5 Langkah Sikap jika Anak Pelaku Bullying, Jangan Langsung Marah!

Sikapi anak secara terbuka dan dengan kepala dingin

14 Maret 2024

5 Langkah Sikap jika Anak Pelaku Bullying, Jangan Langsung Marah
Popmama.com/abigailjunuslie
Irma Gustiana, Psikolog Anak (8/3/2024)

Bullying di sekolah masih menjadi isu penting dalam menjaga kesejahteraan emosi dan mental anak. Pelaku bullying selalu diasosiasikan berupa kumpulan/kelompok anak-anak atau yang disebut geng. Hal ini pun dipertegas oleh Irma Gustiana, yang merupakan Psikolog anak dan ahli parenting orangtua pada Jumat (8/3/2024).  

“Geng itu selalu berkonotasi negatif. Geng ini di sekolah banyak sekali isu mengenai perundungan,” kata Irma dalam suatu acara di SMP Negeri di Cianjur. 

Meski begitu, bullying masih dapat dilakukan secara individu. Hal ini juga didukung oleh pernyataan Irma.  

“Perundungan merupakan masalah yang kompleks. Meskipun dia (pelaku perundungan) sendirian, biasanya dia akan ajak 1 atau 2 orang untuk menjadi audiensnya untuk melihat dirinya karena ia butuh validasi. Jadi, perundungan yang dilakukan secara individu masih sangat mungkin,” jelas Irma kepada Popmama.com dalam suatu acara di SMP Negeri di Cianjur. 

Lantas, bagaimana cara menyikapi jika kita menemukan anak sendiri yang merupakan pelakunya? Pada kesempatan kali ini, Popmama.com akan membagikan 5 langkah sikap jika anak pelaku bullying, jangan langsung marah ya ma! 

1. Tetap tenang dan jangan denial

1. Tetap tenang jangan denial
theblogstandardparent.com

Sebagai orangtua, penting untuk tetap tenang dan tidak menyangkal ketika menemukan bahwa anak kita terlibat dalam perilaku bullying. Meskipun mungkin reaksi pertama orangtua adalah rasa amarah, orangtua sebaiknya tetap tenang ketika mengetahui situasi ini untuk pertama kali. 

Lalu, sebagai orangtua tidak menyangkal fakta bahwa anak kita adalah pelaku bullying memungkinkan kita untuk melakukan evaluasi objektif terhadap situasi anak. Jangan tutup mata terhadap apa yang sedang anak hadapi. 

"Ketika kita (orangtua) menyangkal, kita akan menutupi fakta sebenarnya. Karena bisa jadi anak kita pelaku bullying. Jadi, jangan tutup mata terhadap apa yang sedah dihadapi," jelas Irma. 

Editors' Pick

2. Cari bukti yang jelas

2. Cari bukti jelas
pewresearch.org

Cari bukti merupakan langkah berikutnya dalam menyikapi kasus ini. Bukti atau evidence sangatlah penting untuk memastikan bahwa tindakan bullying benar-benar terjadi.   

“Dalam 1x24 jam, data itu penting banget. Entah itu chat atau laporan”, jelas Irma

Bukti bisa berupa gambar atau video yang menunjukkan insiden bullying secara langsung. Selain itu, chat yang terdapat dalam handphone bisa menjadi bukti. Laporan dari saksi-saksi atau pihak yang terlibat juga memiliki nilai penting dalam proses ini.  

3. Melakukan refleksi pada anak

3. Melakukan refleksi anak
nationwidechildrens.org

Jika sudah menemukan bukti yang sesuai, jangan langsung memarahi atau menghakimi anak. Meskipun sebagai orangtua rasanya ingin marah, tapi jangan dilakukan

“Mungkin anak tidak tau atau sudah tau salah. Namun, karena adanya tekanan sosial dari pihak lain, hal itu bisa membuatnya melakukan itu. Adanya peer pressured dari orang lain itu kuat banget,” jelas Irma. 

Orangtua dapat mengajak anak untuk bercerita tentang apa yang sebenarnya terjadi, apa yang sudah dia lakukan dan bagaimana dengan korban yang menjadi target bullying. Dengan dilakukannya hal ini, diharapkan akan muncul insight baru untuk berempati.

4. Mengajar anak untuk berbesar hati

4. Mengajar anak berbesar hati
uhhospitals.org

Dengan sudah diajarkan untuk berempati, orangtua dapat lebih mudah mengajarkan anak tentang pentingnya meminta maaf dan bertanggung jawab atas tindakan mereka.  Meski begitu, beberapa anak mungkin akan menolak untuk kembali dipertemukan. Beberapa anak merasa sensitif dengan hal ini. 

“Apapun itu bentuk permohonan maafnya, yang penting anak sudah mau mengakui bahwa dirinya salah dan komitmen untuk tidak mengulanginya lagi,” tambah Irma.  

Apapun bentuk permohonan maaf yang dilakukan oleh anak, yang terpenting adalah bahwa mereka telah mengakui kesalahan mereka dan berkomitmen untuk tidak mengulanginya lagi di masa depan.

5. Pendampingan jika diperlukan

5. Pendampingan jika diperlukan
verywellfamily.com

Langkah yang terakhir adalah rehabilitasi atau pengawasan. Rehabilitasi atau pengawasan sebaiknya dilakukan jika si Anak. masih terlibat dalam isu-isu yang kuat dari pelaku bullying. Dalam kasus-kasus di mana anak belum menunjukkan perubahan, pendampingan profesional dapat menjadi pilihan bagi orangtua. 

Meski begitu, orangtua memiliki peran penting dalam memberikan apresiasi terhadap setiap perubahan positif yang terjadi pada anak.   

"Apresiasi setiap perubahan pada anak. Artinya tidak ada laporan-laporan negatif entah dari sekolahan atau pihak lainnya. Anak sudah sadar diri untuk tidak lagi melakukan,” jelas Irma  

Penting bagi anak untuk menyalurkan energi-energinya ke kegiatan positif. Dengan demikian, mereka dapat mengembangkan bakat dan minat yang konstruktif, serta membangun hubungan yang sehat dengan lingkungan sekitarnya. Orangtua perlu memperhatikan dan mendukung anak dalam mengeksplor di masa mudanya.   

Baca juga: 

The Latest