Cegah Siklon Tropis, Anak-Anak di Yogyakarta Bersihkan Sungai Code
Salah satu tindakan pencegahan krisis iklim agar anak-anak bisa hidup bahagia di bumi yang sehat
29 Juni 2022
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Dikutip dari website resmi BMKG, Siklon tropis merupakan badai berkekuatan besar dengan radius rata-rata mencapai 150 hingga 200 km. Fenomena alam ini terbentuk di atas lautan luas yang umumnya mempunyai suhu permukaan air laut hangat yakni lebih dari 26.5 °C.
Di Indonesia sendiri, peristiwa siklon tropis ini terus meningkat setiap tahunnya dan memperburuk keadaan. Mulai dari siklon tropis cempaka pada 2017 sampai dengan siklon tropis seroja 2021.
Tentu saja kita tidak ingin keadaan tersebut terus menerus terjadi di Indonesia karena akan membawa dampak buruk.
Salah satu cara pencegahan yang dapat dilakukan yakni dengan menjaga lingkungan seperti yang dilakukan oleh 40 anak dan orang muda yang tergabung dalam Child Campaigner Yogyakarta Save the Children Indonesia.
Pada Minggu (26/6/2022), mereka baru saja melakukan bersih-bersih dan memilah sampah di area tengah sungai Code Yogyakarta.
Untuk mengetahui keseruan anak-anak di Yogyakarta dalam membersihkan lingkungan sekitar, simak informasi dari Popmama.com berikut ini yuk!
Editors' Pick
1. Kegiatan ini untuk membuat lingkungan lebih bersih dan menyadarkan masyarakat untuk cinta lingkungan
Aksi yang dilakukan oleh Child Campaigner Yogyakarta Save the Children Indonesia ini untuk menyoroti tingkat kesadaran masyarakat di wilayah perkotaan Yogyakarta terkait memelihara sungai dan menjaga kebersihan agar tidak memperburuk kondisi iklim.
“Penumpukan sampah limbah rumah tangga maupun limbah industri di sungai dapat memperburuk kondisi iklim yang akan berdampak langsung terhadap anak. Beberapa dampak yang dirasakan oleh anak yaitu gatal-gatal akibat penurunan kualitas air, pencemaran udara, berkurangnya ruang bermain untuk anak, hingga ancaman banjir luapan sungai," ujar Kahfi, Anggota Child Campaigner Yogyakarta Save the Children Indonesia
"Harapannya, setelah diadakan kegiatan ini, anak-anak dapat lebih memahami tentang krisis iklim terutama tindakan preventif yang dapat dilakukan sesuai dengan kapasitas anak," lanjutnya.
Dengan demikian, aksi ini juga membantu meminimalisasi terjadinya siklon tropis di Indonesia. Sebab, krisis iklim atau iklim yang buruk berkontribusi pada memanasnya suhu permukaan laut dan menjadi sumber tumbuhnya siklon tropis.
Mustamid, Kepala Dusun Jejeran 1 Pleret Kab. Bantul yang juga menjabat sebagai Ketua Forum Komunitas Sungai Bantul menuturkan, pemeliharaan sungai dan Daerah Aliran Sungai (DAS) harus dilakukan secara rutin dan menyeluruh dari hulu, tengah, hingga hilir.
"Seperti misalnya masyarakat di bagian hulu perlu melakukan upaya-upaya menjaga mata air dengan tidak menebang pohon di bantaran sungai, lalu di bagian tengah perlu melakukan upaya peningkatan kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah di sungai, tidak membuat bangunan yang mengganggu aliran air sungai dan untuk masyarakat di hilir, perlu lebih banyak menanam pohon di dekat sungai serta secara regular membersihkan sungai," jelas Mustamid.
2. Jika aksi menjaga lingkungan tidak dilakukan, kasihan masa depan anak-anak harus hidup di bumi yang sudah tidak baik-baik saja
Berdasarkan Data terkini Save the Children dari hasil studi secara global berjudul “Born into the Climate Crisis” menunjukkan, anak-anak yang lahir pada tahun 2020 akan menghadapi 3,3 kali lebih banyak ancaman banjir dari luapan sungai, serta merasakan gelombang panas 7,7 kali lebih sering dibanding yang dialami oleh kakek nenek mereka.
“Hasil studi kami dan juga sejarah dampak dari siklon tropis di Indonesia jelas menjabarkan bahwa anak-anak menanggung beban yang tidak proporsional karena mereka tumbuh dalam situasi yang mengancam," jelas Troy Pantouw, Chief of Advocacy, Campaign, Communication & Media Save the Children Indonesia.