Kenali Hematophobia, Fobia Darah pada Anak
Segeralah periksa ke dokter apabila anak mengalami gejala hematophobia
14 September 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Setiap orang biasanya memiliki fobia yang berbeda-beda bagi masing-masing individu. Fobia adalah rasa takut yang terlalu berlebihan terhadap situasi, tempat, barang, ataupun hewan tertentu.
Ketakutan tersebut bermacam-macam, ada yang takut gelap, ruangan sempit, hewan melata, bahkan ada pula yang takut pada darah.
Beberapa orang yang mengalami fobia dapat merasa tidak nyaman, cemas bahkan ada yang sampai pingsan.
Fobia darah terjadi tidak hanya pada orang dewasa, namun dapat pula terjadi pada anak-anak. Biasanya terdapat beberapa faktor yang menyebabkan anak menjadi fobia terhadap darah.
Kali ini, Popmama.com akan membahas mengenai Hematophobia atau yang biasa disebut dengan fobia darah. Berikut informasi mengenai hematophobia untuk Mama. Simak penjelasannya, yuk!
1. Apa itu hematophobia?
Hematophobia atau fobia darah adalah ketakutan secara berlebihan terhadap darah. Hematophobia berasal dari bahasa Yunani, yaitu “haima” yang berarti darah dan “phobos” yang memiliki arti ketakutan.
Hematophobia ini termasuk dalam kategori "fobia spesifik" dengan penentu fobia darah-injeksi-cedera (BII) dalam edisi baru Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5).
Fobia ini tidak hanya terjadi ketika ia melihat darahnya sendiri, namun juga dapat timbul ketika ia melihat darah orang lain, hewan, ataupun darah dalam bentuk gambar maupun tayangan di televisi.
Orang yang mengalami fobia darah akan merasa tidak nyaman dari waktu ke waktu, terutama ketika berurusan dengan darah.
Jika kondisi fobia yang diderita seseorang cukup parah, dapat menyebabkan orang yang terkena hematophobia menjadi pingsan ketika melihat darah. Hal ini tentu sudah berdampak serius pada kehidupannya sehari-hari, sehingga mengharuskan ia untuk segera memeriksakan ke dokter.
Editors' Pick
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hematophobia
Menurut penelitian, sebesar 3-4% dari populasi mengalami fobia BII atau hematophobia. Fobia ini biasanya muncul pada masa anak-anak menginjak usia 10-13 tahun.
Fobia ini biasanya muncul bersamaan dengan fobia yang lain, seperti agoraphobia, trypanophobia atau takut jarum suntik, mysophobia atau takut pada kuman, dan fobia pada hewan tertentu, seperti cynophobia atau takut terhadap anjing.
Selain itu terdapat beberapa faktor yang meningkatkan seseorang dapat mengalami fobia darah, diantaranya:
- Genetika, faktor pertama yang dapat meningkatkan terjadinya fobia darah adalah faktor genetik. Adanya hubungan genetik serta rasa sensitif atau emosional yang datang secara alami.
- Orang tua yang cemas, faktor ini ketika melihat seseorang merasa takut terhadap sesuatu hal sehingga anak juga merasakannya. Contohnya, anak melihat ibu takut darah, maka anak pun secara tidak langsung akan mengembangkan pola fobianya mengenai darah.
- Orang tua yang terlalu protektif, terjadi ketika anak mengembangkan rasa kecemasannya. Biasanya terjadi apabila berada di lingkungan yang dimana orangtua terlalu protektif terhadap anak.
- Trauma, terjadi karena adanya peristiwa traumatis yang berhubungan dengan darah, seperti kecelakaan lalu lintas, rawat inap di rumah sakit, ataupun cedera serius yang menyebabkan banyak keluar darah.