5 Tanda Anak Mama Sudah Beranjak Remaja
Saat memasuki usia pra-remaja, anak akan melewati beberapa tahapan penting ini
1 Juni 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Mengikuti dan memantau perkembangan anak usia pra-remaja menjadi tantangan tersendiri bagi para orangtua.
Sejak di dalam perut, orangtua pastinya selalu mendoakan anaknya dengan berbagai harapan-harapan yang bagus. Mengikuti tumbuh kembangnya mulai dari bayi, balita, anak-anak, hingga memasuki masa puber adalah hal yang menarik.
Saat anak menginjak usia 10-12 tahun, pasti akan muncul beberapa perubahan yang mencolok dalam dirinya. Anak mama kini tengah mengalami masa transisi menuju dewasa.
Kemampuan sosialisasinya akan berkembang, begitu pula fisik dan kemampuan kognitifnya.
Biasanya saat memasuki usia pra-remaja, anak akan lebih mandiri dalam melakukan berbagai hal maupun menyelesaikan masalah.
Sebab, pada dasarnya setiap anak memiliki kemampuan dan keterampilan untuk itu. Lalu tahapan-tahapan apa saja yang akan dilalui anak saat menginjak masa pra-remaja dan bagaimana cara orangtua mengawasinya?
Berikut ini Popmama.com telah merangkum 5 hal penting yang harus Mama perhatikan!
1. Mulai memilih teman
Jika saat kecil anak seolah tidak memilih-milih teman, namun perubahan akan mulai muncul saat dia berusia 10 tahun. Si Anak akan mulai memilih teman, yang kiranya baik untuknya.
Hal ini termasuk dalam perkembangan kemampuan sosial anak.
Jadi, orangtua tidak bisa mengawasi dan memberi saran kepada anak.
Sebagai orangtua, Papa dan Mama harus menekankan pentingnya selalu bersikap baik pada semua orang, terutama teman-temannya.
Editors' Pick
2. Kadar pertemanan
Tahapan ini sudah lebih berkembang dari sekadar memilih teman yang baik. Anak usia 10 tahun akan mulai mengetahui kadar pertemanan. Akan ada orang yang dianggapnya sekadar teman biasa dan sahabat atau teman dekat. Kemampuan ini akan membawa anak menuju pergaulan yang baru.
Nah, dalam tahapan ini, orangtua perlu membekali anak pelajaran toleransi untuk berteman.
Jika tidak, anak akan mudah merasa cemburu dan justru sulit diterima lingkungan.
Dalam situasi ini, orangtua harus mendorong anak agar pergaulannya luas, punya rasa toleran dan tidak egosentris.