Hati-Hati! Ancaman Diabetes pada Anak Bisa Sebabkan Kematian
Diabetes semakin mengancam anak Mama yang bisa mengakibatkan kematian apabila terlambat terdiagnosis
30 Maret 2023
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Kini, diabetes bukan lagi jadi penyakit orang dewasa dan lansia. Anak-anak dan remaja pun berisiko mengidap penyakit diabetes. Apalagi, beberapa tahun belakangan ini Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengungkapkan kasus diabetes melitus (DM) tipe-1 pada anak meningkat 70 kali lipat sejak tahun 2010.
Ada banyak jenis penyakit diabetes melitus di dalam dunia kesehatan. Namun, tipe yang paling umum diderita pasien anak-anak adalah tipe 1 dan tipe 2. Dimana DM Tipe 1 inilah yang paling banyak dialami oleh anak-anak di tanah air.
Diabetes Tipe 1 terjadi karena defisiensi insulin (kegagalan tubuh dalam memproduksi insulin) yang disebabkan rusaknya sel beta.Popmama.com akan memaparkan informasi terkait ancaman diabetes pada anak yang seyogyanya Mama tahu.
Peningkatan Prevalensi Diabetes Melitus pada Anak
Semula angka prevalensi kasus diabetes melitus pada anak di Indonesia sekitar 0.028 per 100 ribu jiwa menjadi 2 per 100 ribu jiwa pada tahun ini. Oleh karena itu, penyakit ini patut diwaspadai oleh Mama dan Papa selaku orangtua.
“Kecenderungan peningkatan kasus ini (diabetes melitus) menjadi kekhawatiran nasional sehingga edukasi berkala terkait pencegahan diabetes prematur pada anak-anak dan remaja perlu dilakukan,” ujar Dewi Muliaty selaku Direktur Utama Prodia dalam acara Masyarakat Cegah Diabetes Prematur pada Anak dan Remaja.
Walaupun diabetes melitus bukan penyakit menular tetapi keberadaannya dapat mengakibatkan berbagai komplikasi dan gangguan pada tumbuh kembang si Kecil. Berdasarkan data global, rata-rata usia anak yang terkena diabetes melitus sekitar usia lima hingga sembilan tahun serta 10-14 tahun.
Prof. Aman B. Pulungan MD, Ph.D, Sp.A(K), FAAP, FRCPI (Hon.) selaku Executive Director of International Pediatric Association memaparkan hasil risetnya yang menunjukkan dari 1008 anak, ditemukan 466 berusia 10-14 tahun, 313 anak usia 5-9 tahun, 188 anak usia 0-4 tahun, dan 30 anak di atas 15 tahun.
Editors' Pick
Banyak Anak Terdiagnosis Diabetes Melitus ketika Sudah Berstatus KAD
Lebih lanjut, Prof. Aman menyampaikan banyak orangtua yang terlambat menyadari si Kecil mengidap diabetes melitus. Ia banyak menemukan pasien anak-anak datang ke rumah sakit dalam kondisi berat atau KAD atau ketoasidosis diabetik.
Pada tahun 2017, sebanyak 71 persen anak penyintas diabetes melitus terdiagnosis saat KAD. KAD adalah komplikasi akut yang mengancam jiwa pasien penderita diabetes melitus yang tidak terkontrol.
Semakin lamban Mama dan Papa mengetahui kondisi diabetes pada anak maka resikonya pun semakin tinggi. Bahkan Prof. Aman mengatakan anak berstatus KAD dapat meningkatkan angka mortalitas atau kematian.
Menurut Prof. Aman kondisi tersebut terjadi karena kurangnya pengetahuan para orangtua terkait diabetes pada anak. Mulai dari cara pencegahan, faktor risiko, gejala, hingga penanganannya.
Oleh karena itu, perlunya berbagai sosialisasi dan kampanye terkait penyakit ini. Tujuannya adalah menimbulkan kesadaran para orangtua supaya lebih jeli mendeteksi . Sehingga perlunya kolaborasi dari berbagai stakeholder, mulai dari perusahaan swasta, pemerintah, maupun media.
Penyakit Gula Darah Jadi Masalah Global yang Membebankan Dana Kesehatan
Prof. Aman mengungkapkan kegawatan prevalensi diabetes pada anak telah menjadi masalah dunia. Pada tahun 2021, sebanyak 6,7 juta orang meninggal akibat penyakit ini. Sedangkan kasus anak yang mengidap diabetes melitus tipe 1 sekitar 1,2 juta.
Di Indonesia, data tahun 2022 menunjukkan total anak yang menderita diabetes melitus tipe 1 sekitar 1.369 anak. Terdiri dari 556 laki-laki dan 813 perempuan. Prof. Aman menambahkan bahwa jumlahnya bisa lebih banyak dari itu.
Pasalnya, masih banyak kasus yang belum terdiagnosis maupun salah diagnosis. Kesalahan diagnosis bisai terjadi karena banyak anak yang datang dalam kondisi KAD mempunyai gejala yang mirip dengan apendisitis atau infeksi saluran cerna lainnya.
International Pediatric Association memprediksi akan adanya kenaikan 74 persen pengidap diabetes di dunia pada tahun 2025. Dimana per 2011, jumlahnya sebanyak 366 juta orang dan pada 2025 akan bertambah menjadi 552 juta jiwa.
Diabetes juga menyebabkan beban ekonomi dunia lho. Sampai saat ini, penyakit ini menghabiskan dana di bidang kesehatan sebesar 536,6 miliar dollar.
Diabetes Melitus Diibaratkan seperti Lingkaran Setan
Prof.Aman mengibaratkan diabetes melitus seperti lingkaran setan. Pasalnya, orangtua yang mengidap DM berpotensi mewariskan penyakit ini kepada si Kecil. Meskipun, bukan itu faktor satu-satunya.
Berat badan bayi lahir rendah (bblr) juga memicu anak mengalami diabetes. Lantaran, orangtua berupaya untuk menggemukkan si Kecil. Padahal, peningkatan berat badan bayi di minggu pertama kehidupan justru akan menyebabkan obesitas saat ia dewasa.
"Peningkatan anak obesitas ini sejalan dengan tingginya angka diabetes melitus pada anak. Laporan jumlah DM pada anak merupakan iceberg phenomenon," tuturnya.
Demikianlah ulasan mengenai ancaman diabetes melitus pada anak semakin besar. Si Kecil yang mengidap diabetes di usia muda akan memengaruhi tumbuh kembangnya hingga mengakibatkan kematian. Oleh karenanya, pentingnya skrining sejak dini oleh para orangtua guna meminimalkan resiko.
Baca Juga:
- Diabetes pada Anak, Ini Penyebab dan Tandanya yang Perlu Mama Tahu
- Bisa Kurangi Risiko Diabetes, 5 Manfaat Minyak Kelapa bagi Kesehatan
- Awas Penyakit Diabetes Menyerang Anak, Ini Cara Pencegahannya