Sukses Jadi Band Metal, VOB Patahkan Stigma Negatif tentang Perempuan
Begini cerita dan cara VOB patahkan pandangan negatif yang mereka terima, buktikan dengan prestasi
15 Juli 2023
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Tidak bisa dipungkiri bahwa masyarakat Indonesia masih kental dengan pemikiran patriarki. Patriarki merupakan gagasan tentang sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai figur utama yang sentral dalam organisasi sosial.
Singkatnya, pemikiran ini memosisikan posisi laki-laki harus lebih tinggi daripada perempuan di berbagai aspek kehidupan. Padahal, sangat mungkin para kaum hawa ini mempunyai kemampuan yang lebih daripada kaum adam. Sayangnya, patriarki seakan ‘mengekang’ ruang gerak perempuan untuk mencapai impiannya.
Perkembangan zaman membuat para perempuan mulai memahami dan menyadari ‘langkah besar’ apa yang bisa mereka lakukan untuk meraih cita-cita.
Voice of Baceprot (VOB) mengungkapkan alami ‘pengekangan’ akibat stigma negatif tersebut.
VOB merupakan grup musik rock asal Garut, Jawa Barat yang beranggotakan tiga perempuan muda, yaitu Firda Marsya Kurnia (Gitaris dan Vokalis), Widi Rahmawati (Bassis), dan Euis Siti Aisyah (Drumer).
Popmama.com akan mengulas kisah VOB patahkan stigma negatif tentang perempuan dan band rock demi mencapai impian.
Stigma Negatif yang Diterima VOB
Mulai merintis karier sejak di bangku Madrasah Tsanawiyah (setara SMP), tiga dara muda terus berjuang untuk meraih impian mereka di bidang musik. Banyak halangan yang harus mereka hadapi. Khususnya dalam menghadapi stigma negatif dari orang-orang di sekitar, termasuk dari orangtua mereka.
Salah satu cap buruk yang diterima Firda, Widi, dan Siti karena pemilihan genre musik rock-metal yang kontras dengan penampilan mereka yang berhijab. Hal ini lantas menjadi kontroversi. Firda dkk dibilang hanya ingin viral dan hanya mencari sensasi sehingga sengaja memilih aliran metal dan berpenampilan berhijab.
Perspektif buruk juga dilontarkan dari orangtua masing-masing. Menurut orangtua anggota VOB, kegiatan nge-band ini tidak bermanfaat dan tidak mempunyai masa depan yang cerah.
Belum lagi stigma masyarakat di sekitar tempat tinggal mereka yang beranggapan bahwa anak band adalah orang yang tidak punya masa depan. Dimana ‘anak band’ selalu dikaitkan dengan hal-hal negatif, seperti narkoba, mabuk-mabukan, dan sebagainya. Apalagi VOB ini adalah band rock-metal yang musiknya cukup keras.
“Ngapain sih perempuan berhijab main musik metal,” tutur Firda menirukan omongan dari orang-orang di kampungnya.
Firda, Widi, dan Siti juga dipandang sebelah mata di sekolahnya. Firda menuturkan, “Kita bertemu di MTS melalui ekstrakurikuler teater. Nah, ekskul ini memang terkenal dengan orang-orang yang bermasalah dan pemberontak.”
Editors' Pick
Halangan yang VOB Terima Selama Berkarier sebagai Band Rock-Metal
Kecintaan dan kesukaan bermain musik membuat mereka tetap konsisten di bidang ini. Tentunya untuk meraih kesuksesan saat ini ada berbagai rintangan yang harus Firda dkk hadapi. Halangan pertama adalah tidak mempunyai alat band yang memadai. Mereka pun memutar otak supaya tetap bisa bermusik.
Solusinya mereka memanfaatkan alat musik yang mereka miliki. Firda menggunakan gitar akustik yang dimainkan seperti bass. Siti memainkan drum rakitan dari barang-barang bekas.
Dengan alat seadanya ini, mereka tetap berlatih dengan keras. Tujuannya supaya bisa meyakinkan kepala sekolah untuk menyediakan alat-alat band sebagai fasilitas ekstrakurikuler tersebut.
Usaha mereka pun tidak sia-sia, kepala sekolah akhirnya membelikan alat-alat musik yang lebih propers beberapa hari menjelang penampilan VOB di sekolah
Halangan tidak berhenti sampai di situ. Izin orangtua jadi hambatan bagi VOB karena tidak ada orangtua dari mereka yang mendukung untuk nge-band.
“Dari yang awalnya beranggotakan 15 orang, berkurang menjadi 7 dan menyusut sampai tiga orang (Firda, Widi, Siti) yang masih bertahan sampai saat ini,” ujar Firda.