Kenapa Anak Remaja Suka Pamer, Bisa Dibenci Temannya!
Pamer yang berlebihan dapat memicu perasaan iri di antara teman-teman!
16 Februari 2025

Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Remaja sering kali memiliki dorongan untuk pamer, baik itu pencapaian, barang baru, atau kehidupan mereka di media sosial.
Ini bukan sekadar ingin menunjukkan kesenangan, tetapi juga bagian dari proses mencari pengakuan dan validasi dari lingkungan sekitar.
Namun, tanpa disadari, kebiasaan ini bisa menimbulkan rasa iri atau bahkan menjengkelkan bagi teman-teman mereka.
Jika terlalu sering membanggakan diri tanpa memperhatikan perasaan orang lain, remaja bisa dianggap sombong atau tidak peduli, yang berujung pada dijauhi atau dibenci oleh teman-temannya.
Oleh karena itu, penting untuk belajar menyeimbangkan antara berbagi kebahagiaan dan tetap rendah hati agar hubungan sosial tetap sehat.
Berikut Popmama.com telah merangkum kenapa anak remaja suka pamer, bisa dibenci temannya!
1. Kenapa remaja suka pamer?
Remaja memiliki kecenderungan untuk pamer karena berbagai faktor, baik psikologis maupun sosial. Berikut beberapa alasan utama yang mendorong mereka untuk menunjukkan pencapaian atau kepemilikan mereka:
1. Mencari pengakuan
Remaja sedang dalam tahap mencari jati diri dan ingin diakui oleh teman-teman serta lingkungannya. Pamer menjadi cara mereka untuk mendapatkan validasi dan meningkatkan rasa percaya diri.
2. Pengaruh media sosial
Platform seperti Instagram, TikTok, dan Snapchat mendorong budaya pamer, di mana setiap orang berlomba-lomba menampilkan sisi terbaik dari hidup mereka. Semakin banyak like dan komentar, semakin besar perasaan dihargai.
3. Tekanan dari lingkungan
Dalam pergaulan remaja, status sosial sering kali diukur dari hal-hal seperti gaya berpakaian, gadget terbaru, atau pengalaman eksklusif. Hal ini membuat mereka terdorong untuk memamerkan apa yang mereka punya agar tetap dianggap keren atau relevan.
4. Kompetisi sosial
Secara alami, manusia memiliki insting untuk bersaing. Remaja yang melihat temannya berhasil atau memiliki sesuatu yang lebih mungkin akan merasa terdorong untuk menunjukkan bahwa mereka juga bisa atau bahkan lebih unggul.
5. Meningkatkan kepercayaan diri
Memamerkan pencapaian atau barang baru dapat memberikan rasa bangga dan meningkatkan kepercayaan diri. Namun, jika dilakukan berlebihan, bisa berujung pada kesan sombong di mata orang lain.
6. Kurangnya kesadaran sosial
Remaja masih dalam proses belajar memahami bagaimana tindakan mereka memengaruhi orang lain. Mereka mungkin belum sepenuhnya menyadari bahwa kebiasaan pamer bisa membuat teman-temannya merasa minder, iri, atau bahkan terganggu.
2. Dampak negatif suka pamer
Meskipun pamer bisa memberikan rasa puas dan pengakuan, jika dilakukan berlebihan justru dapat menimbulkan berbagai dampak negatif, terutama dalam kehidupan sosial remaja. Berikut beberapa dampak buruk yang perlu diwaspadai:
1. Dijauhi atau dibenci teman
Jika terlalu sering memamerkan sesuatu, remaja bisa dianggap sombong dan tidak peka terhadap perasaan orang lain. Hal ini bisa menyebabkan teman-temannya merasa tidak nyaman dan memilih menjauh.
2. Menimbulkan iri dan persaingan tidak sehat
Pamer yang berlebihan dapat memicu perasaan iri di antara teman-teman, yang berujung pada persaingan tidak sehat. Alih-alih membangun hubungan yang positif, remaja justru bisa terjebak dalam siklus saling membandingkan diri.
3. Tekanan untuk selalu tampil sempurna
Kebiasaan pamer membuat seseorang merasa harus terus mempertahankan citra tertentu, meskipun tidak sesuai dengan kenyataan. Ini bisa menimbulkan tekanan mental dan kecemasan jika merasa tidak bisa memenuhi standar yang telah diciptakan sendiri.
4. Menurunkan empati dan kesadaran sosial
Terlalu fokus pada pencitraan diri bisa membuat remaja kurang peduli terhadap keadaan sekitar. Mereka bisa menjadi kurang sensitif terhadap perasaan orang lain, terutama teman-teman yang mungkin sedang mengalami kesulitan.
5. Ketergantungan pada validasi orang lain
Jika terlalu sering pamer dan bergantung pada respons orang lain untuk merasa bahagia, remaja bisa kehilangan kepercayaan diri yang sejati. Mereka akan terus mencari validasi eksternal daripada merasa cukup dengan diri sendiri.
6. Rentan terhadap cyberbullying
Di era media sosial, terlalu sering pamer bisa membuat seseorang menjadi sasaran komentar negatif atau bahkan cyberbullying. Tidak semua orang akan memberikan respons positif, dan ini bisa berdampak buruk pada kesehatan mental.