Mengenal Pubertas pada Anak, Jangan Menakuti!

Memberi pemahaman tentang seks sangat dibutuhkan bagi si Kecil!

12 Desember 2024

Mengenal Pubertas Anak, Jangan Menakuti
YouTube.com/Ayo Sehat Kementerian Kesehatan RI

Saat anak memasuki usia remaja, tubuh mereka mengalami banyak perubahan hormon yang dikenal sebagai masa pubertas. Pubertas adalah masa dalam perkembangan anak di mana alat reproduksi mulai matang dan kemampuan reproduksi mulai berkembang.

Dalam sebuah podcast YouTube dari Kementerian Kesehatan RI, Zoya Amirin,M.Psi.,FIAS., seksolog, menjelaskan pentingnya memberikan edukasi seks sejak dini.

Hal ini bertujuan agar anak memahami tubuh dan seksualitasnya dengan baik. Masa pubertas adalah fase penting dalam perkembangan si Kecil, sehingga Mama perlu mempersiapkan diri untuk mendukungnya.

Berikut Popmama telah merangkum mengenal pubertas pada anak yang perlu Mama dan Papa ketahui!

1. Masa pubertas hanya terjadi sekali

1. Masa pubertas ha terjadi sekali
Pexels/Jessica Lewis Creative

Menurut Zoya Amirin, masa pubertas adalah salah satu fase yang hanya terjadi sekali dalam seumur hidup setiap individu. Masa ini merupakan periode penting di mana tubuh mengalami berbagai perubahan signifikan yang menandai perkembangan menuju kedewasaan. Pada masa pubertas, anak perempuan mulai mengalami menstruasi, sementara anak laki-laki mengalami mimpi basah sebagai tanda bahwa sistem reproduksi mereka telah berkembang dan matang

Perubahan ini menunjukkan bahwa organ reproduksi mereka telah berkembang dan aktif secara biologis. Namun, perlu dipahami bahwa kematangan ini bukan berarti mereka sudah siap untuk melakukan hubungan seksual.

Pubertas menandai kesiapan fisik dalam aspek reproduksi, tetapi kesiapan mental dan emosional untuk menghadapi hubungan seksual masih memerlukan pemahaman, edukasi, dan dukungan dari lingkungan sekitar.

Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memberikan edukasi yang tepat dan mendukung anak-anak dalam memahami fase ini dengan baik.

"Perubahan signifikan dari anak-anak ke masa remaja itulah yang kita sebut puber," ucap Zoya Amirin, Seksolog.

Editors' Pick

2. Si Kecil pubertas lebih cepat?

2. Si Kecil pubertas lebih cepat
Freepik/racool-studio

Mama mungkin pernah bertanya-tanya, mengapa si Kecil mengalami tanda pubertas lebih cepat dibandingkan dengan anak-anak di masa sebelumnya.

Jika hal ini terjadi, Mama tidak perlu khawatir, karena sebenarnya ini adalah hal yang wajar dan umum terjadi. Perkembangan fisik dan tanda-tanda pubertas yang muncul lebih cepat pada anak zaman sekarang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berbeda.

Salah satu alasan yang mendasari hal ini adalah adanya perbaikan dalam pola gizi yang dikonsumsi anak. Konsumsi makanan yang sehat, bergizi, dan mengandung nutrisi yang cukup berperan penting dalam mendukung pertumbuhan dan kesehatan tubuh, termasuk sistem reproduksi.

Dengan pola makan yang lebih baik dan dukungan lingkungan, tubuh si Kecil memiliki kemampuan untuk berkembang lebih optimal, yang pada akhirnya memengaruhi percepatan masa pubertas.

Oleh karena itu, memahami berbagai faktor penyebab ini penting bagi Mama agar dapat mendampingi si Kecil dengan baik melalui masa pertumbuhannya yang penuh perubahan.

"Jadi sekarang 10 tahunan sudah pada menstruasi, mimpi basah, sementara 20 tahunan lalu baru SMP," Ucap Zoya.

