Perhatikan, 10 Ciri Anak yang Memiliki Tingkat Kecerdasan Emosi Rendah
Kenali anak-anak dengan EQ yang rendah dan bimbing mereka meningkatkannya secara positif.
11 Juni 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Orangtua perlu mengasah dan menumbuhkan kecerdasan pada diri anak. Tapi bukan hanya kecerdasan akademik saja lho Ma, kecerdasan emosional atau yang disebut dengan Emotional Intellegent (EQ) juga penting.
Kecerdasan emosional perlu dibangun dan dimiliki setiap anak. Mengapa? Ini mengasah kemampuan mereka dalam mengatir emosi agar dapat dikeluarkan secara tepat dan baik.
Di samping itu juga membuat mereka memiliki empati yang baik terhadap sesama, melalui perbuatan seperti peka terhadap sesamanya, mau membatu orang lain, juga ramah dan sopan.
Di masa dengan tingkat kenakalan dan kekerasan yang besar seperti saat ini penting untuk menumbuhkan emosi positif dan empati dalam diri anak. Menjaga dan menjauhkan mereka dari tindakan negatif yang merugikan.
Sayangnya tidak semua anak memiliki kecerdasan emosional yang baik.
Ada banyak anak memiliki EQ yang rendah. Mereka perlu dikenali dan dibimbing lebih lanjut. Mama akan lebih mudah mengenali anak dengan EQ yang rendah melalui 10 ciri yang Popmama.com jelaskan berikut ini.
1. Memiliki empati yang rendah
Tingkat kecerdasan emosi dikenal memiliki kaitan yang erat dengan empati. Dapat dikatakan bahwa seseorang dengan tiingkat EQ yang tinggi memiliki empati yang baik sehingga mampu memahami perasaan orang lain dengan mudah.
Sebaliknya, orang dengan tingkat emosi yang rendah sulit untuk memahami perasaan orang lain. Mereka tidak mengerti apa yang orang lain rasakan.
Ini membuat mereka sulit untuk menempatkan diri pada posisi orang lain.
2. Mudah merasa stres
Ketika anak berhadapan dengan kesulitan dan masalah, ada kemungkinan respon tidak menyenangkan seperti stres atau cemas muncul. Timbulnya stres dalam diri anak dapat menjadi sebuah tanda jika ia memiliki tingkat emosi kecerdasan emosi yang rendah.
Ketidakmampuan anak dalam mengontrol emosi akan membuatnya kesulitan untuk mengatur mood. Menyebabkan hal atau masalah kecil yang terjadi dapat membuat moodnya turun dan ia menjadi stres. Anak juga akan cenderung menyalahkan orang lain sebagai wujud pelampiasan stres yang ia alami.
3. Menyimpan dendam
Anak-anak dengan tingkat emosi yang rendah tidak jarang menyimpan perasaan kesal dan dendam terhadap orang lain. Tindakan ini sebenarnya merupakan salah satu respon pikiran atas stres yang tercipta karena seseorang tidak dapat mengontrol emosinya.
Kita semua tahu bahwa menahan rasa stres yang ada hanya akan mendatangkan emosi negatif yang tidak memiliki dampak baik bagi tubuh. Berpegang pada dendam berarti kita berpegang pada stres.
Orang-orang dengan kecerdasan emosi yang baik tahu bahwa ini tidaklah baik dan berusaha untuk menhindari terciptanya dendam dalam diri mereka. Karena melepas dendam berarti meningkatkan kesehatan.
4. Memiliki sikap membenarkan diri
Tingkat EQ rendah dalam diri anak membuatnya menghadapi kesulitan dalam memahami orang lain. Disamping itu, mereka tanpa sadar malah membangun sikap selalu membenarkan dirinya di setiap peristiwa.
Anak dengan kepribadian ini merasa apa yang mereka lakukan selalu benar, dan mereka akan mengusahakan segala sesuatu untuk mempertahankan apa yang diaspirasikan. Mereka juga cenderung menolak untuk mendengarkan pendapatan lain. Sikap pesimis dan terlalu kritis terhadap perasaan orang lain juga timbul seiring dengan sikap pembenaran diri yang tinggi.
Editors' Pick
5. Cepat dalam membuat asumsi
Biasanya orang dengan kecerdasan emosi yang rendah cepat dalam membuat opini dan asmusi. Disamping itu, mereka malas melakukan konfirmasi kebenaran dan kejelasan hal-hal yang disampaikan.
Mereka juga sering berdebat dan memaksa orang menerima informasi yang tak berlandaskan bukti tersebut. Kondisi ini sangatlah merugikan jika ditemukan di dalam sikap seorang pemimpin. Karena pemimpin jenis ini tidak mau mendengarkan aspirasi dan memaksakan kehendaknya.
6. Mudah tersinggung
Dengan sikap yang tidak mau mendengar masukan dan kontrol emosi yang buruk, tidak menutup kemunkinan anak yang kecerdasan emosinya rendah cepat tersinggung.
Hal-hal positif yang dilontarkan oleh orang lain dapat dianggap sebagai upaya perlawanan terhadap asumsi yang dikeluarkan. Kontrol emosinya yang rendah juga dapat memperburuk keadaan. Perdebatan kecil yang tidak ada maksud apa-apa seperti bercanda, dapat menjadi sebuah persoalan yang rumit akibat rasa tersinggung.
7. Tidak memiliki hubungan yang baik dengan sesamanya
Berbicara mengenai hubungan, ini adalah salah satu kebutuhan manusia sebagai mahluk sosial, tak terkecuali mereka yang memiliki EQ yang rendah. Namun biasanya hubungan orang-orang ini cepat rengang dan tidak bertahan lama.
Mereka dengan kecerdasan emosi yang rendah dikenal sebagai orang yang kasar dan tidak berperasaan. Dalam menjalankan hubungan, mereka akan mendominasi dan mementingan kepentingannya.
Hubungan yang baik seharusnya dibangun melalui keselarasan, saling memberi dan menerima, berbagi emosi, kasih sayang, dan dukungan emosional.
8. Sering merasa tidak dipahami
Orang dengan kecerdasan emosi rendah merasa bahwa orang-orang di sekitarnya tidak dapat memahaminya. Sebenarnya sifat mereka sendirilah yang membuat mereka sulit dipahami. Mereka kurang mampu mengerti sesamanya, malah menonjolkan kebutuhan mereka di atas sesama.
Padahal orang dengan kecerdasan emosional yang tinggi mampu mengetahui bagaimana mengkomunikasikan idenya dengan baik menggunakan pendekatan yang baik pula. Hal ini membuat mereka jauh lebih mudah dipahami.
9. Tidak bisa marah
Tidak bisa marah di sini bukan berarti orang dengan kecerdasan emosi yang rendah merupakan orang yang baik. Artinya mereka tidak dapat mengatur emosi dengan baik sesuai kondisi dan situasi yang terjadi.
Diperlukan kecerdasan emosi yang baik untuk mengetahui kapan waktu yang tepat untuk bertindak sedih, senang, marah, atau frustasi. Seseorang tak sebaiknya menunjukan emosi sedih di acara-acara bahagia sesamanya. Ataupun memamerkan emosi tersebut secara terus menerus.
10. Minim kosakata emosi
Kosakata emosi membantu orang-orang dalam mengekspresikan emosi yang mereka rasakan. Minimnya pilihan kata ini membuat seseorang tidak dapat mengekspresikan perasaan atau emosinya dengan baik.
Label emosi yang kurang akurat memimbulkan pemahaman yang keliru yang mana memicu pilihan irasional juga kurang produktif.
Berlawanan dengan itu, mereka dengan EQ yang tinggi mampu memahami penggunaan kata-kata emosi tersebut dengan baik.Mereka dengan EQ tinggi dapat mengetahui ketika seseorang merasa tidak enak, mereka dapat mengetahui apakah yang dirasakan itu "frustasi", "sedih", atau "cemas".
Semakin spesifik kata yang digunakan untuk menggambarkan emosi, itu berarti semakin baik kemampuan seseorang dalam mengambil tindakan terhadap perasaannya.
Mama memiliki peran penting untuk mengenalkan label emosi pada anak sejak mereka di usia balita. Anak bisa melatih kepakaan tentang apa yang sedang mereka rasakan.
Orang dengan tingkat EQ tinggi memahami apa yang terjadi pada dirinya dan orang lain.
Itulah 10 ciri anak yang memiliki tingkat kecerdasan emosi yang rendah. Masih bisa dilatih untuk lebih peka kok, Ma. Perbanyak komunikasi soal perasaan kepada anak yuk!
Baca juga:
- Bukan dengan Menekan Emosinya, Inilah Cara Membuat Anak Disiplin
- Tips 5 Membesarkan Anak Lelaki Agar Memiliki Kecerdasan Emosi
- Lakukan 5 Kegiatan ini Untuk Bangun Ikatan Emosi Dengan Si Kecil