5 Tips Mengajarkan Sopan Santun pada Anak Pra Remaja
Saat berkunjung ke rumah kerabat, tata krama harus dijunjung, Ma!
13 Mei 2019
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Anak usia pra-remaja biasanya suka bertindak tanpa berpikir panjang. Oleh karena itu, diperlukan bimbingan yang lebih intens dari orangtua sebagai bekalnya untuk berkehidupan di masa yang akan datang.
Masalah tersebut biasanya muncul karena anak sudah mulai melebarkan pergaulannya di lingkungan masyarakat.
Walau Papa dan Mama sudah mendidiknya sopan santun sejak kecil, namun pendidikan itu harus terus berlanjut untuk mengingatkan bahwa bersosialisasi itu ada aturannya.
Berikut beberapa tips yang bisa diterapkan oleh Papa dan Mama untuk membimbing anak agar tumbuh menjadi pribadi yang sopan.
Yuk, praktik saat mengunjungi rumah kerabat di Hari Raya Lebaran ini.
Cara Orang Tua Mendidik Anak Usia Pra-Remaja
1. Menjadi pendengar yang baik
Seperti yang disampaikan di awal tadi, anak usia pra-remaja sering melakukan suatu hal tanpa berpikir panjang. Anak akan mudah tersulut emosi dan kebablasan saat melakukan sesuatu jika tidak punya kontrol yang baik.
Nada bicaranya akan mudah meninggi saat memberitahu atau menjawab pertanyaan.
Jadi, Papa dan Mama harus mengajarkan bahwa anak sebaiknya selalu mendengarkan pendapat atau ucapan orang lain sebelum menjawab dan berkomentar.
Editors' Pick
2. One at a time
Sikap tidak sabaran dan ingin menyelesaikan segala sesuatu dengan cepat menjadi karakteristik khas anak usia pra-remaja. Namun akibat dari terburu-buru ini, biasanya pekerjaan yang dilakukan banyak salahnya.
Tentu ini bisa berdampak kurang baik saat anak bersosialisasi di lingkungan.
Maka, Papa dan Mama harus melatih anak melakukan pekerjaan dengan fokus dan penuh kehati-hatian. Kecepatan dalam menyelesaikan sesuatu hanya akan menjadi poin plus jika hasilnya baik.
3. Bersikap tenang
Rasa grogi atau takut saat menghadapi sesuatu bisa membuat anak terlihat kurang sopan. Misalnya dia akan menggerakkan kaki, tangan atau tubuh secara berlebihan sebagai pengalih rasa gugupnya.
Nah, untuk menghilangkan kebiasaan ini yang harus dilatih dan dibiasakan.
Ajarkan anak untuk bersikap lebih tenang dengan cara mengatur napas saat mulai merasa grogi supaya detak jantung juga lebih teratur.
4. Menatap lawan bicara
Hal ini seharusnya sudah diajarkan orangtua sejak kecil. Namun biasanya mulai dilupakan saat beranjak remaja, karena berbagai faktor. Salah satunya adalah siapa lawan bicaranya.
Anak perlu diajarkan bagaimana cara bersikap saat berbicara dengan teman sebaya dan orang yang lebih tua, lebih-lebih pada keluarga terdekat seperti orang tua, paman, kakek, ataupun nenek.
5. Memilih bahasa
Sejak kecil, biasakan anak berbicara dengan tatanan bahasa yang benar dan mudah dimengerti. Tapi biasanya anak akan punya cara berkomunikasi sendiri saat mengobrol dengan temannya. Wajahnya pasti juga akan lebih ekspresif.
Berbeda halnya saat berkomunikasi dengan orang yang lebih dewasa. Anak harus diajarkan memilih tatanan bahasa mana yang benar untuk bicara dengan teman sebaya dan orangtua. Terlebih saat bicara dengan orangtua harus ada rasa hormat dan tidak boleh meremehkan dengan cara apa pun.
Pada dasarnya, ada dua hal penting yang perlu diingat oleh Papa dan Mama saat membimbing anak usia pra-remaja agar memiliki tata krama. Sebab saat memasuki usia remaja, maka anak akan pandai melakukan counter back atau membalikkan apa saja yang dikatakan orangtuanya. Misal Mama menasihati anak ketika dia berkata kurang sopan, maka dia bisa membalikkan fakta itu karena mungkin cara Mama menasihati juga kurang baik.
Jadi, lebih telitilah dengan ucapan sendiri, sehingga misi orangtua untuk membentuk karakter anak tidak terbelokkan.