Migrain, Dampak yang Muncul Akibat Kekerasan Emosional pada Anak
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa kekerasan emosional berkaitan dengan migrain
13 Oktober 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Beberapa orang mungkin pernah mengalami sakit kepala sebelah atau migrain. Biasanya, orang menganggap migrain disebabkan oleh banyak pikiran atau pekerjaan yang belum tuntas.
Padahal, migrain bisa saja merupakan kondisi kesehatan yang disebabkan karena pengalaman traumatis di masa lalu.
Mengutip IDNTimes, sebuah menunjukkan bahwa migrain dapat disebabkan oleh seseorang yang pernah mengalami penderitaan pelecehan emosional selama masa anak-anak.
Lebih lanjut, berikut Popmama.com jelaskan mengenai migrain dan kaitannya dengan kekerasan emosional anak. Barangkali dapat menjadi pembelajaran bagi Mama dan Papa sehingga hal ini dapat dihindari.
1. Mengenal sakit kepala sebelah atau migrain
Dikutip dari Migraine Research Foundation, migrain bukan hanya sakit kepala. Melainkan gejala neurologis yang termasuk rasa sakit berulang dan berdenyut-denyut keras di satu sisi kepala.
Namun, pada 1/3 serangan migrain, kedua sisi kepala bisa dirasakan juga. Sakitnya bisa berlangsung antara 4–72 jam. Disertai dengan satu atau lebih dari gejala, seperti gangguan visual, mual, muntah, pusing, sensitivitas ekstrim terhadap suara, cahaya, sentuhan dan bau, serta kesemutan atau mati rasa pada ekstremitas atau wajah.
Akan tetapi, perlu diingat bahwa tidak semua orang mengalami gejala tersebut. Beberapa orang memiliki gejala berbeda.
Editors' Pick
2. Anak yang mengalami kekerasan emosional berisiko migrain
Seseorang yang mengalami migrain berkiatan dengan pengalaman traumatis berupa kekerasan emosional saat kecil. Hal ini dibuktikan oleh sebuah studi yang dipresentasikan kepada American Academy of Neurology (AAN).
Penelitian tersebut menegaskan bahwa anak-anak yang mengalami pelecehan emosional lebih mungkin mengalami sakit kepala migrain ketika mereka dewasa nanti.
Menurut penulis studi ini, Dr Gretchen Tietjen, dari University of Toledo di Ohio, pelecehan emosional menunjukkan keterkaitannya dengan peningkatan risiko migrain dan pelecehan yang terjadi pada anak-anak bisa memiliki efek jangka panjang pada kesehatan dan kesejahteraan hidup mereka.
3. Hasil penelitian mengenai hubungan pelecehan emosional dengan migrain
Penelitian dari pelecehan emosional ini meliputi pelecehan fisik, seperti dipukul atau ditinju, ditendang, atau dilemparkan ke lantai, ke dinding, atau dari tangga. Pelecehan seksual juga termasuk, seperti sentuhan seksual secara paksa atau adanya hubungan seksual.
Dari sekitar 14.484 peserta dewasa, yang usianya berkisar 24-32 tahun, hampir 14 persen didiagnosis memiliki migrain, dan sekitar 47 persen dari mereka melaporkan bahwa mereka telah dilecehkan secara emosional selama masa kanak-kanak.
Sementara itu, 18 persen lainnya melaporkan bahwa mereka telah dilecehkan secara fisik dan 5 persen mengatakan bahwa mereka telah mengalami pelecehan seksual.
Dan juga, 61 persen dari mereka yang mengalami migrain mengungkapkan bahwa mereka dilecehkan pada masa kecil, sementara 49 persen dari mereka yang tidak pernah mengalami migrain mengatakan hal yang sama.
Secara keseluruhan, hasil penelitian mengungkapkan bahwa orang dewasa yang melaporkan mengalami pelecehan pada masa kanak-kanak meliputi 55 persen lebih mungkin untuk mengalami migrain daripada mereka yang tidak pernah dilecehkan (setelah memperhitungkan usia, ras dan jenis kelamin.
4. Anak dengan kekerasan emosional lebih berisiko alami migrain
Korelasi antara pelecehan emosional pada masa kanak-kanak dan peningkatan risiko migrain di kemudian hari ini tetap stabil ketika para peneliti menjelaskan depresi dan kegelisahan. Kondisi kesehatan mental tersebut juga mungkin berkaitan dengan masalah migrain.
Namub, dalam analisis terakhirnya, penelitian menunjukkan bahwa 32 persen orang dewasa yang mengalami pelecehan emosional saat anak-anak lebih mungkin untuk mengalami migrain. Dibanding mereka yang tidak mengalami pelecehan dalam bentuk apa pun ketika kecil.
5. Perlu penelitian lanjutan mengenai kekerasan emosional dengan migrain
Meskipun penelitian tersebut cukup meyakinkan adanya hubungan kekerasan emosional antara migrain, tetapi American Academy of Neurology (AAN) masih berhati-hati dalam mengklarifikasi temuan ini.
"Diperlukan lebih banyak penelitian untuk lebih memahami hubungan antara pelecehan anak dan migrain ini," kata Dr. Tietjen. "Ini juga yang dokter ingin pertimbangkan ketika mereka merawat penderita migrain." imbuhnya.
Namun, sebaiknya orangtua tetap berhati-hati dan mempertimbangkan masalah kekerasan atau pelecehan emosional ini. Sudah sebaiknya Mama dan Papa menciptakan suasana yang aman serta nyaman untuk tumbuh kembang si Kecil. Jadi, pengalaman traumatis dapat dihindari.
Baca juga:
- 7 Rekomendasi Merek Minyak Ikan Bebas Amis untuk Kesehatan Anak
- Tips dan Trik Menjaga Kesehatan Anak di Masa Pandemi dari dr. Rouli
- 5 Pilihan Asupan Kaya Serat yang Baik untuk Kesehatan Anak