Hajar Aswad adalah batu suci yang terletak di sudut tenggara Ka'bah, di Masjidil Haram, Makkah.
Batu ini menjadi salah satu bagian penting dari ritual ibadah haji dan umrah, dimana umat Islam disunahkan untuk menciumnya atau menyentuhnya jika memungkinkan.
Meskipun Hajar Aswad memiliki makna spiritual yang mendalam, asal-usulnya juga menjadi topik yang menarik perhatian para peneliti.
Kisah yang beredar mengenai batu ini membuat banyak peneliti ingin mencari tahu jawaban sains terhadap misteri batu ini.
Berikut Popmama.com merangkum asal usul Hajar Aswad di Tanah Suci menurut peneliti.
Batu dari Surga?
NU Online
Istilah Hajar Aswad berasal dari dua kata, yakni hajar yang artinya batu, dan aswad yang berarti tersebut sudah ada sejak zaman Nabi Ibrahim dan diceritakan berasal dari surga.
Awalnya berwarna putih dan bisa memancarkan sinar. Namun, terjadi perubahan warna pada batu menjadi hitam yang dalam sumber tradisional Islam diceritakan karena menyerap dosa-dosa umat manusia di bumi.
Nabi Muhammad SAW menyebutkan bahwa batu ini awalnya berwarna putih bersih, tetapi berubah menjadi hitam karena dosa-dosa manusia.
Dalam sebuah hadis, Nabi SAW bersabda: "Hajar Aswad diturunkan dari surga, dan awalnya lebih putih dari susu; dosa-dosa manusia menjadikannya hitam."
Pernyataan ini menguatkan keyakinan umat Islam bahwa Hajar Aswad bukanlah batu biasa, tetapi memiliki dimensi spiritual yang luar biasa.
Editors' Pick
Penelitian Geologis terhadap Hajar Aswad
Peneliti modern, terutama ahli geologi, mencoba mengidentifikasi komposisi batu ini. Berdasarkan pengamatan ilmiah yang terbatas, beberapa teori menyebutkan bahwa Hajar Aswad mungkin batuan meteor atau agate. Berikut penjelasannya:
Hajar Aswad yang Diyakini Sebagai Meteor
Freepik/kjpargeter
Beberapa peneliti menduga batu ini adalah meteor yang jatuh ke bumi ribuan tahun lalu.
Komposisi batu yang berbeda dari batuan di sekitar Makkah mendukung teori ini.
E. Thomsen dalam studi New Light on the Origin of the Holy Black Stone of the Ka'ba (1980) menceritakan, pada 1932 seorang peneliti bernama Philby di Al-Hadidah menemukan kawah tumbukan meteor yang kelak disebut Wabar.
Setelah diukur, kawah tersebut berukuran lebih dari 100 meter. Ditemukan pula beberapa pecahan meteor di sekitar kawah dan gurun.
Beranjak dari pengamatan ini, Thomsen menyebut, ciri-ciri pecahan meteor sesuai dengan gambaran Hajar Aswad.
"Misalkan, warna putih (red, yang dipancarkan Hajar Aswad) mungkin berasal dari paparan bagian dalam inti hasil campuran zat kimia itu," katanya.
Menurutnya, lapisan warna putih itu sangat rapuh dan tidak tahan lama.
Atas dasar ini, lapisan tersebut berada dalam lapisan batuan berwarna hitam yang menyelimutinya.
Artinya, batuan berwarna putih itu tak abadi dan bisa menghilang seiring waktu, sehingga kelak hanya tersisa batuan berwarna hitam saja.
Oleh karena itu, dalam narasi Hajar Aswad terkait perubahan warna memang benar bisa ada penjelasannya secara sains.
Berarti, bukan disebabkan oleh penyerapan dosa-dosa manusia.
Sementara, bintik-bintik putih yang berada dalam Hajar Aswad kiwari merupakan sisa-sisa kaca dan batu pasir.
"Batu meteor itu kemungkinan batu yang sama dengan Hajar Aswad," tulis Thomsen.
Hajar Aswad yang Diyakini dari Hasil Pembentukan Batuan Vulkanik (Agate)
Freepik
Sebagian ahli percaya bahwa Hajar Aswad adalah jenis batuan agate atau batuan vulkanik yang terbentuk secara alami di bumi.
Pada tahun 1974, Robert Dietz dan John McHone mengajukan pendapat, Hajar Aswad adalah batu akik atau agate.
Pendapat mereka berdasarkan dari hipotesisnya pada atribut fisik dan laporan ahli geologi Arab.
Salah satu kunci penting adalah laporan tentang seputar pemulihan Hajar Aswad paca mengalami kejadian pencurian pada tahun 951 Masehi.
Ada laporan, bahwa batu suci itu bisa mengapung, jika itu akurat, maka itu akan menepis dugaan bahwa Hajar Aswad adalah batu basalt atau meteorit, sebaliknya daftar dugaan bertambah, ia adalah kaca atau sejenis batu apung.
Namun, penelitian terhadap Hajar Aswad terbatas karena umat Islam menghormati batu ini sebagai benda suci dan tidak mengizinkan eksplorasi invasif.
Peran Hajar Aswad dalam Sejarah Ka'bah
Unsplash/ekrem osmanoglu
Hajar Aswad memiliki sejarah panjang yang terkait dengan pembangunan Ka'bah.
Menurut riwayat, batu ini pertama kali ditempatkan oleh Nabi Ibrahim AS dan putranya, Nabi Ismail AS, saat membangun Ka'bah sebagai rumah ibadah kepada Allah SWT.
Dalam ibadah haji dan umrah, Hajar Aswad menjadi simbol kesatuan umat Islam.
Saat mencium atau menyentuhnya, umat Muslim di seluruh dunia menyatakan kesetiaan mereka kepada Allah SWT.
Nabi Muhammad SAW juga menunjukkan bahwa mencium Hajar Aswad adalah bagian dari sunnah, meskipun bukan kewajiban.
Demikian asal usul Hajar Aswad di Tanah Suci menurut peneliti.