Namun, Mama tetap perlu memperhatikan pola makan si Kecil, karena makanan sangat berpengaruh pada kesehatan reproduksinya.

3. Budaya patriarki dapat membahayakan kesehatan seksual

3. Budaya patriarki dapat membahayakan kesehatan seksual
Freepik/freepik

Masalah kesehatan seksual di Indonesia memiliki kompleksitas yang cukup rumit dan salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah pengaruh budaya patriarki yang masih kuat dalam masyarakat.

Budaya patriarki ini sering kali membentuk norma dan stigma yang dapat berdampak negatif pada pemahaman serta penerapan konsep kesehatan seksual, baik bagi laki-laki maupun perempuan.

Budaya patriarki cenderung memandang kesehatan seksual sebagai topik yang tabu atau sensitif untuk dibahas, sehingga hal ini menciptakan hambatan dalam membangun pemahaman yang lebih terbuka dan inklusif.

Akibatnya, banyak individu yang memiliki pemahaman yang keliru tentang kesehatan seksual mereka sendiri atau merasa kesulitan untuk mengakses informasi yang benar dan akurat mengenai hal tersebut.

"Laki-laki harus begini, perempun harus begini, ini jadinya repot untuk orang bisa paham bahwa melihat masalah sesuai dengan konteksnya," ujar Zoya.

4. Jangan terlalu keras pada si Kecil

4. Jangan terlalu keras si Kecil
Freepik/freepik

Memberikan pemahaman kepada si Kecil sebaiknya dilakukan dengan pendekatan yang lembut dan penuh kasih, bukan dengan cara memaksa.

Jika dipaksakan, si Kecil bisa tumbuh tanpa benar-benar memahami mana yang baik dan buruk, serta bisa menjadi takut atau malu untuk bercerita, terutama soal hal-hal yang bersifat sensitif seperti perilaku seksualnya.

Pendekatan yang memaksa bisa menciptakan ketakutan dan ketidaknyamanan pada anak, yang akhirnya membuat mereka enggan berkomunikasi.

Sebaliknya, dengan komunikasi yang empatik, mendengarkan tanpa menghakimi, dan menjelaskan dengan bahasa yang mudah dipahami, si Kecil akan merasa lebih aman dan percaya diri untuk bertanya atau berbagi perasaannya.

Dengan ini, si Kecil akan lebih mudah memahami informasi yang diberikan dan membangun pemahaman yang sehat tentang tubuhnya, privasi, dan batasan yang penting untuk mereka ketahui.

"Peraturan yang Anda mau buat di rumah, pastikan diskusikan dengan anak," ujar Zoya

5. Memberikan edukasi seks dengan penyampaian yang tepat

5. Memberikan edukasi seks penyampaian tepat
Pexels/Vlada Karpovich

Pemahaman tentang seks sebaiknya diajarkan sejak dini agar anak bisa memahaminya dengan baik.

"Kita harus memulai seks edukasi jauh sebelumnya, kalau sudah remaja sebenarnya agak terlambat," ucap Zoya Amir.

Jika edukasi seks belum diberikan sejak dini, tidak apa-apa untuk memulainya saat anak sudah remaja. Pastikan penyampaiannya dilakukan dengan cara yang tepat dan tidak menakut-nakuti.

"Tugas kita memberikan seks edukasi yang proper, kita sebagai orang tua punya kontribusi membantu si anak memahami masa pubertas," tambah Zoya.

Mama dan Papa perlu memahami dan menyadari perubahan yang dialami si Kecil, terutama selama masa pubertas.

Pada fase ini, emosi anak seringkali tidak stabil, sehingga orang tua harus memberikan pengertian dengan sabar dan penuh perhatian.

Dukungan dan komunikasi yang baik sangat penting agar si Kecil merasa dipahami dan tidak merasa sendirian dalam menghadapi perubahan ini.

Itulah mengenal pubertas pada anak yang perlu Mama dan Papa ketahui, semoga bermanfaat!

Baca juga:

The Latest