Dampak Psikologis Anak Perempuan Akibat Jauh dari Kehadiran Papa
Keterlibatan Papa dalam proses parenting sangat penting, jika tidak akibatnya fatal terhadap mental
29 September 2023
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Isu Indonesia sebagai negara ketiga fatherless pertama kali mencuat di media sosial pada Mei 2023 silam. Fenomena ini mungkin masih asing bagi para orangtua di tanah air. Apalagi jika dibandingkan dengan istilah single mother maupun broken home.
Fatherless atau father hunger adalah kondisi saat si Kecil merasa tidak mempunyai dan merasakan sosok Papa selama proses pengasuhan dan tumbuh kembangnya. Mungkin secara fisik sosok Papa ini ada, namun sang Papa tidak pernah memberikan waktu, perhatian, dan kasih sayang yang cukup untuk anak.
Masih banyak Papa-Papa yang menganggap remeh keterlibatannya dalam proses parenting. Sama seperti Mama, kehadiran fisik dan psikologis dari Papa sangat diperlukan oleh si Kecil lho. Bagi anak perempuan yang jauh dari ayah (secara fisik atau psikis) akan berpengaruh terhadap psikologis di masa depannya.
Pada kesempatan ini, Popmama.com mengulas dampak psikologis anak perempuan yang jauh dari kehadiran sang Papa. Yuk, simak penjelasannya di bawah ini!
1. Rentan melakukan kenakalan remaja dan kepribadian labil
Si Kecil yang mengalami fatherless berisiko tumbuh menjadi anak dengan kepribadian tidak matang. Artinya, ia mudah terpengaruhi lingkungan pergaulan maupun teman sebayanya. Kondisi ini disebut sebagai kepribadian ambang atau labil.
Kepribadian ambang merupakan orang-orang yang tidak mempunyai kejelasan sikap dan tidak mengelola emosi. Kemampuan ini seharusnya dilatih dan diajarkan oleh sang Papa.
Editors' Pick
2. Anak tidak bisa lepas dari sosok laki-laki
Anak perempuan yang jauh dari peran Papa biasanya tumbuh menjadi orang yang kurang kasih sayang. Meskipun ada kasih sayang yang diberikan dari Mama, namun cinta dari Papa juga sangat diperlukan bagi anak. Akibatnya anak perempuan yang fatherless akan berusaha mencari perhatian ke orang lain, khususnya kaum laki-laki.
Ketika anak ini tumbuh dewasa dan menjalin hubungan, ia cenderung akan menuruti setiap perkataan dari pasangannya. Ia bahkan rela melakukan apapun supaya sang Pujaan tidak meninggalkannya. Lantaran jiwanya takut kehilangan sosok laki-laki tersebut yang selama ini ia dambakan.
Perilaku ini sebuah bentuk kerinduan si Kecil terhadap sosok Papa dan adanya keinginan dapat diterima oleh sosok laki-laki. Sehingga ia berusaha sekuat mungkin “menahan” pasangannya.
3. Merasa tidak membutuhkan laki-laki
Berbalik 360 derajat dari penjelasan sebelumnya, sebagian anak yang tumbuh jauh dari kehadiran Papa menjadi pribadi yang merasa tidak membutuhkan laki-laki dalam hidupnya. Anak perempuan yang mengalami father hunger akan menganggap dirinya bisa hidup tanpa laki-laki.
Bahkan ia lebih memilih untuk menjauh dan lebih “sensitif” dengan keberadaan laki-laki. Lantaran selama ini ia dan sang Mama menjalani hidup dengan baik meskipun tanpa keberadaan laki-laki (Papa).
Solusi yang Bisa Orangtua Lakukan dari Permasalahan Anak Fatherless
Situasi seperti ini tentu membuat jarak (gap) antara Papa dan si Kecil. Pasalnya, anak hanya akan melibatkan dan mendengarkan perkataan dari sang Mama saja. Bisa disebut kehadiran Papa di rumah seperti ada dan tiada bagi si Anak.
Tidak ada kata terlambat untuk mengatasi kondisi tersebut. Mama perlu membantu untuk menghapus jarak antara anak perempuan dan sang Papa. Sehingga hubungan mereka bisa lebih baik. Berikut beberapa cara yang bisa orangtua lakukan untuk mengatasi father hunger yang dirasakan anak perempuan antara lain:
1. Harus melibatkan Papa dalam setiap keputusan
Sebagai kepala keluarga, artinya Papa mempunyai peran penting dalam setiap keputusan. Termasuk terhadap keputusan anak perempuan yang harus didiskusikan terlebih dahulu bersama Papa. Papa juga harus berani untuk mengajak putrinya berbicara untuk mencapai keputusan terbaik. Dengan begitu, anak perempuan anak mulai menyadari “keberadaan” sosok Papa dalam hidupnya.
2. Memperbaiki komunikasi
Selanjutnya Papa perlu mengevaluasi cara berkomunikasi dengan pasangan (Mama) dan anak-anak. Jangan-jangan selama ini Mama dan si Kecil merasa terkekang karena cara berbicara yang kurang tepat. Akhirnya mengakibatkan salah paham.
3. Meminta bantuan pihak ketiga
Jika semua sudah dilakukan namun belum juga berhasil, maka Papa bisa meminta bantuan pihak ketiga, yakni psikolog. Peran profesional diperlukan untuk mengetahui kekeliruan yang mungkin sudah terjadi sudah lama namun tidak disadari Mama atau pun Papa. Orangtua juga sekaligus meminta solusi apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi perasaan fatherless yang dirasakan anak perempuannya itu.
Demikian paparan tentang dampak psikologis anak perempuan yang jauh dari kehadiran sang Papa. Secara kasat mata nampaknya peran Mama begitu mendominasi bagi tumbuh kembang anak. namun, jika kita perhatikan secara seksama ternyata peran Papa juga sangat penting dalam mengiringi tumbuh kembang si Kecil.
Baca Juga:
- Apakah Indonesia Termasuk Negara Fatherless? Begini Jawaban BKKBN
- Indonesia Termasuk Negara "Fatherless", Apa Penyebabnya?
- Cara Orangtua Membangun Resiliensi Anak dari Permainan, Perlu Tahu!