Tragedi Susur Sungai, 10 Pelajar Tewas dan Guru Pembina Jadi Tersangka
10 siswi SMPN 1 Turi menjadi korban kelalaian pembina Pramuka padahal warga sudah kasih peringatan
24 Februari 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Acara sekolah susur sungai di Sungai Sempor, Turi, Sleman menjadi perbincangan beberapa waktu ini. Pasalnya acara tersebut memakan banyak korban karena terseret arus ketika banjir bandang melanda sungai itu.
Tim SAR telah menemukan jenazah korban terakhir sehingga pencarian korban resmi ditutup pada hari Minggu (23/2/2020) setelah tim menemukan jenazah terakhir.
Seluruh korban telah selesai diidentifikasi dan dimakamkan pada Minggu, 23/2/2020.
Berikut Popmama.com rangkum kronologi dan informasi terbaru dari kejadian ini.
1. 249 siswa menjadi korban, 10 tewas
Sampai hari ini, total korban yang telah dinyatakan tewas sebanyak sepuluh orang. Menurut penuturan pihak sekolah, sekitar 249 siswa sedang mengikuti aktivitas ekstrakulikuler Pramuka yang salah satunya kegiatan menyusuri sungai.
Namun, kegiatan ini justru memakan korban. Pasalnya pada Jumat sore (21/2) aliran Sungai Sempor mendadak naik dan menghayutkan puluhan anak. Sampai saat ini, total korban meninggal sebanyak 10 orang, 23 orang luka-luka. Semua korban meninggal berjenis kelamin perempuan.
Melansir dari IDN Times dari keterangan Kepala Dusun Dukuh, Tartono, kegiatan siswa SMPN 1 Turi tersebut bermula sejak pukul 14.00 WIB yang pada saat itu ketinggian sungai masih dangkal.
"Saat dimulai dangkal airnya. Tapi tiba-tiba ada masuk air, kemungkinan di bagian hulu sungai hujan lebat," ujar Tartono.
Satu setengah jam kemudian, warga mendengar kabar bahwa ratusan murid yang menyusuri sungai terbawa arus kencang. Hal ini diakibatkan hujan deras dibagian hulu sungai sehingga volume air meningkat.
"Saat terjadi banjir dan hanyut sekitar jam 15.30 WIB. Warga langsung berkumpul, karena ada pengumuman di masjid tentang ada anak-anak yang hanyut," sambungnya.
Pada hari Jumat (21/2) Basarnas DIY sudah berada di lokasi untuk melakukan penyelamatan dan evakuasi sejak sore. Dalam laporan awal, Kepala Basarnas DIY, Lalu Wahyu Efendi mengatakan, jumlah siswa peserta susur Sungai Sempor di Dukuh, Donokerto, Turi berjumlah 249 orang. Sebanyak 244 anak sudah diketahui keberadaannya.
"Dari 249 anak yang ikut kegiatan sebanyak 6 orang berada di Klinik SWA, 4 di antaranya telah meninggal dunia. Sedangkan, 27 orang berada di Puskesmas Turi, ditambah 1 orang dirawat di Puri Husada. Mereka dilaporkan mengalami luka-luka," tutur Wahyu.
Sebanyak 230 orang tim gabungan dari Basarnas, Polri, TNI dan relawan melakukan pencarian pada hari itu.
2. Kepala Sekolah SMPN 1 Turi tidak mengetahui adanya kegiatan ini
Atas kejadian ini, Kepala sekolah SMPN 1 Turi, Tutik Nurdiyana, mengaku tidak mengetahui program kegiatan susur sungai. Namun kegiatan tersebut diketahui merupakan program lama.
"Kami atas nama sekolah mohon maaf atas terjadinya musibah ini yang benar-benar tidak kami prediksi dari awal, tidak menduga," ujar Tutik dalam konferensi pers di sekolah SMPN 1 Turi, Sabtu (22/2/).
Tutik menyampaikan, SMPN 1 Turi mempunyai ekstrakurikuler Pramuka. Kegiatan Pramuka digelar setiap hari Jumat dari pukul 13.30 WIB sampai 15.30 WIB. Sedangkan, kegiatan susur sungai merupakan program lama yang rutin dilakukan ekstrakurikuler Pramuka di SMP Negeri 1 Turi.
"Bagi kami, mungkin anak-anak penduduk Turi, mereka familiar dengan lingkungan Turi, jadi bukan hal yang khusus," ujarnya.
