Cara Berkomunikasi kepada Anak Remaja Laki-laki yang Tempramen
Ma, coba cara ini deh untuk komunikasi dengan anak tempramen.
31 Maret 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Setiap anak memiliki emosi berbeda-beda. Emosi dapat dipengaruhi berbagai faktor, salah satunya faktor usia. Dii usia remaja biasanya anak kesulitan untuk mengatur emosinya.
Selain itu, ada pula faktor gender, anak-anak laki-laki biasanya lebih berani dibanding perempuan dan emosi mereka pun lebih tidak stabil. Dalam Jurnal.plos.org, Yaling Deng,Lei Chang,Meng Yang,Meng Huo,Renlai Zhou mengatakan, "Wanita memiliki emosi ekspresif yang kuat, sedangkan laki-laki lebih memiliki emosi yang lebih menjurus ke marah."
Lalu bagaimana cara Mama untuk berkomunikasi dengan si Anak? Berikut Popmama.com sudah rangkumkan cara berkomunikasi dengan anak laki-laki remaja yang tempramental.
1. Jangan marah dan berteriak jika tempramen anak sedang naik
Mungkin sulit untuk Mama agar tidak berteriak saat si Anak berteriak atau mengatakan sesuatu yang tidak mengenakkan di hati. Akan tetapi, jika Mama ikut berteriak saat si Anak marah akan meningkatkan kemarahan pada si Anak.
Sebaliknya, jika Mama merendahkan suara dan berbicara lebih lambat, si Anak mungkin akan melakukan hal yang sama karena emosinya menular.
2. Beri jeda waktu untuk meredakan emosi
Jika keadaan terlalu panas, pergilah dahulu untuk saling menenangkan diri. Mama dapat kembali berbicara jika situasinya sudah dingin sehingga dapat mengobrol lebih baik dan saling memahami satu sama lain.
Editors' Pick
3. Mendengarkan
Mama mungkin memiliki berbagai kesibukan. Namun, yuk luangkan waktunya jika si Anak sedang bercerita. Tanpa disadari, sang Anak mungkin hanya ingin didengarkan tanpa diberikan saran atau komentar. Jangan lupa berilah reaksi yang positif ya, Ma, supaya si Anak semakin terbuka dan dekat dengan Mama.
Hindari tanggapan dengan kata-kata yang buruk, seperti "Ini tidak terlalu serius," "Lupakan saja," dan lain sebagainya. Sebab, tanggapan seperti itu dapat membuat si Anak merasa tidak didengarkan dan tidak dihargai oleh Mama.
Jika saat si Anak ingin bercerita tetapi Mama memiliki perkerjaan yang benar-benar tidak bisa ditinggal, Mama dapat saling menentukan waktu yang cocok dengan anak untuk mengobrol.
Aktivitas ini akan membuat Mama dan anak semakin terasa dekat sehingga mudah untuk berkomunikasi.
4. Berilah contoh emosi yang sehat
Sebagai orang tua, Mama dapat memberi tahu sang Anak bagaimana mereka harus berperilaku dan memberi mereka berbagai cara untuk menghadapi berbagai situasi. Namun, peran Mama sangat penting di sini. Jika Mama tidak dapat mengontrol emosi dan salah menangani kemarahan Mama, seperti sering berteriak, menjerit, atau melakukan hal lain yang tidak membangun, maka apa yang Mama sampaikan kepada si Anak akan gagal.
Maka dari itu, penting untuk Mama mengelola emosi. Kemudian biarkan si Anak melihat dan mencontoh Mama.
Jika anak Mama dapat mengelola emosinya, hal tersebut membantu Mama untuk berkomunikasi dengannya.
5. Berhenti merawat anak remaja layaknya anak kecil
Mama dapat memperlakukan si Anak layaknya anak remaja, bukan lagi seperti anak kecil. Hal tersebut dapat membantu mengurangi sebagian amarahnya.
Pertama, Mama dapat menghilangkan nada memerintah saat berbicara dengan anak dan sikaplah berwibawa. Ajak anak Mama berbicara layaknya seperti seorang teman.
Selain itu, berikan kesempatan untuk si Anak melakukan sesuatu sesuai dengan usianya, seperti bertemu dengan teman-temannya di luar atau membuat lebih banyak keputusan tentang kegiatan dan jadwal sekolahnya.
Hal tersebut bukan hanya mampu menstabilkan emosinya tetapi juga membantunya mengasah keterampilan pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang dibutuhkannya di masa dewasa.
6. Tetapkan batas amarah
Mama dapat membantu si Anak untuk menetapkan batas amarahnya, seperti tidak boleh melempar, mencaci maki orang lain, atau menjadi agresif fisik jika sedang marah.
Jika anak Mama melakukannya, mintalah ia bertanggung jawab dengan memperbaiki, membayar kerugian, atau meminta maaf jika dia menyinggung atau menyakiti hati seseorang.
Tawarkan opsi yang konstruktif
Banyak anak remaja marah karena mereka tidak tahu cara lain untuk mengungkapkan perasaan mereka. Mama dapat menyarankan beberapa hal agar si Anak dapat meluapkan emosinya tanpa amarah seperti bernapas dalam-dalam, melakukan aktivitas fisik seperti berjalan kaki atau bertinju, atau mendengarkan musik.
Jika si Anak sudah tau harus melampiaskan kemarahannya ke mana, hal tersebut pun menandakan ia dapat mengelola emosi diri sendiri. Jika hal tersebut sudah terjadi, komunikasi antara Mama dan anak pun akan berjalan dengan baik, tidak perlu marah-marah.
Semoga berbagai cara tadi dapat meredam ke marahan anak Mama dan membuatnya dapat mengendalikan emosi. Semangat dan terus dalam sabar mendidik anak ya, Ma!
Baca juga:
- Bukan Tanpa Alasan, Ini 10 Penyebab Anak Remaja Mudah Marah
- Anak Mudah Marah dan Sering Menentang, Waspadai Gangguan Perilaku Ini
- Jangan Dimarahi Saat Anak Tidak Naik Kelas, Begini Cara Menghadapinya