Berprestasi, Inilah Profil Hend Zaza, Peserta Termuda Olimpiade 2020
Meski baru berusia 12 tahun, Hend Zaza berhasil mencetak banyak prestasi yang membanggakan lho.
26 Juli 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bagi penggemar olahraga mungkin bulan ini akan menjadi waktu-waktu yang sangat menyenangkan sebab Olimpiade Tokyo 2020 telah dimulai secara resmi. Upacara pembukaannya sendiri telah dilakukan pada hari tanggal 23 Juni 2021 kemarin.
Olimpiade ini seharusnya dilaksanakan tahun kemarin. Namun akibat merebaknya virus Covid-19 di berbagai penjuru dunia, pelaksanannya terpaksa ditunda hingga di tahun ini. Namun itu tidak menutup kemeriahan dan semagat para atlet yang telah berlatih dan memperisiapkan yang terbaik.
Dari antara banyaknya atlet yang ikut serta dalam Olimpiade Tokyo tahun ini, ada satu atlet yang menarik perhatian dunia. Bagaimana tidak, ia merupakan salah satu atlet termuda dengan usianya yang baru 12 tahun. Hebat sekali bukan?
Namanya ialaha Hend Zaza, ia merupakan atlet tenis meja berusia 12 tahun perwakilan negara Suriah yang ikut berprtisipasi dalam Olimpiade Tokyo 2020.
Jadikan ia sebagai inspirasi bagi si Anak yuk! Popmama.com telah merangkum informasi lengkap mengenai atlet tenis termuda ini. Simak selengkapnya ya, Ma!
1. Yuk berkenalan dengan Hend Zaza!
Hend Zaza lahir di Hamah, Suriah pada tanggal 1 Januari 2009. Zaza merupakan anak bungsu dari lima bersaudara, dengan empat orang kakak laki-laki. Ayahnya sendiri merupakan mantan pemain sepak bola, dan kini berprofesi sebagai guru gimnastik.
Hend Zaza mulai menekuni tennis meja akibat terinspirasi dari kakak laki-lakinya yang bernama Obeida. Kakaknya ini merupakan juara tenis meja junior tingkat nasional.
Zaza mulai menekuni dunia tenis meja sedari kecil, lebih tepatnya dari tahun 2014 lalu di usia 5 tahun. Ia terus mengasah dan mengembangkan kemampuannya hingga kini dapat mewakili negaranya untuk bertanding di kelas tunggal putri tenis meja
Partisipasi Zaza pada Olimpiade ini menjadikan dirinya pemain tenis termuda yang pernah berkompetisi di Olimpiade semenjak tahun 1992 lalu. Sebelumnya ini dipegang oleh Judit Kiss (12 tahun) dari Hungaria yang berkompetisi di bidang renang dan Carlos Font (11 tahun) dari Spanyol di bidang mendayung.
Meskipun berkarier sebagai atlet tenis meja, Zaza tidak mengabaikan pendidikannya begitu saja. Zaza bahkan tetap belajar dan mengikuti pelajaran di sekolahnya sama seperti anak-anak lain. Bahkan ia sangat menyukai pelajaran matematika, hebat sekali ya!
Editors' Pick
2. Berprestasi dari kecil
Perjuangan Zaza hingga dapat ikut berpartisi Olimpiade Tokyo ini merupakan perjalanan yang panjang. Ia bahkan sudah berprestasi dari kecil.
Di usia 7 tahun, Zaza mulai mengikuti kompetisi di World Hopes Week and Challenge di Doha, Qatar. Selama mengikuti kompetisi ia bahkan telah meraih gelar nasional di semua tingkatan, bahkan di level senior.
Usahanya tidak berhenti sampai di situ. Untuk mendapatkan posisi menjadi perwakilan cabang olahraga ini tidaklah mudah bagi Zaza, sebab ia perlu mengalahkan petenis yang lebih tua. Salah satunya ialah Mariana Sahakian yang berusia 42 tahun dan berasal Lebanon di ajang kualifikasi Asia pada Februari 2020 lalu.
Keberhasilannya itu menghantarkan Zaza menuju Olimpiade Tokyo 2020. Zaza sendiri menjadi atlet kedua Suriah yang berkompetisi dalam cabang olahraga tenis meja melalui jalur konvensional. Berbeda dengan Heba Allejji, atlet putri lainnya undangan yang masuk akibat jalur undangan setelah tampil di Olimpiade Rio de Janeiro 2016 lalu.
3. Perjuangan berat di tengah gemuruh perang saudara
Seolah perjuangan menggeluti tenis meja dari kecil belum cukup, Zaza juga perlu menghadapi dan merasakan gemuruh perang saudara di Suriah yang telah berlangsung lebih dari satu dekade. Ia mengakui cukup kesulitan untuk berlatih di tengah perang saudara Suriah.
Kondisi perang ini sering menyebabkan pemadaman listrik terjadi sehingga sesi latihan Hend Zaza mengalami penundaan. Ruang berlatihnya pun sederhana, hanya diisi dengan empat meja seadanya. Kondisi ini juga menyebabkan Zaza hanya dapat bermain dalam dua atau tiga pertandingan eksternal dalam setahun.
Namun, hal-hal tersebut tidak mematahkan semangat Zaza untuk terus berlatih dengan giat dan keras menjadi atlet tenis meja yang dapat membanggakan negaranya. Dan kini perjuangannya membuahkan hasil, terbukti dengan Zaza yang berhasil menjadi pewakilan Suriah di Olimpiade Tokyo 2020.
4. Potensinya yang memikat mata dunia
Menjadi atlet tenis meja yang termuda, Zaza berhasil memikat mata dunia. Banyak atlet lain atau penikmat olahraga yang melihat potensi Hend Zaza dan memberikannya pujian.
Salah seorang mantan pelatih tenis meja dari Jerman, Eva Jeler mengungkapkan kekagumannya terhadap permainan Hend Zaza di usianya yang masih muda. Meski begitu, Eva menilai Zaza masih perlu meningkatkan tekad, ketahanan, dan kemauannya untuk terus bermain hingga sukses di masa depan.
Hend Zaza memang mengalami kekalahan di Olimpiade ini ketika berhadapan dengan Liu Jia dari Austria di ronde pembuka turnamen tenis meja wanita. Meski begitu Liu mengakui keterampilan Zaza dengan memberikannya semangat seusai bertanding melalui pelukan hangat.
Meskipun saat ini Zaza belum dapat membawa kemenangan, usahanya untuk tampil di Olimpiade tingkat dunia ini sudah sangat luar biasa. Apalagi mengingat ia dapat mencapainya di usia sekecil itu. Semoga ini dapat menjadi inspirasi ya bagi si Anak!