Menurut Tutik, ada tujuh orang yang mendampingi saat kegiatan susur sungai. Mereka merupakan guru-guru di SMP Negeri 1 Turi. Kegiatan susur sungai ini, lanjutnya, murni kegiatan SMP Negeri 1 Turi.
"Saya di sini kepala sekolah baru, baru 1,5 bulan, program-program ini melanjutkan yang lama. Semester kemarin sudah ada program seperti itu," katanya. Namun, Tutik mengaku tidak mengetahui adanya kegiatan susur sungai pada Jumat (21/2). Sebab, para pendamping tidak memberikan laporan.
"Jujur, saya tidak mengetahui adanya program susur sungai di hari kemarin itu, mereka tidak matur (laporan). Mungkin karena siswa berasal dari Turi dan sudah paham daerah Turi. Jadi mungkin ya menganggap itu biasa." sambungnya.
Tutik juga memohon maaf atas musibah yang menimpa anak didiknya. Pihaknya tidak menduga akan terjadi musibah seperti ini.
Pihaknya juga meminta dukungan dari masyarakat, agar keluarga dan kerabat korban yang meninggal diberikan kekuatan.
"Semoga korban yang belum ditemukan, segera ditemukan" tutupnya.
Editors' Pick
3. Warga telah memberi peringatan dan Kodir sang Penyelamat
Sebelumnya, karena cuaca sekitar Sungai Sempor sedang mendung dan gerimis, warga sekitar telah memberi peringatan kepada pembina Pramuka yang mendampingi. Mereka menghimbau agar Pramuka membatalkan kegiatan susur sungai karena kondisi cuaca yang tidak menentu. Namun, pembina memilih melanjutkan acara dan menjawab, jika terjadi kecelakaan itu adalah takdir.
Ketika kejadian mendadak itu, warga menolong para korban. Ada Sudarwanto alias Kodir, warga kampung setempat yang sedang memancing bersama adiknya, Tri Nugroho. Lokasi Kodir, tidak jauh dari lokasi kejadian, mendengar suara heboh ketika bencana terjadi. Kodir, tanpa pikir panjang segera menuruni tebing sungai untuk membantu anak-anak itu. Adiknya mencari tangga untuk memudahkan proses penyelamatan nyawa siswa-siswa yang hanyut.
"Saya melihat anak-anak sudah pada lemas dan ketakutan. Saya jadi ngga pikir panjang langsung menolong. Ngga tahu berapa banyak anak yang ditolong, mungkin lebih dari 10," katanya.
Kodir bilang, meski spontan menolong, ia tetap memperhitungkan keselamatan dirinya dan anak-anak yang masih hidup itu. Ia mengaku beruntung mengenal karakteristik Sungai Sempor. "Saya dari kecil main di sungai ini, jadi sudah tahu bagaimana arusnya dan bagian-bagian mana yang berbahaya. Jadi juga tidak asal menolong," katanya.
4. Pembina pramuka SMPN 1 Turi resmi ditahan
Pembina Pramuka sekaligus guru olahraga SMPN 1 Turi berinisial IYA (36) warga Caturharjo, Sleman, Sabtu (22/2) resmi ditahan di Satreskrim Polres Sleman.
Penahanan dilakukan setelah IYA selesai menjalani proses pemeriksaan sebagai tersangka. Penyidik saat ini tengah mengumpulkan bukti dan saksi untuk menentukan apa akan ada tersangka lain dalam tragedi susur Sungai Sempor yang menewaskan 10 orang anak SMPN 1 Turi tersebut.
Wakapolda DIY Brigjen Pol Karyoto menjelaskan, penyidik masih mengembangkan kasus yang menjerat salah satu pembina Pramuka sekaligus guru olahraga SMPN 1 Turi tersebut.
“Tersangka sudah ditahan. Baru ada satu tersangka, namun penyidikan masih kita kembangkan terus karena untuk menetapkan tersangka harus ada alat bukti,” jelas Wakapolda saat jumpa pers di RS. Bhayangkara, Senin (24/2).
Wakapolda juga mengatakan, sebagai pembina, IYA seharusnya mengetahui risiko kegiatan susur sungai, terlebih pada saat itu daerah Merapi mendung. Sehingga jika turun hujan, lokasi susur sungai akan terdampak karena letaknya berada di bawah Merapi.
Pembina juga dinilai tidak mempersiapkan alat pengaman yang cukup untuk mengantisipasi jika terjadi musibah.
