3 Tahap Parenting Keluarga Gen Halilintar, Bisa Dicontoh Nih Ma!
Mulai dari mengasihi, mengajarkan hal baik dan buruk, hingga menjadikan anak sebagai sahabat
29 April 2022
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Memiliki seorang anak merupakan suatu anugerah yang membuat Mama dan Papa sangat senang ketika melihatnya lahir.
Walau demikian, Mama dan Papa juga akan dihadapkan dengan berbagai masalah dalam membesarkan anak. Tak jarang proses ini membuat Mama dan Papa lelah dan marah.
Namun tenang saja, ada banyak ilmu parenting yang bisa membantu Mama dan Papa membesarkan anak-anak menjadi sosok yang baik. Akan tetapi, dari semua ilmu tersebut Mama dan Papa harus menyortir kembali dan memilih mana yang sekiranya cocok untuk diterapkan pada si Anak.
Mama Gen dan Papa Halilintar pun demikian, dari berbagai ilmu parenting yang ada, mereka meracik ilmu parentingnya sendiri untuk membesarkan ke-11 anaknya.
Pada akhirnya, keduanya memutuskan untuk membesarkan anak menggunakan tiga tahapan periode. Penasaran seperti apa prosesnya?
Berikut ini Popmama.com telah merangkum 3 tahapan periode parenting keluarga Gen Halilintar. Simak yuk, Ma! Siapa tahu cocok untuk diterapkan pada anak-anak mama di rumah.
Editors' Pick
1. Periode tujuh tahun pertama
Tahapan pertama yakni usia 0-7 tahun. Pada periode ini, Mama Geni Faruk dan Papa Halilintar selalu menimang-nimang, menemani, dan memanjakan anaknya.
"Aku diajarkan gini guys, 7 tahun pertama tuh ditimang-timang, dimanjakan, ditemani," ujar Thariq Halilintar, anak keempat di keluarga Halilintar.
Ditimang-timang, artinya Mama dan Papa menggendong anak sambil mengayun-ayun. Biasanya hal ini dilakukan pada anak baru lahir hingga usia 3 tahun.
Menurut beberapa penelitian, kegiatan menimang anak bayi bisa membantu perkembangan otak dan tubuh anak menjadi lebih baik.
Apalagi jika saat menimang bayi, Mama dan Papa mengajak mereka mengobrol. Hal ini bisa menjadi stimulan untuk si Bayi berbicara.
Jadi dapat disimpulkan, menimang-nimang bayi merupakan salah satu bonding yang tepat untuk Mama dan Papa lakukan pada si Bayi.
Menemani merupakan hal wajib dilakukan oleh Mama dan Papa sampai si Anak tumbuh dewasa. Apalagi ketika mereka masih di bawah usia 10 tahun. Sebab, pada usia tersebut otak manusia berkembang pesat dan kritis serta dapat menyerap informasi 100%.
degan menemani si Anak, Mama dan Papa dapat membantu mengenalkan berbagai hal padanya, termasuk prinsip kehidupan. Tak hanya itu, masa ini juga baik digunakan untuk membentuk karakter anak.
Jika Mama dan Papa tidak menemani si Anak, bisa jadi ia tak mengetahui apa-apa. Pertumbuhan dan perkembangannya menjadi terhambat. Untuk itu, jangan sepelekan quality time bersama anak, ya.
Selanjutnya Thariq mengatakan kedua orangtuanya memanjakan dia dan asik-adiknya saat usia 0-7 tahun.
Dalam hal ini, memanjakan bukan hanya selalu menuruti segala hal yang diminta anak saja, Ma.
Memanjakan di sini artinya Mama dan Papa memenuhi segala kebutuhan anak semaksimal mungkin, mulai dari perihal nutrisi hingga pendidikan.
Selain itu, Mama dan Papa dapat memanjakan anak-anak dengan membeli barang keinginannya sesuai dengan persyaratan yang berlaku. Misalnya, membeli mainan ketika anak mencapai hal baru atau mainan sebelumnya sudah tidak cocok dengan usianya.
2. Tahapan tujuh tahun kedua
Selanjutnya masuk pada periode kedua yakni usia 7-14 tahun. "Tujuh tahun kedua atau saat berusia 7-14 tahun, di situ biasanya adik-adik aku lebih dibentuk tuh. Mulai diajarkan, ini nggak boleh, ini boleh, ini batasnya di sini, dan lain-lain," jelas Thariq.
Memberikan batasan-batasan untuk anak memang penting, Ma. Hal ini agar mereka tak terjerumus me dalam lingkungan yang buruk. Walau demikian, Mama tidak boleh juga terlalu mengekangnya.
Maka dari itu, tak ada salahnya jika Mama dan Papa berdiskusi dengan anak untuk menentukan batasan. Kegiatan ini dapat membantu memahami isi hati satu sama lain.
Contohnya, si Anak ingin bermain ke rumah temannya sepulang sekolah. Mama dan Papa mengizinkannya asal tidak sampai malam, dari jam 5 sore harus sudah pulang.
Bisa jadi si Anak merasa keberatan dengan hal tersebut. Menurutnya, waktu mainnya menjadi lebih sedikit.
Namun, saat itu juga Mama bisa menjelaskan alasan aturan tersebut dibuat. Misalnya, tidak ingin anak pulang larut malam karena berbahaya atau takut si Anak kelelahan dan tidak mengerjakan tugas sekolah.
Dengan demikian keputusan dalam membuat batasan disetujui dengan lapang dada dan tidak memberatkan pihak mana pun.