Cara Melindungi Anak dari Paparan Pornografi Berdasarkan Saran Ahli
Terpaparnya pornografi secara berlebihan dapat membuat anak kecanduan, Ma
26 November 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Kemajuan teknologi dan semakin mudahnya akses terhadap internet membuat anak-anak berisiko terpapar konten pornografi. Secara istilah, pornografi mengarah para gambaran tubuh manusia atau perilaku seksualitas manusia secara terbuka. Dengan tujuan merangsang gairah seksual.
Tentu saja, konten pornografi ini tidak dapat dibiarkan atau pun dibenarkan. Hal ini dapat memengaruhi perilaku anak jika terpapar di usia yang belum saatnya. Maka, penting bagi Mama dan Papa untuk melindungi anak dari pajanan pornografi.
Konten pornografi dapat menggunakan berbagai media. Misalnya, dalam bentuk tulisan, foto, video, maupun suara. Konten ini dapat muncul di mana saja, baik di situs pencarian internet maupun media sosial.
Sebagai panduan orangtua, berikut Popmama.com jelaskan dampak dari paparan pornografi disertai dengan cara melindungi anak dari pornografi berdasarkan saran dari ahlinya.
1. Dampak yang muncul akibat terpapar pornografi
Apabila anak terpapar konten pornografi di usia muda, anak cenderung belum memahami betul tentang objek apa yang ia lihat atau tonton. Akibatnya, anak pun akan terus mencari konten tersebut karena biasanya pornografi menimbulkan rasa senang dalam diri.
"Dampaknya, anak pun bisa merasa kecanduan. Dalam sebuah penelitian disebutkan bahwa kecanduan pornografi ini sama seperti kecanduan narkoba," jelas Dr. Eva Devita Harmoniati, Sp.A(K) dalam siaran langsungnya bersama akun Instagram resmi IDAI.
Selain itu, perlu orangtua ketahui bahwa kecanduan pornografi dapat memicu anak menjadi pelaku atau korban dari kejahatan seksual. Anak yang kecanduan terhadap konten pornografi juga dapat memiliki perilaku seksual menyimpang.
Editors' Pick
2. Ajarkan anak untuk memahami sex education
Biasanya, anak mudah terpapar pornografi melalui internet. Misalnya, saat menggunakan media sosial. Salah satu langkah pencegahan atau perlindungan dari pajanan pornografi, yaitu dengan memberi pemahaman mengenai sex education, Ma.
Sex education atau pendidikan seks merupakan pemahaman dasar yang mengajarkan anak tentang nama alat kelamin beserta fungsi dan batasan-batasannya.
"Jadi, orangtua sebaiknya memberikan pengertian tentang bagaimana anak memahami fungsi dan kapan mereka boleh menggunakan area privatnya. Termasuk cara-cara menjaganya. Misalnya, area privatnya tidak boleh dilihat atau dipegang oleh orang lain," kata Dr. Eva.
Pendidikan seks ini dianjurkan untuk diajarkan sejak usia dini, Ma. Dimulai dari usia anak 15–18 bulan, dengan cara mengenalkan nama dan fungsi alat kelamin sebagai salah satu anggota tubuhnya.
Selanjutnya, pada usia anak memasuki 2–3 tahun, orangtua mulai mengenalkan identitas gender.
"Dengan mengajarkan perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Gunakan saja bahasa sederhana yang mudah dimengerti. Misalnya, kalau laki-laki itu rambutnya pendek dan suka main bola atau mobil-mobilan. Sedangkan perempuan, memiliki rambut panjang dan pakaiannya menggunakan rok," lanjut Dr. Eva.
Kemudian di usia prasekolah, Mama dan Papa sebaiknya mulai memberitahukan tentang batasan-batasan area privat anak. Di usia sekolah, tepatnya 6–8 tahun, ajarkan lagi hal-hal yang lebih khusus karena biasanya anak mulai lebih kritis.
"Anak-anak usia sekolah biasanya akan lebih aktif dan banyak mengajukan pertanyaan unik. Seperti, menanyakan tentang asal mula bayi. Nah, dari sana orangtua bisa mulai arahkan ke sex education yang lebih dalam lagi agar anak benar-benar memahami," katanya.
3. Sediakan waktu untuk berdiskusi dengan anak, Ma
Hal paling penting untuk melindungi anak agar tidak terpapar konten pornografi yang berbahaya, yaitu dengan menyediakan waktu berdiskusi, Ma. Sebisa mungkin, anak mendapatkan pemahaman mengenai pendidikan seks dari orangtuanya.
Jadi, anak tidak mencuri-curi kesempatan untuk mencari tahu dari internet yang berisiko mengandung konten pornografi.
"Kita dapat lihat sendiri ya, misalnya pada sebuah situs pencarian di internet itu terkadang muncul iklan pop-up berisi gambar atau ilustrasi pornografi," kata Dr. Eva.
Saat mengajarkan pendidikan seks yang disertai dengan dampak-dampak konten pornografi. Mama bisa memulai diskusi dengan pertanyaan, "Apa yang kamu tahu?" atau "Menurut kamu itu apa sih?".
Dari pertanyaan tersebut, biarkan anak menjawab.
Jika diketahui ada kekeliruan, Mama bisa meluruskan atau memberitahukan informasi yang sebenarnya.
4. Tetap awasi anak saat menggunakan internet
Meskipun anak Mama telah memasuki masa remaja sehingga diperbolehkan untuk menggunakan gadget secara mandiri dan sudah cukup mengerti konten pornografi. Namun, tetap awasi atau dampingi ya, Ma.
"Acuan usia dalam menggunakan internet itu biasanya tergantung kebijakan setiap keluarga. Sedangkan di media sosial, mayoritas memperbolehkan anak-anak yang berusia 12–13 tahun," ucap Dr. Eva.
Canggihnya teknologi dan kemudahan akses internet membuat anak lebih berisiko terpapar konten pornografi. Jadi, orangtua perlu membatasi agar tidak terjadi dampak negatif yang merugikan.
Misalnya, dengan mengaktifkan fitur khusus anak-anak sehingga mencegah paparan konten pornografi yang berlebihan. "Pada usia remaja yang sudah pubertas ini bukan berarti dilarang. Sebenarnya diperbolehkan, tetapi dalam konteks pendidikan, bukan untuk hiburan," tambahnya menegaskan.
Komunikasikan juga tentang cara-cara yang sebaiknya dilakukan saat menggunakan internet atau media sosial. Beritahu anak apa yang boleh dan mana yang tidak boleh, Ma.
"Mulai dari cara menulis atau mengunggah konten di media sosial, bersikap hati-hati ketika berkenalan dengan orang asing, hingga memberitahukan tentang UU ITE yang harus dipahami ketika menggunakan internet," jelasnya.
5. Buat batasan atau aturan yang telah disepakati bersama
"Membuat aturan bagi remaja itu tidak bisa saklek atau mutlak sehingga orangtua perlu memberi aturan disertai alasan yang jelas," saran Dr. Eva.
Mengingat remaja biasanya sudah memiliki kemampuan komunikasi dan berpikir yang lebih baik dari usia anak. Jadi, Mama dan Papa perlu mendidiknya dengan cara berbeda.
Orangtua dapat mengatasinya dengan membuat aturan atau batasan yang telah disepakati bersama. Misalnya, kesepakatan untuk didampingi saat menonton serial drama atau film remaja yang bisa saja mengandung konten pornografi.
Bisa juga kesepakatan tentang jadwal menggunakan internet dan sosial media. Ketika hari sekolah, anak hanya diperbolehkan menggunakan gadget hingga pukul 21.00 WIB. Sedangkan saat hari libur, boleh menggunakan gadget sampai dengan pukul 22.00 WIB.
Mama dan Papa dapat menyesuaikannya dengan kebutuhan buah hati. Hal yang tak kalah penting dalam membuat kesepakatan bersama ini, yaitu penerapan sanksi apabila ada pelanggaran. Biasakan juga untuk konsisten pada aturan.
Itulah beberapa cara yang dapat orangtua lakukan agar anak terlindungi dari pajanan pornografi. Semoga tips cara melindungi anak dari pornografi dapat bermanfaat dan diterapkan dengan baik, ya.
Baca juga:
- Toxic! 7 Pengaruh Buruk dari Kecanduan Pornografi
- Darurat Pornografi Pada Anak, Berikut 7 Cara untuk Mencegahnya
- Waspada! 5 Bahaya Anak Kecanduan Pornografi dan Cara Mengendalikannya