"Karena kelalaiannya, apalagi yang bersangkutan adalah pembina Pramuka. Pramuka ini adalah latihan dasar tentang kepemimpinan dan pertolongan pertama. Tentu harusnya dia mempunyai wawasan yang lebih, dan paham tentang manajemen bahaya," tuturnya.
Mengutip dari akun Twitter Polda DIY, IYA merupakan orang yang mengusulkan kegiatan susur sungai. Namun, ia justru meninggalkan rombongan.
"Satu pembina ada keperluan sehingga meninggalkan rombongan setelah mengantar siswa di Lembah Sempor. Dan yang meninggalkan peserta inilah statusnya dinaikkan menjadi tersangka."
IYA terancam hukuman 5 tahun penjara dan dijerat Pasal 359 KUHP mengenai kelalaian yang mengakibatkan orang meninggal dunia.
Selain itu, tersangka juga dijerat Pasal 360 KUHP tentang kelalaian yang mengakibatkan orang lain luka-luka.
Hingga saat ini, polisi telah memeriksa 15 saksi termasuk pembina, kwarcab, warga dan dua orang siswa.
5. Tim Psikologi Memberi Pendampingi Siswa dan Orangtua Korban
Trauma menghantui siswa-siswa yang selamat dari maut. Mereka mengalami masalah psikologis sejak kejadian. Ada yang menjadi gelisah, marah, ketakutan, dan terus menangis histeris ketika mengingat kejadian buruk itu.
"Ada enam siswa mengalami gejala-gejala gangguan psikologis dan sudah ditangani tim medis dan psikolog agar siswa kembali pulih seperti sedia kala," kata Ketua Ikatan Psikologi Klinis (IPK) Indonesia wilayah DIY, Siti Urbayatun.
IPK akan melakukan pendampingan sampai seminggu ke depan atau sampai masih diperlukan. Selain membuka posko di sekolah, mereka juga melakukan kunjungan ke rumah-rumah korban. Menurut Siti Urbayatun, langkah awal trauma healing ini diperlukan untuk mencegah gangguan psikologis yang lebih parah.
"Histeris atau trauma di awal adalah hal yang wajar ketika seseorang mengalami peristiwa seperti ini. Namun perlu ditangani segera agar tidak menjadi masalah yang lebih parah," katanya.
4. Tips bagi orangtua untuk mengizinkan anak ikut kegiatan sekolah
Kejadian ini mengingatkan orangtua maupun pihak sekolah untuk lebih bijak dan berhati-hati ketika ingin mengadakan kegiatan di luar sekolah.
Atas terjadinya kegiatan ini, orangtua mungkin akan banyak kekhawatiran untuk mengizinkan anak-anak mengikuti kegiatan di luar sekolah.
Untuk mengantisipasi kekhawatiran tersebut, sebagai orangtua, Mama bisa menimbang beberapa tips ini jika ingin mengizinkan anak ikut kegiatan sekolah.
- Perhatikan kondisi kesehatan anak
Ketika ada kegiatan yang mengharuskan anak keluar sekolah, Mama perlu memerhatikan kondisi kesehatannya sebelum mengizinkan anak mengikuti kegiatan tersebut. Hal ini untuk mengurangi rasa khawatir Mama ketika anak pergi, sekaligus meminimalkan terjadinya kondisi anak yang semakin buruk saat mengikuti kegiatan.
- Pertimbangkan izin resmi yang dikeluarkan oleh sekolah
Meminta surat izin resmi perlu dilakukan jika sekolah mengadakan kegiatan yang dilakukan di luar sekolah. Misalnya, berkemah, acara perpisahan sekolah. Ini untuk menandakan bahwa kegiatan tersebut sudah mendapat izin dari sekolah dan keamanannya sudah terjamin.
- Amati kondisi cuaca
Mengetahui kondisi cuaca di saat seperti ini tentu diperlukan. Terlebih jika kegiatan yang diadakan oleh sekolah berada di luar ruangan atau tempat wisata. Selain untuk mempertimbangkan perlengkapan apa yang perlu anak bawa, mengetahui kondisi cuaca juga bisa mengurangi risiko terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.
- Meminta kontak penanggung jawab kegiatan
Saat mengizinkan melakukan kegiatan di luar sekolah, Mama bisa meminta kontak penanggung jawab kegiatan melalui anak maupun pihak sekolah. Namun biasanya, kontak penanggung jawab ini sudah tertera di surat izin yang dikeluarkan sekolah. Dengan memiliki kontak penanggung jawab, Mama bisa mengetahui susunan kegiatan.
Baca juga: