Pentingnya Kolaborasi Menuju Generasi Emas Indonesia Tahun 2045
Indonesia memerlukan kerja sama berbagai pihak untuk mewujudkan generasi emas pada 2045 mendatang
15 Desember 2022
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Tahun 2045 digadang-gadang akan menjadi tahun generasi emas bagi negara Indonesia. Tepat di usia yang ke-100 ini, Indonesia mendapatkan bonus demografi yang mana 70 persen penduduk adalah kategori usia produktif atau berusia 15-64 tahun.
Sementara 30 persen lainnya merupakan golongan tidak produktif atau berumur di bawah 14 tahun dan di atas 65 tahun.
Bonus demografi ini juga menjadi harapan untuk mencapai target Indonesia akan menjadi negara maju di tahun 2045. Tak hanya sebagai negara maju, bahkan sudah setara dengan negara-negara adidaya lainnya. Namun, untuk mewujudkan generasi emas tersebut tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Ada banyak tantangan yang harus dilalui oleh bangsa Indonesia. Terlebih, hampir dua tahun lalu pandemi Covid-19 melanda seluruh dunia (termasuk Indonesia) yang memperparah beberapa aspek kehidupan.
Ini menjadi tanggung jawab bersama dan perlunya saling bergandengan tangan guna mempersiapkan generasi emas tahun 2045 mendatang.
Popmama.com sampaikan ulasan mengenai pentingnyakolaborasi menuju generasi emas Indonesia tahun 2045, sebagai berikut:
Pandemi Covid-19 Memperburuk Akses Pendidikan dan Nutrisi Anak
Dua tahun lalu, dunia mengalami masa-masa terpuruk akibat kemunculan virus corona yang berasal dari hewan kelelawar. World Health Organization (WHO) pertama kali menemukan coronavirus disease pertama kali di Wuhan, China pada akhir Desember 2019. Tak lama, virus ini menyebar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Adanya pandemi Covid-19 memberikan dampak terhadap berbagai sektor kehidupan dan semua kalangan usia. UNESCO menyebutkan 80 juta anak Indonesia terdampak akses pendidikan, gizi, kesehatan hingga ketahanan ekonomi.
Misalnya saja anak kesulitan mendapatkan materi pembelajaran yang optimal karena terkendala perangkat, seperti gawai atau laptop, kuota internet, hingga sinyal yang tidak memadai. Pandemi Covid-19 yang berdampak pada ekonomi keluarga juga mempengaruhi asupan gizi si Kecil. Ia jadi tidak memperoleh gizi yang berkualitas.
Menurut Septi Peni Wulandani selaku Pemerhati ibu dan anak, Founder School of Life dan Ibu Profesional mengatakan akses pendidikan dan nutrisi baik sangat berdampak terhadap Sumber Daya Manusia (SDM) di masa depan. Ia mengungkapkan hal tersebut membuat anak memiliki mental, pemikiran dan fisik yang lemah. Kondisi ini akan menyebabkan Indonesia semakin jauh tertinggal dari negara-negara lain.
Editors' Pick
Megatrend pada Tahun 2045, Indonesia Butuh Empat Pilar Ini
Pada acara konferensi pers bertajuk “Tunjuk Tangan untuk Generasi Maju Indonesia” yang dilaksanakan secara daring, Septi Peni Wulandani memaparkan sepuluh megatrend dunia yang akan terjadi pada tahun 2045.
Sepuluh megatrend tersebut antara lain demografi dunia, urbanisasi global, perdagangan internasional, keuangan global, kelas pendapatan menengah, persaingan Sumber Daya Alam (SDA), perubahan iklim, kemajuan teknologi, perubahan geografis, dan perubahan geoekonomi.
Untuk itu, Peni (sapaan akrabnya) mengungkapkan ada empat pilar yang dibutuhkan guna membangun dan mewujudkan generasi emas. Keempat pilar tersebut, yaitu:
- Pembangunan manusia serta penguasaan ilmu dan pengetahuan & teknologi.
- Pembangunan ekonomi berkelanjutan (sustainable).
- Pemerataan pembangunan.
- Pemantapan ketahanan nasional dan tata kelola kepemerintahan.
Selain itu, Septi Peni Wulandani mengungkapkan ada tiga poin persiapan yang harus dilakukan Mama, Papa, stakeholder, perusahaan hingga masyarakat. Ketiga poin tersebut, sebagai berikut:
- Fokus pada kualitas gizi, kesehatan dan pendidikan anak usia dini.
- Kolaborasi dari berbagai pihak.
- Dukungan kolektif masyarakat dalam memberikan akses edukasi dan nutrisi.