan keterampilan ini dibiarkan dengan rasa bersalah, keraguan diri, dan kurang inisiatif.
4. Tahap #4: Industri vs Inferioritas (usia 6-11 tahun)
Tahap psikososial keempat berlangsung selama tahun-tahun sekolah awal, dari sekitar usia 5 tahun hingga 11 tahun.
Melalui interaksi sosial, anak mulai mengembangkan rasa bangga pada prestasi dan kemampuan mereka. Anak-anak yang didorong dan dipuji oleh orangtua dan guru, merasa berkompetensi dan kepercayaan pada keterampilan yang dimilikinya. Sebaliknya, mereka yang sedikit atau tidak mendapat dorongan dari orangtua, guru, atau teman sebay,a akan meragukan kemampuan mereka sendiri.
Anak yang berhasil menemukan keseimbangan pada tahap perkembangan psikososial ini akan memiliki kompetensi. Mereka merasa yakin akan kemampuan mereka untuk menangani tugas-tugas yang diberikan.
5. Tahap #5: Identitas vs Kebimbangan (usia 12-18 tahun)
Tahapan psikososial kelima terjadi selama tahun-tahun remaja yang sering bergejolak. Tahapan ini sangat penting dalam mengembangkan identitas yang akan terus memengaruhi perilaku dan pengembangan diri seseorang sepanjang hidup.
Selama masa remaja, anak mengeksplorasi kemandirian dan rasa memiliki dirinya. Mereka yang menerima dorongan dan penguatan diri yang tepat, akan muncul sebagai pribadi yang kuat dan mampu mengontrol kebebasan yang dimilikinya. Mereka tidak goyah dengan keyakinan dan keinginan dirinya, sehingga mereka tak merasa bingung tentang diri mereka sendiri, saat ini dan masa depan.
Tiap tahap perkembangan psikososial memang penting. Tetapi, Erikson menekankan khusus pada pengembangan identitas ego. Identitas ego adalah kesadaran diri yang dikembangkan melalui interaksi sosial. Identitas ego akan terus berubah karena pengalaman dan informasi baru yang kita peroleh dalam interaksi sehari-hari dengan orang lain. Karena terus mendapat pengalaman baru tersebut, seorang remaja juga akan menghadapi tantangan yang membantu mengembangkan, atau justru menghambat perkembangan identitas.
Identitas pribadi kita dibentuk oleh pengalaman dan interaksi kita dengan orang lain, dan identitas inilah yang membantu membimbing tindakan, keyakinan, dan perilaku kita seiring bertambahnya usia.
Tahapan perkembangan psikososial ini masih akan terus berlanjut pada tiga tahapan lainnya, sampai manusia berusia 65 tahun hingga meninggal dunia. Teori Erikson ini tentu memiliki keterbatasan dan kritik. Teori ini dianggap tidak dapat memberikan gambaran detil tentang apa-apa pengalaman yang perlu dilewati seseorang pada tiap tahapannya, agar sukses mengatasi konflik dan bergerak ke tahapan selanjutnya.
Di sisi lain, kekuatan teori ini memberikan gambaran luas untuk melihat perkembangan kepribadian manusia sepanjang hidup. Ini memungkinkan kita memilah mana hubungan sosial yang pengaruh penting terhadap pembangunan kepribadian seseorang.
Semoga informasi ini dapat memberikan pengetahuan baru terhadap perkembangan psikologis anak ya, Ma.
Baca juga:
- Bikin Pusing, ini Penyebab Anak Ditolak Lingkungan Sosialnya
- Keterampilan Sosial yang Wajib Dikuasai Anak Sejak Dini
- Lika-Liku Kehidupan Sosial Anak Remaja: Dijauhi Teman hingga Bullying