Orangtua Harus Tahu 5 Tanda Anak Sedang Dibully
Korban bullying dapat memiliki efek buruk pada perkembangan anak
10 Desember 2019
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Anak-anak yang diintimidasi biasanya akan mengalami beberapa perubahan perilaku.
Sementara bully atau perundungan memiliki dampak psikologis yang dapat merugikan perkembangan anak. Di mana korban bullying bisa kehilangan rasa percaya dirinya.
Menurut WorkingMother, mereka merasa takut dan ragu untuk memberi tahu siapa pun bahwa dirinya sedang menjadi sasaran beberapa orang teman-temannya.
Jika Mama mencurigai sang anak menjadi korban bullying di sekolahnya, maka penting bagi orangtua untuk menyadari 5 tanda anak sedang dibully agar bisa segera ditangani. Berikut ini ulasan dari Popmama.com.
1. Kehilangan teman dari kegiatan sosialnya di sekolah
Siapa saja bisa menjadi sasaran bullying, bahkan anak-anak yang kuat, berprestasi dan populer sekali pun.
Banyak korban bullying cenderung memiliki lebih sedikit teman daripada anak-anak yang tidak mengalami penindasan. Kemungkinan besar ia ditolak oleh teman sepermainannya dari kegiatan sosial di sekolah.
Sebagai orangtua, cobalah mengamati dengan siapa saja sang anak bergaul. Sebab pelaku perundungan akan menghasut orang lain untuk turut mengucilkan korban.
Apabila ia bercerita bahwa beberapa orang megucilkan atau tidak mau berteman lagi dengannya, maka Mama patut waspada dan segera mengatasi permasalahan ini.
Editors' Pick
2. Malas pergi ke sekolah dan lebih nyaman berada di rumah
"Aku nggak mau pergi ke sekolah."
Mama sering mendengar kalimat itu beberapa hari belakangan ini?
Ya, biasanya perkataan tersebut muncul secara tiba-tiba ketika sebelumnya anak sangat rajin dan semangat pergi ke sekolah. Kini mereka lebih nyaman berada di dalam rumah.
Sementara anak yang enggan pergi ke sekolah bisa disebakan karena mengalami phobia sekolah dan merupakan tanda bahwa mereka telah menerima perundungan dari teman-temannya.
Sedangkan anak yang sudah phobia sekolah bisa menjadi kronis dan dapat mengakibatkan penurunan prestasi akademik hingga mengalami gangguan kejiwaan.